32. Pasar Malam

11K 1.3K 54
                                    

Erland menelan ludah melihat beberapa wanita muda yang memenuhi ruang tamu. Ia melirik sang istri yang mengeratkan pelukan pada lengannya. Suara derap kaki yang menggema membuat para wanita mengalihkan pandangan ke arah mereka. 

Senyuman menggoda terbit di wajah wanita-wanita seksi itu. Rasa kesal memenuhi hati Eleana. Apalagi saat salah satu wanita mencondongkan tubuh, mengambil ponsel yang sengaja dijatuhkan di lantai hingga menampakkan aset berharganya. Sontak, ia menutup mata sang suami, bersamaan dengan kemunculan seorang wanita yang diyakininya sebagai nyonya besar keluarga Evander. 

"Ah, putraku. Kau membuat Mami dan mereka menunggu," ucap Elisabeth menghampiri putranya. 

Tatapan sinis menyergap Eleana yang menggigit bibir bawah. Kakinya melangkah mundur saat Elisabeth menarik tangan suaminya untuk bergabung dengan para wanita. Dengan langkah ragu, ia menyusul mereka dan ikut mendudukkan diri di tempat yang tersisa. 

"Erland, mereka sangat merindukanmu. Mami sengaja mengajak mereka mengunjungimu, nak." Senyum mengembang terbit di wajahnya. Elisabeth nampak menghiraukan keberadaan wanita yang telah menjadi menantunya itu. 

"Mam! Sudah berapa kali aku bilang, jangan mengajak wanita berpakaian seksi ke rumahku!" desis Erland menunjukkan rasa ketidaksukaan. "Lagipula, aku tidak mengenal mereka!" 

Diam-diam, Eleana tersenyum puas. Mantan duda yang telah menjadi suaminya itu memang sangat setia. Buktinya saja, Erland tak membuka hati setelah kepergian Eira. Kecuali pada Eleana yang dipilih langsung wanita tersebut. 

"Dan juga, aku sudah menikah." Tangan Erland menggenggam tangan Eleana yang menatapnya dalam. "Jadi, berhenti membawa mereka ke rumah ini, Mam." 

Terdengar seperti sebuah permohonan, tetapi Elisabeth sama sekali tak peduli. Ia tidak menyukai wanita pilihan putranya. Wanita yang tampak sangat tidak menarik di balik pakaian panjang yang dikenakannya. 

"Bibi..." rengek mereka serempak. 

"Kalian tunggu di mobil, aku akan berbicara dengan putraku," cetus Elisabeth membuat para wanita mencebikkan bibir. 

Tak ada yang berani melawan titah sang nyonya. Selepas kepergian mereka semua, Erland pun berpindah duduk di samping sang Mami. 

"El, kemari." Lambaian tangan tertuju pada Eleana yang mengangguk pelan. Wanita itu berdiri dan hendak melangkah, tetapi interupsi dari sang ibu mertua membuatnya terduduk kembali. 

"Tetap di sana, aku tidak ingin berdekatan denganmu!" sarkas Elisabeth. 

Eleana tidak merasa marah. Wanita itu cukup wajar atas sikap tidak suka Elisabeth padanya. Ia harus bertahan seperti Eira, meski pada akhirnya mendiang istri suaminya itu menyerah. Akan tetapi, ia tidak. Mempertahankan kehidupan rumah tangga itu jauh lebih utama. 

"Mam! Dia istriku! Dia menantu, Mami!" pekik Erland lelah menghadapi sang Mami yang selalu tidak menyukai wanita pilihannya. 

Suara langkah lari yang bersusulan membuat mereka menoleh ke arah pintu utama. Si kembar pertama kali muncul, di belakangnya ada Edzard dan Ezra, serta Emmanuel. Kelima anak itu bergeming di tempat setelah menyadari keberadaan sang oma. Eleana keheranan melihat reaksi tidak biasa dari anak-anak pun memutuskan untuk mendekati mereka. 

"Mom, Nuel mau pup," cicit Emmanuel seraya melepas peci di kepalanya.

Eleana beranjak membantu melepaskan celana panjang yang dikenakan Emmanuel dengan mata yang menatap empat anak laki-laki lainnya secara bergantian. "Kalian salaman dengan Daddy dan Oma, ya? Mommy mau mengantar Nuel ke kamar mandi dulu."

"Abang, titip iqro Nuel!" Edzard mengambil alih buku iqro tersebut dan memandang kepergian sang mommy yang menggandeng tangan adik kecilnya. Mereka tampak tergesa-gesa. Sebagai anak sulung, ia mendahului bersalaman dengan sang oma yang berpura-pura tidak menyadari keberadaan mereka. 

Mendadak Jadi Mommy 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang