Episode 13 Percikan Rasa Tersembunyi

46 17 4
                                    

"Jangan sampai kamu baper lho nanti," cetus Rani serta merta membuat Mesa sontak menoleh. Gadis itu mengangkat bahu dan melanjutkan lagi mengenakan tabir surya ke wajah dan tangan, sebelum nanti mereka akan berkemas. Setelah ini mereka akan melanjutkan perjalanan ke Danau Biru, sebuah kawasan wisata yang berada di desa Karang Sidemen. Kru pria dan Arka sedang membereskan tenda mereka, termasuk menaruh barang-barang ke mobil van yang sejak awal membawa mereka berkeliling Lombok. "Aku serius, Mes."

"Baper apaan sih?" Mesa merespons dengan senyum geli. "Having fun doang lho ini. Lumayan dia mau bayarin aku makan dan jalan-jalan. Udah ke sini dapat akomodasi kantor, sekarang dapat jalan-jalan gratis. Ya, why not?"

"Kamu yakin kalau ini cuma having fun? Orang yang baru patah hati itu rentan, terus mereka masih lemah gitu lho mentalnya. Okelah kamu nggak baper. Lha si Arka? Kalo dia yang jatuh cinta sama kamu gimana? Karena nganggap kamu orang yang perhatiin dia saat dia lagi butuh?" Alis Rani terangkat. Gadis itu melipat semua pakaian kotornya dan menaruhnya di sebuah kantung plastik, kemudian menaruhnya di koper. Berbeda dengan Mesa yang asal-asalan, sehingga tasnya nyaris penuh dengan barang-barangnya.

Mesa terngiang perkataan lelaki berkacamata itu sekali lagi. Setelah itu ia menghela napas. "Nggak, nggak bakalan. Dia nggak bakalan jatuh cinta sama aku. Sejak awal dia sama aku aja karakternya beda, kok. Mana mungkin dia bisa naksir sama aku yang hidupnya clueless berantakan begini."

"Lha kalian berdua semalaman ngobrolin apa? Mana manis banget kayaknya tatapan dia ke kamu."

"Kamu kok jadi interogasi nggak jelas kayak gini, sih?"

Rani menghela napas. Tangannya menggaruk rambut yang beberapa detik yang lalu rapi membentuk ekor kuda yang rapi, kini beberapa helai mencuat dari ikatannya. "Aku cuma mewanti-wanti. Aku khawatir aja."

"Apa yang kamu khawatirin? Entah dia bakal jatuh cinta sama aku, atau aku jatuh cinta sama dia, itu urusan kami berdua. Dan aku yakin itu nggak bakal kejadian juga."

***

Perjalanan menuju Danau Biru dari Bukit Korea Dopang memakan waktu kurang lebih satu jam menggunakan mobil. Kru TV9 segera bergegas menuju ke sana, tanpa mampir-mampir, karena masih harus melakukan survey dan mengajukan ijin. Mesa yang hanya bertugas sebagai reporter, memilih untuk berjalan-jalan sendiri. Begitupun Rani dan Ucok, yang memutuskan untuk ke Narmada Park, sebelum menuju Danau Biru. Mesa memilih untuk menuju Karang Bayan, yang memiliki tempat wisata berkuda. Gadis itu penasaran bagaimana rasanya menunggangi kuda, sehingga ia mengajak Arka ke sana, tanpa pikir panjang. Arka yang sudah menyewa mobil sejak kemarin malam pun mengiyakan, selama dia yang menyetir dan mengecek rute lewat Google Maps.

Sepanjang perjalanan, Mesa bercerita tentang tempat-tempat yang ia kunjungi selama menjadi reporter TV9, dan Arka mendengarkan dengan penuh perhatian. Lelaki itu sesekali bertanya menjadikan obrolan mereka yang terkesan satu arah itu tak putus-putus.

"Impianku bisa naik gunung Himalaya sih. Sampai sekarang belum kesampaian. Ya gimana enggak, setiap aku berhasil ngumpulin duit, ada destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Indonesia, luar negeri seperti Singapura atau Malaysia aja banyak tempat untuk dieksplor atau dijelahi lho, Mas. Bulan depan aja, kru TV9 mau ditugaskan ke Madura, menjelajahi beberapa tempat wisata yang hidden gems gitu."

"Di Indonesia ini, kamu udah ke mana aja?" tanya Arka sembari memusatkan pandangan pada jalan di hadapannya.

