Episode 18 Homey Date

52 13 0
                                    

Malam itu, karena kru TV9 mendapat voucer menginap di sebuah hotel, mereka pun memutuskan untuk beristirahat di sana. Begitu pun Arka dan Mesa. Namun, sedari awal, Arka memang tidak banyak ikut dalam rombongan kru tersebut karena takut mengganggu. Ia juga memesan kamar sendiri, meski pun Ucok menawarkan berbagi kamar bersama kru cowok yang lain. Arka hanya tidak mau dianggap numpang atau ikut gratisan, karena sebagian besar biaya perjalanan kru tersebut dibayari oleh perusahaan. 

"Kamu kayaknya sering banget jalan-jalan ya? Jarang pulang ke rumah?" tanya Arka setibanya mereka di halaman hotel tempat para kru menginap.

Mesa mengangguk. "Iya, kayak bosen aja gitu di rumah. Toh nggak ada yang bisa dikerjain juga."

"Justru di situ kamu salah, Mesa." Arka mengacungkan kedua telunjuknya, seolah menegaskan ucapannya. "Berarti kamu nggak pernah gitu diajak kencan di rumah bareng pacarmu?"

"Nope. Nggak pernah. Emang ngapain di rumah? Pasti garing banget."

"Aku pengen nunjukin sih, banyak hal yang bisa dilakukan di rumah. Sayang kita lagi di luar pulau begini. Atau kamu nyoba sensasi homey date di kamar hotel?"

Mata gadis berambut gulali itu langsung melotot. "Ih, mesum!" Tangannya segera melayang ke lengan Arka dan menonjoknya dengan keras.

"Ya, kan nggak mesti gituan juga. Ampun deh." Arka mengaduh perlahan, tangan kanannya mengusap lengan kiri yang terasa sedikit nyeri. Lelaki itu tak menyangka bahwa Mesa memiliki tenaga yang cukup kuat untuk gadis yang berpenampilan lemah.

"Ya apalagi yang dilakukan cowok sama cewek di kamar hotel? Atau di rumah?"

"Memangnya kalo ngelakuin gituan harus di rumah atau di hotel? Banyak juga yang ngelakuinnya di luar!" sanggah Arka, yang lagi-lagi mendapat pelototan.

"Ya emang nggak sih. Tapi aku nggak tahu apa asyiknya nge-date di kamar atau di rumah?" Kemudian gadis itu berhenti sejenak, meresapi perkataannya sendiri. Memang Arka tadi mengajaknya berkencan? Jantungnya mulai bergerak liar, mengirimkan degup yang tidak beraturan.

"Lihat aja. Sekarang kamu siap-siap aja dulu ke kamar kamu. Nanti kalo udah siap, aku kabarin."

***

Mesa mematung di depan tas yang berisi pakaiannya, bingung hendak mengenakan yang mana. Ia tidak memiliki banyak pilihan baju ganti, karena memang tidak pernah terpikir olehnya akan berkencan dengan lelaki di tengah pekerjaannya. Tunggu, kencan? Sontak, kepalanya menggeleng keras. Ini bukan kencan. Hanya ... hang out. Ya itu dia. Nongkrong bersama. Cuma keluar menghabiskan waktu bersama teman. Jangan berpikir yang macam-macam. Namun, ketika ia mendapatkan pesan dari lelaki berkaca mata yang kamarnya masih selantai dengannya, jantungnya kembali berdegup kencang. Bisa tidak sih organnya ini menurut sedikit sekali-kali?

Begitu pintu kamar lelaki itu terbuka, Mesa melemparkan senyum canggung. Ia tidak mengerti apa yang akan disiapkan oleh Arka, jadi ia hanya mengenakan kaus dan celana jins. Tidak ada yang istimewa karena ini cuma nongkrong, titik.

Arka segera menyambar tangan gadis itu dan menariknya ke dalam. Kamar tersebut memiliki sebuah ranjang besar yang nyaman, di mana televisi tergantung di depannya. Ada dua kursi dan satu meja di dekat pintu, yang terbuat dari kayu yang kokoh. Di meja tersebut sudah ada dua spageti dan dua jus jeruk. Mesa menatap itu semua dengan heran. Ini kencan yang menyenangkan itu?

"Ini kan kayak ... makan biasa di rumah. Apa istimewanya?" tanya Mesa sangsi.

"Hmm. Kamu suka musik apa?"

"Hah? Buat apa?"

"Udah, jawab aja."

"Sekarang lagi suka dengerin Treasure."

"Treasure?"

"Boyband K-Pop."

Lelaki berkacamata itu mengangguk, lalu ia menggerakkan ibu jarinya ke ponsel. Setelah itu lagu dari Treasure mengalun, membuat senyuman di wajah Mesa pun terbit.

