28. Wisuda

515 124 18
                                    

Seminggu kemudian, Rio menyerahkan gambar desain nya pada Yoong, sang atasan nampak serius mengamati nya.

"Ayo, kamu ikut aku ke lapangan" ajak Yoong

"Ne sajangnim"

"Bawa desain mu" perintah nya, Rio pun menggulung kertas gambar nya, dan mengikuti Yoong, bersama Bambam, pegawai senior yang lain pun mencibir kepergian Rio bersama atasan nya.

"Aku lupa Rio, harus nya aku perlihatkan dulu tanah nya seperti apa, tapi seperti nya desain rancangan mu cocok" ucap Yoong di dalam mobil nya.

"Ne sajangnim"

Mereka pun tiba di sebuah lahan kosong, tempat dimana perusahaan Yoong akan mulai membangun perumahan baru disana, Rio ikut turun, memperhatikan daerah sekitar, serta kontur tanah nya.

"Bagaimana?" Tanya Yoong.

"Kita bisa memulai nya dari sana sajangnim, dan pilihan bahan nya tetap menggunakan hebel, mengingat tanah disini sedikit berpasir jadi membutuhkan bahan yang ringan dan mudah melekat" jawab Rio, ia lalu berbicara dengan Yoong tentang perencanaan nya, dan mengutarakan ide-ide nya pada sang atasan, satu jam lebih mereka di luar.

"Baiklah, aku serahkan pengerjaan proyek ini pada mu, setelah makan siang nanti, kita bertemu di ruang meeting" ujar Yoong

"Ne sajangnim" mereka pun kembali ke kantor.

Rio pun makan siang di kantin seperti biasa, kali ini, ia menyimpan semua peralatan menggambar nya di laci lemari dan mengunci nya, jadi aman, setelah itu, ia memasuki ruang rapat, sudah ada Yoong disana, dan menunggu yang lain kembali.

Yoong berdiri, memulai untuk memimpin rapat, bersama dengan bagian marketing dan operasional.

"Saya rasa tidak mungkin kita bisa membangun sebuah rumah dengan biaya yang Rio ajukan sajangnim" protes Joseph sang direktur marketing dan operasional.

"Itu mustahil, perekonomian sedang lesu, resesi sudah melanda negeri dari tahun kemarin, otomatis harga barang-barang pasti naik"

"Bagaimana mengatasi nya Rio?" Tanya Yoong, padahal harusnya itu tugas Joseph dan anak buah nya untuk mencari jalan keluar nya.

"Ajukan negosiasia kerja sama, kita bisa memasang banner iklan perumahan ini dengan menambahkan sponsor dari pihak perusahaan penyedia bahan material" jawab Rio.

"Ide mu bagus" puji Yoong, Joseph berdecak kesal, ia terlalu malas dengan proyek yang ia anggap kecil ini, karena biasanya perusahaan mereka membangun rumah mewah, dengan bajet milyaran untuk satu unit rumah, sedangkan yang Rio bangun sekarang, adalah rumah sederhana dengan harga dua puluh lima juta ₩on.

"Joseph, mulai kerjakan tugas mu" perintah Yoong.

"Menambah beban pekerjaan ku saja" gumam Joseph kesal.

Sepulang bekerja, Rose sudah menyiapkan makan malam untuk Rio.

"Oppa tidak lupa kan minggu depan wisuda?"

"Astaga, aku hampir lupa Rose, besok tolong ambilkan toga ku ne" pinta Rio.

Dan akhir nya Rio pun di wisuda, begitu turun dari mimbar setelah menerima ijazah, Rio langsung menghampiri Rose, wanita itu pun menyambut nya, memeluk lalu mencium bibir Rio dengan sebuah kecupan, keluarga sudah menunggu di luar untuk foto bersama, Yuri enggan mendekat, ia hanya memperhatikan dari dalam mobil nya

"Mama, papa, uncle, Yuna, dan Rose, Rio harus pergi" pamit nya

"What? Apa maksud mu boy?" Kaget Taeyeon.

"Pergi kemana?" Bingung Tiffany

"Hari ini adalah peletakan batu pertama untuk proyek pertama ku, jadi aku harus kesana" jelas Rio tertawa tak jelas.

"Astaga" ucap Nickhun, Rio terkekeh lucu

"Pergilah oppa, jangan sampai terlambat" ujar Rose.

"Sampai jumpa di rumah nanti" ucap Rio pada Rose, ia lalu berlari meninggalkan kampus masih dengan baju toga nya, Taeyeon melirik Yuri, melihat apa yang akan dilakukan calon besan nya itu, ia sengaja tak menyuruh Minho untuk mengantar Rio.

"Wow wow wow" Rio berusaha menyetop mobil yang hendak menabrak nya itu.

Ckit

"Masuklah" ketus sang pengemudi mobil yang tak lain adalah Yuri, Rio terbengong.

"Cepat atau aku tinggal!" Bentak nya, Rio pun segera masuk ke dalam mobil Yuri, yang akan mengantar nya ke proyek.

"Aku tidak tahu jika appa. . ."

"Diam lah, pikirkan saja pekerjaan mu, jangan banyak bicara" ketus Yuri kasar, memotong ucapan Rio, pemuda itu pun terdiam.

"Kita kemana?" Tanya nya tanpa merubah nada suaranya pada Rio.

"Ke Insadong appa" jawab Rio, Yuri pun mengantar nya tempat tujuan.

Yoong nampak gelisah, upacara peletakan batu pertama akan di mulai, tapi Rio tak kunjung menampakan batang hidung nya, marah sudah pasti, ingin rasanya dia mengamuk pada Rio sang pegawai baru, tiba-tiba sebuah mobil datang, Yoong menatap nya penasaran.

"Gumawo appa" ucap Rio sebelum turun dari mobil Yuri, tapi sang calon mertua tak menyahut, pemuda itu berlari menghampiri Yoong dan yang lain, atasan nya itu di buat terbelalak.

"Maaf sajangnim, saya harus menghadiri wisuda dulu tadi" jujur Rio sambil membungkuk hormat

"Kenapa tidak bilang?" Amarah Yoong pun menguap.

"Karena saya tidak ingin melewatkan moment ini sajangnim" jawab Rio.

"Siapa yang mengantar mu?" Tanya Yoong menatap Yuri yang masih belum pergi

"Dia mertua saya sajangnim" jawab Rio, Yoong melambaikan tangan nya menyapa Yuri, dan tentu saja dibalas hal yang sama.

"Ya sudah, ayo kita mulai" ajak Yoong.

Yoong meletakan batu pertama nya, sedangkan Rio yang menuangkan adonan semen nya, diikuti tepuk tangan dari para staff dan pegawai yang hadir, Bambam tak bisa menahan tawa melihat Rio masih memakai toga nya untuk bekerja.




#TBC

Odioحيث تعيش القصص. اكتشف الآن