"Kalau Jawa, sebagian besar sudah. Bali, udah, meskipun ya cuma beberapa tempat wisata yang ramai pengunjung. Terus dua bulan lalu, kru TV9 pernah ke Kalimantan, tepatnya ke Banjarmasin. Aceh juga pernah sama ke daerah Raja Ampat. Kru yang lain pernah ke Lampung, Way Kambas, Padang sama Brunei Darusalam juga. Seru sih."

"Lho, emang pembagian tiap kru beda-beda?"

Mesa mengangguk dengan antusias. "Iyalah beda. Kadang produser ngirim dua tim ke tempat yang berbeda, jadi kita selalu punya materi untuk ditayangkan bulan depan."

"Terus kenapa kamu milih ke Karang Bayan? Nggak ke Narmada Park bareng temenmu, si Rani itu?" Arka menoleh sekilas ke arah gadis di sebelahnya, sebelum mengamati peta yang terpampang di layar ponselnya yang diletakkan di atas dasbor mobil.

"Tahun kemarin, ada kru TV9 yang ngeliput Karang Bayan ini. Tempatnya seru abis buat petualangan gitu. Ya aku penasaran sih. Kalau Narmada Park paling ya gitu-gitu aja. Toh, misal tempatnya bagus, ya bisa didatengin besok." Gadis berambut gulali itu tergelak. Tangannya meraih kantong berisi camilan yang sempat dibeli Arka sebelum mereka berangkat tadi pagi, lalu mengambil sebungkus keripik kentang. "Mau?" tawar Mesa tanpa pikir panjang, menyodorkan keripik ke arah Arka.

"Lagi nyetir nih, entar aja." Arka menolak dengan sopan. "Ini ntar kamu mau berkuda, yakin? Pernah punya pengalaman naik kuda, mungkin?"

Mesa terkekeh dan menggeleng. "Belum pernah. Justru karena belum, ya dicoba. Aku juga lupa tanya apa mereka sedia kuda buat orang dewasa atau nggak."

Mata Arka melotot, sementara kedua alisnya terangkat. "Kenapa nggak tanya sebelum berangkat? Atau tadi pagi, misalnya? Mesti banget ya kamu bikin kejutan setiap saat begini?"

"Yah ... kan cuma berkuda ini. Kalau nggak bisa ya, cari alternatif lain. Wahana di sana banyak kok. Ada rafting juga. Seru kayaknya."

"Astaga, Tuhan," keluh Arka sembari menghela napas berat. "Kita di kota orang nih, Mesa. Luar pulau, bahkan. Kan itu fungsinya acaramu dibuat. Ngasih tahu ke orang tentang tempat wisata yang perlu dikunjungi, biar mereka nggak kesasar, atau punya persiapan, biar nggak kenapa-kenapa di jalan."

"Tuh, kan. Mas Arka mulai lagi. Kalau kita mengharapkan nggak terjadi apa-apa, ya nggak bakal terjadi apa-apa, termasuk kenangan indah yang bisa kita buat meskipun berawal dari perjalanan yang salah."

Tangan kanan lelaki berkacamata itu menepuk dadanya dengan keras. "Ampun, Tuhan. Semoga perjalanan ini bisa selamat sampai tujuan."

Gadis berambut gulali itu meraih sepotong keripik dan menyuapkannya ke Arka. "Udah, makan aja nih. Biar nggak bawel. Lagian cuma berkuda ini."

Mata Arka melirik dengan kesal. "Kayaknya aku butuh meralat permintaanku nggak sih?"

"Nggak, nggak ada ralat-ralat. Udah, kita jalan aja. Masih banyak keseruan yang bisa kita lakukan sepanjang siang, sebelum kita ke Danau Biru." Mesa meraih keripik dan menyuapkan ke mulutnya.

"Awas ya, kalau aku sampai berakhir telanjang di kamar hotel nggak sadarkan diri lagi!" ancam Arka dengan bibir cemberut.

"Ya jangan minum tuak berarti! Situ yang minum, kok orang lain yang disalahin!" omel Mesa sembali mengerling.

Arka menggertakkan gigi. "Iya, iya. Tapi jangan cekokin aku dengan minuman yang aneh-aneh, ya?" Tangannya mengacak-acak rambut gadis berambut gulali di sebelahnya.

"Iya, janji." Mesa mendadak salah tingkah karena mendengar degup jantungnya berpacu lebih cepat daripada biasanya.

*episode13*

Aduh, kenapa aku merasa, udah ada percikan-percikan rahasia ini ya?

travelove (Diterbitkan oleh Karos Publisher)Where stories live. Discover now