17. Jujur

608 123 34
                                    

Rose pun pulang dari kampus nya, dengan wajah ceria dan tak sabar untuk segera bertemu Rio.

Ceklek

Rose terkejut menemukan Rio terduduk melamun dengan luka di wajah nya, rumah juga dalam keadaan berantakan.

"Oppa apa yang terjadi?" Cemas Rose, ia mendekati Rio dan memeriksa luka di jawah nya.

"Aku tidak apa-apa Rose" Rio berusaha menepis tangan Rose dengan halus.

"Apa ada pencuri masuk oppa? Aku takut melihat mu seperti ini" kata Rose, Rio lalu menatap gadis itu

"Kamu ingat saat kita pertama kali bertemu?" Tanya Rio, Rose mengangguk, ia tak mengerti kenapa Rio malah membahas masa lalu mereka.

"Wajahku penuh luka bukan?" Rose kembali mengangguk.

"Itu semua karena ulah ayah mu, Kwon Yuri, dia yang memukul ku" cerita Rio, Rose terbelalak sampai menutup mulut dengan kedua tangan nya, tak percaya dengan cerita Rio.

"Dan dia baru saja mendatangi ku" Rose semakin terbelalak.

"Lalu apa yang oppa katakan pada appa?" Tanya Rose penasaran.

"Aku tak bisa membohongi seorang polisi bukan?" Rio balik bertanya.

"Bahwa aku menggunakan mu sebagai alat untuk membalas dendam padanya" jujur Rio.

Plak

Rose menampar pipi kanan Rio yang sudah terluka oleh pukulan Yuri, ia berlari ke kamar sambil menangis, untuk mengemas koper nya.

"Kamu jahat, aku membenci mu" ketus Rose sebelum keluar dari rumah Rio.

Di rumah, Yuri tengah mencari stock gula pasir, ia hendak menyeduh kopi malam itu, tapi tak kunjung ketemu.

Ceklek

Rose membuka pintu rumah ayah nya, menatap ragu dan malu sendiri pada sang ayah, yang menoleh ke arah nya, Rose melihat sang ayah tengah memegang kaleng gula yang kosong melompong.

"Stock gula pasir ada di kabinet atas, appa" lirih nya, ia lalu masuk dan menuju ke kamar nya, Yuri mengerjab, ia menuruti ucapan Rose untuk mencari stock gula pasir di kabinet atas.

Dikamar nya, Rose menangis sesenggukan, hati nya patah karena ternyata Rio tak mencintai nya, dan hanya memanfaatkan nya saja untuk membalas sang ayah.

Keesokan hari nya, Jisoo hanya terdiam menemani Rio minum kopi dan merokok di cafe, wajah nya sudah di tempeli beberapa plester guna mengobati luka nya, Rio hanya melamun, dan terus merokok sampai hampir satu bungkus ia habiskan.

Keesokan hari nya, Jisoo hanya terdiam menemani Rio minum kopi dan merokok di cafe, wajah nya sudah di tempeli beberapa plester guna mengobati luka nya, Rio hanya melamun, dan terus merokok sampai hampir satu bungkus ia habiskan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di tempat lain, Yuna sedang di kepang rambut nya oleh sang mama, setelah itu ia keluar bersama Nickhun yang akan mengantar sang putri ke rumah teman sekelasnya yang berulang tahun.

"Ayo sayang, masuklah" Nickhun mendorong punggung Yuna.

"Yuna-yaa, masuklah, teman-teman mu sudah menunggu" kata ahjuma pemilik rumah, Yuna pun masuk dengan ragu sambil membawa kado untuk teman nya yang berulang tahun, setelah menyerahkan kado nya, Yuna di antar ke ruang keluarga dimana semua anak berkumpul, ada Hye-Won yang duduk di kursi sedang di sisir oleh Minjoo dan Ye-Na, tak lama terdengar suara teriakan Yuna.

Tiffany dan Nickhun pun datang kembali untuk menjemput Yuna yang menangis histeris, sang ayah sambung bahkan sampai harus menggendong nya.

"Anda harus bertanggung jawab dengan apa yang telah putri mu lakukan" ancam Tiffany pada ibu kandung Ye-na.

Sedangkan Rio, setelah menerima telpon dari sang mama, ia langsung meluncur ke rumah bersama Jisoo, dan mendapati sang dongsaeng menangis dan di hibur oleh Nickhun.

"Oppa" adu nya begitu Rio datang.

"Hey, ya, oppa disini" Rio lalu membawa Yuna untuk duduk bersama nya, sedangkan Tiffany di dapur tengah menangis sambil menelpon Taeyeon.

Rio membawa Yuna ke kamar, menemani dongsaeng nya itu tidur, sambil membacakan cerita, Taeyeon datang dengan terburu-buru dari kantor nya, tapi sang putri sudah tertidur, jadi Yuna tidak tahu jika sang ayah datang untuk nya.

Keesokan hari nya, Tiffany, dan Taeyeon mendatangi komite sekolah untuk mengajukan protes pada apa yang menimpa putri mereka di rumah Choi Ye-Na.

"Itu atas permintaan Yuna sendiri, jadi bukan salah putri kami" bela tuan Choi, Ya, Yuna di bully, rambut panjang nya dipangkas habis oleh Ye-Na, Hye-Won dan Minjoo, kini ia terpaksa berambut cepak, ia memang sudah lama mendapatkan perundungan dari teman-teman nya, tapi Yuna tak pernah mengatakan nya pada siapa pun, dan para perundung itu tak mendapatkan hukuman.

Keesokan hari nya, Rio mengantar sang dongsaeng ke sekolah, Yuna menggenggam erat-erat tangan kiri Rio, sambil menunduk, pertanda bahwa ia ketakutan, trauma, dan tak percaya diri, di lorong kelas, mereka berpapasan dengan tiga pembully Yuna yang berdiri di depan mading.

"Yuna-yaa, rambut baru mu bagus sekali" ejek Ye-Na sarkas, Rio melirik sang dongsaeng yang semakin menciut nyali nya, hal ini membuat nya naik pitam, Rio mengambil tong sampah di dekat nya dan melempar nya ke arah mading.

Prank

Terdengar suara kaca hancur berkeping-keping, di susul suara jeritan dan teriakan murid lain yang ketakutan dengan amukan Rio, pihak sekolah langsung menghubungi polisi untuk melakukan penahan pada Rio.

Di tempat lain, Rose berbaring dikamar nya, masih enggan untuk ke kampus karena patah hati nya, tanpa sengaja, mainan kalung nya bergeser di leher nya, ia pun tersadar, lalu menyentuh nya.

"Odio" gumam nya lagi dalam hati, kini ia merasa penasaran dengan arti kata itu, Rose pun meraih ponsel nya untuk mencari tahu nya di internet.

#TBC

OdioWhere stories live. Discover now