Episode 1 Sebuah Invasi

285 48 15
                                    

Meninggalkan rumah yang nyaman bukan pilihan yang disukai Arka. Namun, karena ia sudah berjarak puluhan kilometer dari sana, mau tak mau menikmati pemandangan yang tersedia adalah kegiatan yang bisa ia lakukan.

Angin berembus membawa aroma anyir air laut serta udara yang terasa lembap dan lengket di kulit menjadi teman Arka sepanjang perjalanan. Ia bahkan mencecap rasa asin di dalam mulut setelah tak sengaja membukanya barusan. Mata lelaki itu tertuju pada buih-buih bewarna putih yang beriak di antara warna biru saat bongkahan besi besar itu membelah laut. Bukan pemandangan yang bisa dipamerkan di Instagram, tetapi ia senang ada sesuatu yang bisa menyibukkannya di tengah kesendiriannya saat ini.

Arka melirik jam yang melingkar di tangan kanan, dan mendapati bahwa baru satu jam ia berada dalam kapal yang akan membawanya ke pelabuhan Lembar. Lelaki itu menghela napas. Baru dua jam berlalu, dan ia sudah menyesal karena harus meninggalkan ranjang empuk dan nyaman demi sesuatu yang entah apa yang menantinya di kota tujuan. Di sekelilingnya, banyak pasangan atau keluarga yang bercengkerama, menunjuk hamparan laut luas dengan wajah gembira. Ada juga yang menikmati bekal makanan, duduk di antara kursi-kursi di salah satu sudut kapal. Arka bersedekap. Bahkan untuk tidur di tempat seperti ini pun sangat tidak nyaman baginya, tapi ia bisa apa?

Bahkan ketika matahari terbenam diiringi dengan swastanika yang indah, Arka sama sekali tidak tergerak hatinya. Setiap hari juga bola api raksasa itu akan menghilang dan digantikan rembulan pada malam hari. Apa yang spesial? Arka menghela napas jemu.

"Indah banget, ya?"

Sebuah suara menyentakkan Arka. Lelaki itu menoleh dan mendapati seorang gadis dengan kaus putih yang diikat di pusar serta celana jins yang robek di lutut. Arka mendengkus. Buat apa sih celana yang sudah bagus dan rapi harus ditambahi aksen begitu? Oh, dan rambut sebahu yang dicat berwarna-warni itu? Rasanya norak sekali. Ia tidak merespons, sebaliknya ia hanya melirik ke jam tangannya sekali lagi.

"Tau gak, kenapa senja itu menyenangkan? Kadang dia merah merekah bahagia, kadang hitam gelap berduka. Tapi langit selalu menerima senja apa adanya." Mendadak saja gadis itu berpuisi. Arka hanya mengangkat alis. Rupanya gadis itu puitis juga. Namun, lelaki itu sungguh tak peduli. Ia hanya ingin kembali ke ranjangnya yang nyaman, memutar musik klasik dan bermeditasi. "Itu dari webseries, lho. Emang pas banget kata-katanya. Ah, mesti dijadikan caption di Ig."

Gadis itu mengambil gambar senja dengan kamera gawainya, kemudian mencolek Arka. "Mas, Mas, fotoin dong!" pintanya sembari menunjukkan deretan gigi yang rapi. Arka menatap benda pipih yang tampaknya produk keluaran terbaru dengan harga yang sudah pasti mahal itu, kemudian mengibaskan tangan. "Bentar doang, kok! Cepetan keburu ilang senjanya!" Dalam sekejap ponsel sudah berpindah tangan. Gadis itu merentangkan tangan.

Arka mendesah kemudian membidik gambar dengan cepat. "Satu, dua ...."

"Stop, stop, Mas. Angle-nya tolong dari sisi kiri ya, muka saya lebih cakep kalau dari kiri." Kaki kanan gadis itu maju ke depan, sementara tangannya terangkat memegang kepala.

"Satu, dua, tiga, oke." Arka segera mengembalikan gawai itu, tetapi lagi-lagi gadis itu menyerahkannya ke tangannya.

"Satu lagi, Mas. Ganti gaya." Dengan kedua tangan di pinggang, gadis itu memajukan badan lalu mengerucutkan bibir seolah hendak mencium. Arka memutar bola mata karena ia sangat benci dengan pose alay macam itu. Begitu selesai, ia segera mengembalikan gawai tersebut, dan melangkah menuju cafetaria atau kantin atau apapun sebutan untuk tempat yang menjual makanan di kapal itu. "Makasih ya, Mas. Masnya mau makan apa?" Tanpa disangka, gadis itu mengekori langkahnya dan kini tersenyum saat Arka menatapnya dengan heran.

"Mbaknya mau apa?"

"Mau makan lah. Kita kan barengan ke sini." Gadis itu melangkah maju dan segera mengatakan memesan mie instan dalam cup. "Paling enak, sore-sore makan Pop Mie. Masnya mau? Saya yang bayarin deh." Tanpa persetujuan Arka, gadis itu segera memesan dan membayar makanannya. Kemudian gadis itu duduk di salah satu kursi kosong dan melambaikan tangan ke arah lelaki itu. "Sini, Mas."

"Mbak, Mbaknya ini siapa sih?" Arka yang kesal dengan perlakuan semena-mena gadis itu menghampirinya dan melotot ke arahnya.

"Oh, kita belum kenalan, ya? Saya Mesa." Gadis itu mengulurkan tangan. "Masnya siapa?"

"Mbak, saya ke sini mau menenangkan pikiran, dan nggak tahu dari mana, Mbaknya mendadak kok jadi gangguin saya ke sana ke mari, nyuruh saya ini itu, please. Saya nggak suka. Saya juga nggak suka Pop Mie atau apa. Udah ya, Mbak. Mbaknya urus diri Mbak sendiri." Arka mengeluarkan uneg-unegnya hingga merasa lega, tapi sedetik kemudian ia menyesal saat menatap wajah Mesa yang tercengang. Ia tidak suka menyakiti orang lain.

"Oh, masnya nggak suka Pop Mie? Masnya boleh kok pesan yang lain. Gak papa, saya bayarin. Itung-itung udah motoin saya tadi, cakep banget fotonya. BTW, nama mas siapa? Ke Lombok dalam rangka apa?" tanya Mesa, seolah tak terpengaruh dengan ungkapan kesal Arka barusan.

"Mas Arka, dicari dari tadi ternyata di sini. Ini kupon untuk sarapan pagi, ya, Mas. Bisa ditukar di kantin ini juga. Besok jangan lupa kumpul di kantin ini jam satu siang ya, Mas. Jangan telat, soalnya bisnya harus antri keluar di pelabuhan." Seorang ibu paruh baya menyerahkan selembar kertas kepada Arka. "Eh, sama pacarnya, toh. Eh, tapi pacarnya nggak ikut rombongan kita, kan?"

"Oh, saya bukan pacarnya, Bu." Mesa tersenyum manis dan mengibaskan tangan.

"Oalah, tak kiro pacar ... uayune pol. Wajahe yo mirip, jodoh berarti." Perempuan tersebut terkekeh, diikuti Mesa. Arka merasakan darahnya mendidih, karena merasa privasinya sudah dilibas seenaknya.

"Dia bukan pacar saya!" bentak Arka dengan kasar, sampai kedua perempuan itu terlonjak. Lalu ia tersadar dan meminta maaf kepada Bu Sekar, pemandu wisata yang akan menemaninya selama ia berada di Lombok. "Maaf, Bu, saya, anu ... saya ...."

Bu Sekar hanya manggut-manggut. "Iya, nggak papa, Mas. Anu, Mbak. Mas Arka ini lagi patah hati gitu lho. Makanya Mas Robbie—temannya Mas Arka—daftarin wisata sama travelnya Ibu. Itung-itung biar nggak sumpek dan siapa tahu ketemu jodoh, gitu lho."

Arka yang tadinya menyesal, kini kembali jengkel. Bu Sekar kembali berbincang dengan Mesa yang antusias menimpali pembicaraan, sembari menyantap pop mienya. Arka menarik napas panjang, lalu keluar dari kantin. Selera makannya sudah hilang entah ke mana, sehingga ia lebih memilih untuk tidur saja sebisanya. Sejak awal perjalanan ini bencana baginya, dan moodnya terkuras ketika menghadapi orang-orang seperti Mesa dan Bu Sekar. Langit mulai gelap ketika Arka berada di atas geladak, merasa benci dengan hidupnya yang berantakan.

*Episode01*

Hai Keliners!

Selamat tahun baru 2023!!! Apa wishlist tahun kemarin yang belum tercapai? Apakah tahun 2022 membuatmu bahagia? Jika ya, aku berharap tahun ini kalian juga akan menemukan kebahagiaan kalian. Jika belum, semoga tahun ini kalian akan bersuka cita.

So, this is my new story. Sebuah kisah yang masuk zodiac Series, sebuah event dari Karos Publisher. Sedikit catatan, bahwa cerita yang kutulis ini nggak akan ada sangkut pautnya dengan zodiak sama sekali, tapi lebih ke pemilihan kepribadian untuk tokoh utamanya aja. Intinya, kayak ngambil satu zodiak tertentu untuk dijadikan karakter sebuah cerita. Bukan untuk menganut atau meyakini ramalan tertentu ya.

Karkata itu artinya Kanser alias Cancer. Walaupun bisa jadi tidak semua orang berzodiak kanser akan sama seperti Arka, ya. Begitupun Mesa alias Aries. Semuanya hanya untuk pembentukan karakter di awal aja.

Nah, seperti biasa, karena ini baru episode pertama, what do you guys think? Terus mau dikasih cast apa kagak nih? Mau artis Korea, Indonesia atau Negara mana? Let me know ya, jadi komenlah yang banyak. Biar kagak sepi juga ini lapak saya he he he.

BTW, ada 29 penulis lain yang juga ikutan Zodiac Series ini ya. Udah kumasukkan di beranda, jadi tengok juga cerita mereka yang keren-keren.

Oke, sampai di sini dulu ya, Keliners tersayang. Sampai di episode berikutnya!

Update 27 September 2023

Hai Keliners!
Cerita ini ganti judul lagi ya. Awalnya LoveShip, terus Daylight, sekarang jadi Travelove. Semoga kamu suka ya ❤

travelove (Diterbitkan oleh Karos Publisher)Where stories live. Discover now