🔹 6 - Gombalan Maut, Razta, Perkelahian

47 5 12
                                    

"Cintaku secerah cahaya mentari, tapi kamu malah pakai sunblock. 'Kan goblog!" -Surya Adepratama (Dari Album: Lelah Hati Abang, Dek!)

Jam kosong di kelas, adzan berkumandang merdu dari musholla. Beberapa siswa beranjak pergi mengambil air wudhu di mushola, sedangkan para hamba laknat malah sibuk nongkrong di pojokan kelas sambil bernyanyi ria.

Setelah dirawat di rumah sakit dan tidak hadir beberapa hari, akhirnya mereka kembali berkumpul. Lagu apalagi yang mereka nyanyikan kalau bukan lagu Bondan Prakoso - Ya Sudahlah. Di sela-sela nyanyian, Surya terpaku pada seorang cewek yang berlalu di pintu kelas. Wajahnya berseri-seri. Menyadari hal itu Yoga yang duduk di kursi menyelutuk.
"Ada bunga-bunga cinta nih cie ..."

Surya tersipu malu. "Hehe lu tau aje dah."

"Bunga kemenyan kali, iye." Mulut lemes Dion mulai berulah. Surya tampak tak terima dan segera menjepit monyong Dion kesal.

"Sembarangan lu. Intan itu udah cantiknya kebangetan, mana wangy, manis, lembut. Jadi lemes jantung gua tiap dia lewat."

"Anjim lu, dower nanti congor gue, begok. Kencing ae belum lurus udah mikir cinta-cintaan lu!" Dion mendampratnya tanpa basa-basi.

"Minimal kasih saran, kek! Biar gua bisa pacaran sama dia dan gak jones kayak lu-lu pada!"

Andhi yang tidak biasanya memaki juga protes. "Lu tega-teganya mengkhianati prinsip kejonesan kita semua. Gua kira lu teman ternyata setan."

Tapi di antara mereka hanya Bagas yang kelihatan anteng, membuat Surya sedikit pede untuk bertanya. "Gas, lu kan yang kelihatannya paling ahli dalam hal cinta di antara kita. Kasih tau gua dong gimana caranya luluhin hatinya Intan ..."

Bagas berhenti memetik gitar, menoleh. "Lu nanya sama orang yang tepat, bro!"

Dia menggenjreng gitar dengan irama syahdu untuk menambah suasana romantis. "Cinta itu butuh proses, ibarat lu menanam tanaman. Lu harus memberi banyak hal, tanah pupuk, air, dan tenaga. Sama seperti cinta, lu harus berikan perhatian, waktu, segala jenis effort lu pada dia!"

Surya mengangguk-angguk serius.

"Intinya yang lu butuhkan pertama adalah ...."

"Sabar kan, Gas?" sambut Surya pede.

"Sadar lah goblok! Sadar diri!" maki Bagas. "Ibarat punuk merindukan bulan, Intan itu terlalu cantik, disandingin sama elu entar orang ngira elu pembantunya," lanjutnya. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak.

"Temen apa binatang dia ini, " gemas Surya. Membuang napas kesal.

Candaannya membuat Surya pasrah, Bagas akhirnya memberikan saran dengan serius,
"Ya gua juga gak pernah pacaran sih, tapi saran gua, lu harus nyoba dulu lah. Just try your best, buddy!"

Surya menyahut, "Try, try, belom di-try aja udah nice try! Wuasem."

Dion yang otaknya sisa se-ons tertawa ngakak.
"Bukan jodoh lu berarti."

"Terus jodoh gua siapa?"

"Kematian."

Surya tertohok, Andhi menyelepetnya dengan sendal jepit. Hari ini dia tidak pakai sepatu karena rumahnya banjir.

"Gak boleh gitu, Dion O'on. Nanti kalau Tuhan pertemukan dia sama jodohnya dan rupanya kematian gimana? Kan Alhamdulillah," serbunya.

"Ah, sama aja lu pada! Hobinya ngejekin gua, gak ada yang bener."

Yoga satu-satunya yang paling waras akhirnya mengeluarkan suara. "Gimana kalau kita langsung samperin orangnya? Kalau gitu kan anak-anak pada serius, saran doang sih."

BagaskaraWhere stories live. Discover now