33 : Salju di Hokkaido

16.4K 2.1K 53
                                    

Juno menyesap coklat panas dari cangkir di tangannya. Pandangannya tertuju pada wajah Kaila di layar laptop yang sengaja ia letakkan di atas meja belajar. Sejak tadi, Kaila mondar-mandir. Sedikit muncul di layar, kemudian hilang, lalu muncul lagi. Entah sudah berapa puluh panggilan video yang mereka lalui sejak awal berpacaran hingga sekarang, Juno tidak menghitung. Hampir setiap malam mereka melakukan panggilan video untuk saling melepas rindu, saling berbagi keluhan karena tugas kuliah menumpuk, saling berbagi tawa karena kejadian lucu yang dialami hari itu. Terkadang juga bertengkar karena Juno terlambat memberi kabar, laki-laki itu sering ketiduran karena perbedaan waktu, di mana Juno sudah sangat mengantuk sementara Kaila baru selesai mengerjakan tugas. Terkadang Juno juga harus mendengar Kaila mengomel karena resep masakan yang ia coba gagal total. Hal-hal sepele yang mereka bicarakan tetap membuat mereka sanggup menjalani hari sebagai pasangan jarak jauh.

"Astaga. Banyak banget ya ternyata? Nggak muat." Kaila merengek seraya menjejalkan salah satu tas kecil ke dalam koper.

"Aku udah bilang kan? Nggak perlu bawa banyak-banyak baju, tas, dan sepatu. Lagian kamu cuma di sini satu minggu," jawab Juno. "Biar apa bawa banyak baju, tas, sepatu gitu? Tas bawa satu aja. Sepatu satu juga yang kamu pakai berangkat."

Kaila menggaruk belakang kepalanya, membuat rambut yang terikat itu sedikit berantakan. "Ya habis kalau baju sama sepatunya itu-itu terus jadi dikit yang bisa di upload ig."

"Lagian kamu juga jarang update kan? Udah lah, kurangin aja bajunya. It's winter season, La. Paling juga foto kamu kebanyakan kelihatan jaket tebel daripada bajunya."

"Nggak! Ini beda, Sayang. Ini aku liburan ke Tokyo loh, bukan ke Ancol. Aku mau update banyak-banyak di sana. Dan, kapan lagi aku bisa merasakan musim dingin? Main salju betulan? Ini bukan salju palsu yang ada di mall loh."

Juno tersenyum. "La, di Tokyo nggak kayak film Amerika yang kamu tonton. Saljunya nggak setebal itu. Jalanan cenderung kering, nggak selalu ditutupi salju. Kecuali kamu main ke Jepang bagian utara, kayak Hokkaido. Mending kopernya kamu sisain space buat oleh-oleh ketimbang penuh sama baju, tas, dan sepatu."

"Aduh. Harus bongkar lagi dong kalau gitu?" Kaila berdecak sekaligus bertolak pinggang. "Apa kita liburan ke Hokkaido aja ya? Aku denger ada festival musim dingin juga di Sapporo. Kita bisa naik shinkansen nggak ya dari Tokyo?"

Juno mengembuskan napas panjang. Tidak biasanya Kaila serewel ini. "Nggak ada, Sayang. Tokyo sama Sapporo beda pulau. Kamu jangan bikin rencana tidak terjadwal deh. Itu mama kamu udah booking hotel selama lima hari di Tokyo."

"Ya tapi pas hari kedua kan mereka mau janjian sama temen SMA papa di Tokyo. Gabut banget kalau harus ikutin jadwal mereka. Kita berdua aja yang pulang pergi dari Tokyo ke Sapporo. Bisa kan?" Kedua mata Kaila membulat. Perempuan itu jarang merengek seperti ini.

"Udah lah, La. Yang penting packing dulu. Dua hari lagi berangkat loh." Juno tersenyum meskipun melihat gadisnya cemberut.

"Ya udah deh. Aku matiin ya teleponnya. Bateraiku mau habis," ujar gadis berambut panjang itu.

Juno mengangguk. "Sampai jumpa besok lusa, Sayang."

Tak lama dari itu, kamar Juno kembali sunyi. Tidak ada lagi suara Kaila. Hanya terdengar suara detik jarum jam dinding dan juga aroma coklat panas yang menemani Juno. Besok lusa Kaila datang ke Tokyo bersama kedua orang tuanya untuk mengisi liburan semester ganjil. Juno sudah merindukan gadis itu. Sangat. Ia ingin saling menautkan jemari dengan Kaila, memeluk gadis itu sepuasnya, mengucap selamat pagi secara langsung, berbagi minuman hangat. Banyak yang ingin ia lakukan.

Juno tersenyum sekilas, teringat permintaan kekasihnya itu. Tokyo-Sapporo. Tangan kanan Juno bergerak menuju tetikus dan menggerakkan kursor, dengan cekatan ia memilih penerbangan pagi dari Tokyo ke Sapporo sekaligus penerbangan malam untuk rute sebaliknya. Dua tiket. Semoga satu hari cukup untuk berjalan-jalan di Sapporo.

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang