Call #15 - Lunch Gossip

1K 158 13
                                    

"Lo liat nggak episode Dating Blues kemarin?"

"Ih, lihat dong. Ada peserta yang baru kan? Gila sih dia. Kirain dia tuh cool dan arogan gitu karena penampilannya ganteng parah kayak pemeran drama korea. Tahunya ampas banget dia, kocak nggak kira-kira. Mana banyak nyeletuk yang aneh-aneh pula..."

"Iya kan? Seganteng itu tapi bodor pisan. Mana seleranya nggak yang cuantiiik banget kayak si Katty yang dramanya bikin capek. Gue langsung jejeritan tahu pas dia milih yang penampilannya simpel kayak Lala. Lala kemarin kan habis ditolak sama Jeno yang plin plan. Ditolak cowok plin plan, tapi dapatnya cowok ganteng, lucu yang sweet abis. Asli ya kalau nggak ada si anak baru itu, gua udah babay nontonnya."

"Banget. Hoon sama Lala cute banget sumpahh... Jadi pengen numpang kapal mereka."

Giana mengernyit. Apa dia tidak salah dengar? Numpang kapal? Apa maksudnya?

"Kalian ngomongin apa sih?" tanya Giana.

Lama-lama mendengar obrolan dua orang stafnya Brandon yang dari tadi sibuk membahas hal-hal yang ia tidak tahu, Giana pun akhirnya ikut nimbrung karena penasaran. Sudah lebih dari seminggu, Giana rutin datang ke gedung comic cafe ini untuk melukis mural. Saat pertama memoles dinding yang akan dilukis dengan cat dasar, Giana banyak dibantu dengan staf Brandon. Lalu entah sejak kapan, tempat ini menjadi tempat berkumpul para staf saat mereka sedang senggang atau istirahat makan siang. Seperti yang dilakukan dua orang staf perempuan, Nita dan Dian.

"Ngomongin acara di Netflix, Kak. Dating show gitu. Jodoh-jodohin anak orang," ucap Nita bersemangat sembari mengunyah burger yang dipesannya lewat layanan pesan antar.

"Oh ya? Seru ya?" tanya Giana selintas lalu karena tangannya sibuk mengisi area yang sudah digambar sketsa dengan cat warna.

"Seru banget. Gemesss lagi..."

"Terus, 'numpang kapal' itu maksudnya apa?" Giana masih belum puas.

"Nge-ship maksudnya. Ship kan artinya kapal. Nge-ship itu kayak ngedukung dua orang supaya mereka dekat atau jadian. Jadi ceritanya, peserta dating show itu orang-orang yang nggak bisa move on sama masa lalu, mesti tinggal di rumah yang sama biar bisa interaksi dan kencan. Mereka harus merahasiakan umur dan profesi. Ada event dan games yang bikin deg-degan. Terus mereka bisa milih teman kencan. Pokoknya bikin ketagihan gitu..."

Giana mengangguk-angguk.

"Nah yang bikin baper dan kesel itu karena salah satu peserta yang parah banget gamon-nya."

"Gamon?"

"Gagal move on. Kerjaan dia nangis terus karena nggak pengen berada di acara itu karena dia pengen balikan sama mantan toxic yang udah nyakitin dia selama lima tahun. Sekalinya dia bisa buka hati sama peserta lain dan mulai enjoy di acara itu, eh perasaan dia dimentahin gitu aja sama cowok yang juga peserta lain. Duh, rasanya pengen gue remet aja kenti-nya tuh cowok..."

"Kenti?" tanya Giana lagi.

Sontak Nita dan Dian pun tertawa terbahak-bahak. "Nggak usah dibahas deh, Kak... Nggak penting."

Giana makin pusing, kenapa cewek-cewek ini terus menyebut istilah-istilah yang tidak dipahaminya. Baru kali ini ia menyadari gap umur antara dirinya dan cewek-cewek ini begitu jauh, termasuk obrolan mereka sehari-hari. Giana tak habis pikir, apa selama ini ia sudah terlalu lama mengurung dirinya di rumah dan studionya sampai-sampai ia sudah ketinggalan jauh dengan topik obrolan anak muda zaman sekarang? Atau dunia sudah berubah sebegitu cepat tanpa Giana menyadarinya?

"Oke. Kalau seisi rumah isinya orang-orang frustrasi dan memiliki perasaan negatif pada dunia, apa itu bisa menyelesaikan masalah? Gue kira yang nekat-nekatnya bikin acara kayak gitu itu lebih sakit. Mereka belum bisa berdamai dengan diri sendiri, bagaimana mereka bisa membuka hati untuk orang lain?" ucap Giana keheranan.

Call Me When You're Single Where stories live. Discover now