"Silakan." Arka mengarahkan kedua tangannya, mempersilakan gadis itu duduk di salah satu kursi yang tersedia di sana. Gadis itu terkekeh tetapi ia menuruti arahan Arka. Ia duduk disusul oleh lelaki berkacamata itu, yang kemudian menyodorkan sepiring spageti ke arahnya. Saat menyantap makanan tersebut, musik dari gawai Arka masih mengalun meskipun dengan volume yang tidak terlalu berisik. Lelaki itu mengajaknya ngobrol, lebih tepatnya bertanya-tanya mengenai pekerjaan, hobi bahkan pengetahuan Mesa mengenai kota-kota yang disinggahinya. Saat gadis itu bicara, Arka menyimak dengan penuh perhatian, sesekali menimpali atau bertanya mengenai hal-hal yang tidak ia mengerti.

Rasanya manis sekali.

Mesa dikenal cerewet dan suka berceloteh, bahkan teman-temannya menjulukinya Donald Duck. Mereka jarang mendengarkan ketika gadis itu berkata-kata. Karenanya, ketika ada seseorang yang penuh perhatian mendengarkannya, jarang menyela kecuali hendak menanyakan sesuatu, hati Mesa tersentuh. Bahkan lelaki itu tidak mencelanya masalah K-Pop. Meski pun Arka bilang ia tidak begitu mengerti, tetapi lelaki itu bahkan mengakui lagu-lagu yang terputar dari gawainya easy listening.

"Ayok, aku ajarin dance-nya!" sahut Mesa antusias, dan menarik tangan lelaki itu. Mereka baru saja selesai menandaskan spageti, tanpa sisa.

"Aku nggak bisa nari!"

"Ikutin gerakannya aja!"

Gerakan Arka tampak kaku dan patah-patah, tetapi ia mencoba meniru tarian Mesa. Gadis itu tertawa, ketika Arka akhirnya mengangkat tangan tanda menyerah. Saat Mesa terus menari, lelaki itu hanya bergoyang ala kadar.

Saat akhirnya Mesa mengempaskan tubuhnya yang kelelahan di atas ranjang, Arka dengan sopan memilih duduk di kursi, menghabiskan sisa jus jeruk yang ada di meja.

"Haus ya? Ada air mineral tuh," ujar Arka sembari menunjuk meja di depan ranjang. Di atasnya, ada beberapa botol air mineral serta teh dalam kemasan.

Mesa bangkit dari ranjang dan meraih sebotol air mineral. Ia tertawa, karena belum pernah sesenang ini saat bersama seseorang di tempat yang tidak pernah ia bayangkan. Bermain arung jeram, lompat tebing, atau flying fox, sudah biasa. Tapi menghabiskan waktu di sebuah kamar yang tidak ada menarik-menariknya sama sekali?

"Okay, sekarang movie time!" seru Arka dengan wajah semringah. Ia menyalakan televisi dan mencari film yang tampaknya bisa ditonton oleh mereka berdua. Saat ada salah satu channel yang menayangkan film dari Korea berjudul Extreme Job, Mesa memekik dan meminta agar lelaki berkaca mata itu tidak mengganti channel-nya. Kedua sudut bibir Arka melengkung ke atas, sebelum ia menghubungi room service. Gadis berambut gulali itu tidak memerhatikan apa yang dipesan oleh Arka, tetapi ketika seorang pelayan datang dan mengantarkan berondong jagung dalam porsi besar, minuman soda botol berukuran 1,5 liter, kentang goreng dan sosis, mata Mesa terbelalak.

"Nggak kebanyakan, Mas?"

Arka menggeleng, kemudian menarik kursinya di dekat ranjang. Ia juga menggeret meja sejajar dengan nakas dan menaruh semua makanan yang ia pesan di atas sana. Sehingga Mesa yang berada di atas ranjang bisa mengambil cemilannya. Ia menarik satu bantal dan menaruhnya ke punggung kursi, lalu duduk dan menonton.

Mereka menonton sembari sesekali berkomentar, sedikit menitikkan air mata saat adegan emosional dan mengharukan. Ketika film usai dan dilanjutkan dengan film lainnya, makanan yang di atas meja sudah tandaas tak tersisa.

"Lebih seru daripada nonton di bioskop, kan? Di sini kita berisik, makan apa aja yang kita bawa, nggak ada masalah." Arka mengangkat alisnya, merasa senang karena sedari tadi gadis itu belum meluapkan komplen karena berada di kamar selama beberapa jam. Bahkan sampai akhirnya pukul satu dini hari, di mana Arka meminta maaf karena sudah mengantuk, Mesa tersenyum tanpa henti. Ia berpamitan dengan sedikti enggan dan beranjak ke kamarnya sendiri.

Ini pertama kali bagi Mesa, ada seorang lelaki yang mencoba membuatnya tertawa. Pertama kalinya, ada lelaki yang berdansa dengannya. Seseorang yang saat bersamanya, waktu tidak terasa berlalu begitu saja. Tanpa sadar, lelaki itu telah menelusup jauh dan kini membangun istana di dalam hatinya.

*Episode18*

Ciee yang abis kencan mulai dag dig dug ser... Akan ada apakah setelah ini?

travelove (Diterbitkan oleh Karos Publisher)Where stories live. Discover now