34. Sedekah Jum'at (?)

10.3K 1.1K 46
                                    

Seorang wanita tersenyum puas melihat hasil masakannya yang sudah tertata rapi di atas meja makan. Ia memutar tubuh kembali ke dapur untuk mengambil kotak bekal. Bi Ela yang mengetahui apa yang dibutuhkan oleh sang nyonya bergegas mengambil enam buah kotak bekal dari dalam rak piring. Hati wanita paruh baya itu terasa menghangat. Setelah sekian lamanya, rumah ini kembali dipenuhi oleh kasih seorang istri dan ibu. 

"Sayang-Sayangnya Mommy, ayo cepat sarapan! Mommy sudah selesai memasak!!" teriak Eleana menghimbau kepada suami dan anak-anaknya agar segera ke ruang makan. 

Suara derap kaki yang bersusulan membuat Eleana mengalihkan pandangan ke sumber suara. Ia menggelengkan kepala melihat si kembar yang berlarian sambil menyeret tas mereka. Di belakangnya, ada Emmanuel yang berjalan lunglai. Sepertinya, anak itu masih mengantuk, padahal hari ini adalah hari pertamanya bersekolah di sekolah yang baru. Ia dan Erland sudah sepakat untuk memindahkan sekolahnya. 

"Abang! Kak Ezra! Ayo cepat!! Jangan sampai kalian terlambat!" teriak Eleana memanggil dua putranya yang masih berada di dalam kamar masing-masing. 

Kemunculan Erland yang tiba-tiba memeluk pinggangnya, membuat Eleana tersentak. Wanita itu mencebik dan berusaha menyingkirkan tangan kekarnya. Namun, tak dibiarkan oleh Erland yang justru menumpukan dagu di bahu istrinya. 

"Apa-apaan kau ini, ada anak-anak!" geram Eleana menghentikan kegiatannya yang tengah menyiapkan bekal untuk suami dan lima anak putra mereka. 

Erland tersenyum menyeringai. Diam-diam, ia telah mengusir ketiga anaknya dengan iming-iming uang saku tambahan yang dititipkan pada putra sulungnya. "Mereka sudah pergi, Sayang. Lihat, mereka sudah tidak ada di tempat." 

"Daddy!!" Teriakan si kembar di bibir tangga membuat Erland menarik dirinya menjauh. Pria itu berdeham seraya mendudukkan pantatnya di kursi. 

"Daddy berbohong! Abang mengatakan, Daddy tidak menitipkan uang!!" Elan menatap sinis ke arah daddy-nya.

Aktivitas Eleana terhenti saat melihat suaminya mengambil dompet dari dalam saku celana. Di sampingnya ada si kembar yang tampaknya sangat menunggu-nunggu uang saku tambahan dari pria itu. 

"Maafkan Daddy, Daddy sepertinya lupa," alibinya. 

Eleana memutar bola matanya malas. Kemudian mencibir, "Udah tua sih, jadinya ya gitu. Pikunan."

Edzard dan Ezra tiba di ruang makan. Mereka mengerutkan kening, menerima uang berwarna hijau darinya. Meski usia mereka berbeda, tetapi Erland memberi anak-anaknya uang dalam jumlah yang sama. Yang membedakan hanya jumlah uang saku yang setiap hari diberikan. 

"Sedekah jum'at?" tanya Edzard heran. 

Jarang sekali daddy mereka memberikan uang tambahan seperti ini. Karena uang saku yang selama ini didapatkan sudah lebih dari cukup untuk jajan mereka sedari pagi hingga malam. Tergantung pribadi masing-masing dalam mengelolanya. 

"Anggap saja seperti itu. Ayo cepat sarapan, Daddy sudah lapar." Erland melirik ke arah istrinya yang mencebikkan bibir. 

Dengan rasa kesal, Eleana menyajikan sarapan untuk suami dan anak-anaknya. Ia menarik sudut bibir melihat Emmanuel yang tampak begitu bahagia memandangi lembaran rupiah di tangannya. 

"Mommy, Mommy," panggil Emmanuel berbisik. 

Mengerti akan maksudnya, Eleana pun mendekatkan telinga ke bibir anak itu. "Ayo beli es klim. Kita pakai uang ini saja, Nuel juga ingin membelikan es klim untuk Paman Edwald." 

Tatapan sinis menyergap ibu dan anak tersebut. Merasa penasaran, Eidlan turun dari kursi dan ikut mendekatkan telinganya. Akan tetapi, bisikan Emmanuel terhenti saat Eleana menganggukkan kepala. Membuat senyum Emmanuel semakin melebar. 

Mendadak Jadi Mommy 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang