37 : Kejutan

13.9K 1.9K 53
                                    

Upaya Juno tidak sia-sia. Tiga minggu ini ia mengebut untuk mengerjakan laporan penelitiannya. Dosennya pun juga sepakat kalau Juno bisa sidang lebih awal. Laki-laki itu mengendalikan dirinya seperti robot. Setelah bangun tidur, pikirannya sudah berada pada laporan. Ia memilih membeli sarapan roti dan kopi di minimarket seraya melangkahkan kaki masuk ke area kampus. Ia tidak peduli dengan menu makan siangnya dan memilih menu apa saja asal praktis dan bisa dimakan sambil mengerjakan laporannya di laptop. Ia bisa berada di perpustakaan atau di kampus sampai tengah malam, kemudian mampir ke laundry 24 jam, dan berakhir tidur tanpa makan malam karena energinya sudah terkuras habis seharian. Juno tidak peduli, toh bisa menghemat uang makan juga dan bisa digunakan untuk pulang ke Indonesia.

Semua yang dilakukan Juno memang tidak mudah, tetapi ia tidak ingin mengecewakan Kaila lagi. Berkali-kali ia ingin menyerah, tetapi pesan Kaila di depan buku album kenangan waktu SMA menyadarkannya. Gadisnya itu menunggu di sana, di Indonesia. Ia menunggu kehadiran Juno. Selalu.

Awalnya ia memang tidak berniat datang ke wisuda Kaila. Malu karena belum bergelar sarjana. Namun, ratusan kali dipikirkan pun hasilnya sama. Juno tidak ingin membuat gadisnya kecewa. Setidaknya ia ingin berusaha dulu dengan mempercepat kelulusannya. Tiga minggu ini usahanya sudah sangat keras. Ia ingin datang ke wisuda kekasihnya.

Juno merapikan rambut di depan kaca. Ia memakai kemeja terbaiknya. Hari ini ia sidang kelulusan. Ia melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Wajahnya lebih tirus. Wajar, berat badan Juno turun enam kilo karena pola makan tidak jelas, jam tidur yang kurang, dan tidak sempat olahraga. Beruntung ia masih bertahan sampai detik ini tanpa jatuh sakit.

Laki-laki itu mengambil ponsel di atas meja belajar dan menghubungi mamanya.

"Assalamualaikum," sapa wanita di ujung telepon sana.

"Waalaikumsalam. Aku mau berangkat ke kampus. Doain ya, Ma. Gugup banget."

"Selalu, Nak. Mama selalu berdoa untuk kamu. Semoga diberi kemudahan. Semoga dosennya baik hati dan dikasih pertanyaan yang mudah. Nanti kalau nggak tahu jawabannya, bilang aja saya nggak ngerti bapak ngomong apa." Terdengar kekehan dari mama Juno. Juno tahu, mamanya itu berusaha melucu supaya Juno tidak tegang.

Juno ikut tertawa. "Ya mana bisa begitu, Ma. Sehari-hari bicara bahasa Jepang, masa tiba-tiba waktu ujian jadi nggak ngerti."

Mama Juno tertawa kecil. "Semoga lancar ya. Supaya cepet pulang. Oh iya, wisuda Kaila minggu depan, jadi pulang?"

"Mudah-mudahan bisa. Kaila masih belum tahu kan, Ma?"

"Iya. Mama nggak seember itu kali. Surprise kan?"

Juno mengangguk sekali pun mamanya tidak dapat melihatnya. "Iya. Kejutan. Dia masih ngambek karena aku bilang nggak bisa datang."

"Tenang. Mama bisa jaga rahasia kok."

"Makasih, Ma."

Dua jam berselang. Laki-laki itu berhasil menyelesaikan sidangnya dengan sempurna, tanpa hambatan berarti. Ia masih punya satu minggu untuk menyelesaikan revisi-revisi kecil di laporannya. Meskipun kepalanya pening karena belum makan apa pun sejak pagi. Ia juga gugup yang membuatnya tidak bisa memasukkan satu pun makanan, bahkan untuk selembar roti.

Ayo, bertahanlah. Satu minggu lagi.

~~~

Pagi itu terlihat cerah. Juno menghirup dalam-dalam udara Indonesia. Kemudian memberi pelukan singkat kepada kakak, kakak ipar, dan mamanya. Ketiganya datang menjemput Juno.

"Selamat ya. Udah sarjana nih. Keren banget adik gue," celetuk Kak Jerry.

Juno menggeleng. "Baru kelar sidang, Kak. Belum wisuda."

JASA PACAR SEHARI ( END ✔️ )Where stories live. Discover now