BAB 33: SIAPA JUGA YANG CEMBURU

6.1K 988 32
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Aruna yang masih terkejut, hanya bisa terus menatap Arjuna dengan tatapan bingung.

Sedangkan Arjuna yang sudah lupa dengan kekesalannya, hanya tersenyum sambil mengacak asal rambut Aruna.

"Sudah, lanjutkan makannya." Ucap Arjuna pada Aruna.

Aruna pun langsung melayangkan pukulannya dengan keras pada bahu Arjuna sebelum kemudian melanjutkan acara makannya. Arjuna tidak marah, dia justru tertawa pelan sambil terus saja menatap Aruna.

"Awas lo, Bang Juna nanti Runa aduin sama bapak. Soalnya cium-cium anak gadis orang sembarangan. Tidak minta izin lagi sama bapaknya." Ancan Runa pada Arjuna. Jangan lupakan tatap sengitnya pada Arjuna.

Bukannya takut, Arjuna justru tertawa. Dia bahkan menarik sebelah pipi Aruna saking gemasnya sampai-sampai gadis itu mengeluh kesakitan.

"Silahkan adukan, nanti kamu juga Abang adukan sama paman. Kamu kan yang duluan cium-cium Abang. Terus nanti Abang adukan juga, kalau kamu dulu suka cium-cium mantanmu itu." Arjuna justru balik mengancam Aruna. Membuat Aruna kehabisan kata-kata untuk membalasnya.

"Mana buktinya? Bapak mana percaya, palingan ngira Abang ngibul." Ucap Aruna pada akhirnya.

Arjuna tidak marah, dia lagi-lagi hanya tertawa dan menepuk pelan kedua pipi Aruna sampai membuat Aruna semakin kesal. 

"Ya sama, kamu juga mana buktinya. Paman mana percaya." Arjuna membalikkan ucapan Aruna. Dan berhasil membuat gadis itu kehilangan kata-kata.
Aruna mendengus kesal karena merasa tidak lagi bisa membalas ucapan Arjuna.

Lalu tanpa memperdulikan Arjuna lagi, Aruna kembali melahap martabak yang ada di hadapannya dengan santai. Sedangkan Arjuna justru sibuk mengamati wajah Aruna yang sedang fokus dengan makanannya. Entah kenapa, wajah Aruna yang tengah kesal di padukan dengan caranya mengunyah makanan menjadi terlihat sangat menggemaskan di mata Arjuna. Terlepas dari sikap gadis itu yang menjengkelkan, tapi Arjuna benar-benar di buat gemas oleh wajah Aruna malam ini.

"Jangan lihatin terus. Mending Abang makan martabak, daripada lihatin Runa terus. Memangnya lihatin Runa makan, bisa bikin kenyang." Protes Aruna karena merasa tidak nyaman terus-terusan di tatap oleh Arjuna.

"Nanti Runa nangis kalau martabaknya kurang, Abang tidak usah makan saja." Jawab Arjuna.

"Betul ya. Awas nanti kalau habis, nanyain."

"Tidak. Sudah habiskan kalau habis. kalau mau lagi nanti Abang belikan lagi, uang Abang masih banyak untuk jajan Runa." Jawab Arjuna dengan santainya.

"Suka hati Abang lah." Jawab Aruna pada akhirnya.

***
Pagi harinya, Arjuna turun ke lantai bawah untuk bersiap pergi olahraga pagi. Sesekali mulutnya bersenandung riang sambil kakinya terus saja berjalan menuruni tangga. Dia yang biasanya pada hari minggu akan menghabiskan waktu istirahatnya dengan tidur, kali ini berbeda. Pagi ini, Arjuna bangun dengan semangatnya dan berencana memulai paginya dengan berolahraga.

Bahkan Armaya yang melihat Arjuna turun pagi-bagi mengenakan pakaian dan sepatu olahraga saja di buat melongo. Apalagi wajah berseri-seri milik Arjuna yang terlihat sedikit tidak wajar menurut Armaya.

"Bang, sehat??" tanya Armaya spontan saat Arjuna lewat di hadapannya.

Arjuna yang mendengar pertanyaan nyleneh Armaya bukannya marah justru tertawa pelan.

"Abang mau kemana?" tanya Armaya lagi saat Arjuna mengabaikan pertanyaannya.

"Olahraga. Mau ikut?" jawab Arjuna.

"Serius? Tumben? Abang sehat?" Masih dengan wajah tidak percayanya Armaya bertanya.

"Sehat lah. Kalau tidak sehat, kaya yang di sana. Duduk, tidak pergi olahraga." Arjuna menunjuk kearah dapur, di mana terlihat Aruna yang tengah duduk di meja makan sambil membantu ibunya memotong sayuran.

"Tumben Abang mau olahraga. Biasanya masih tidur jam segini." Armaya masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Mana ada Abang begitu. Jangan fitnah kamu, orang Abang rajin kok olahraga. Kamu kali yang malas, Abang sih rajin." Jawab Arjuna dengan santainya.

Setelah itu Arjuna berangkat, meninggalkan Armaya. Tau jika menunggu Armaya hanya akan membuang waktunya karena anak itu tidak mungkin mau ikut. Dengan ringan Arjuna melangkahkan kakinya menuju halaman.

Sampai di depan rumah, Arjuna melihat beberapa tetangganya juga sedang olahraga. Ada yang sedang joging atau pun mengendarai sepeda lewat di depan rumahnya. Sesekali dia juga menjawab sapaan dari mereka.

Rencananya pagi ini, Arjuma ingin lari beberapa putaran mengelilingi kompleks perumahan.

***
Arjuna pulang kerumah saat matahari sudah sedikit tinggi. Dengan keringat yang bercucuran dia berjalan pelan menuju rumahnya. Sampai di depan rumah, Arjuna mendengus kesal ketika matanya menangkap dua orang yang tengah duduk dan terlibat perbincangan di teras rumah.

Tanpa mengatakan apapun, Arjuna langsung masuk melewati Aruna dan Tegar tanpa menyapa keduanya yang tengah duduk di teras rumah itu.

"Abang ..." Arjuna tidak menoleh, meski dia mendengar panggilan Aruna tapi dia tetap berjalan masuk kedalan rumah.

Aruna yang merasa di abaikan hanya membuang nafasnya dengan pelan. Seingatnya pagi tadi dia masih nelihat wajah berseri-seri milik Arjuna kenapa pulang olahraga, wajah Arjuna kembali terlihat kesal. Siapa yang membuat masalah dengannya.
Otak Aruna terus saja memikirkan, hal apa yang berhasil membuat suasana hati Arjuna berantakan. Atau mungkin saja karena kedatangan Tegar pagi itu. Jelas sekali, jika kemarin-kemarin, Arjuna begitu tidak menyukai Tegar.

"Sudah siang Dek Runa. Saya pulang dulu ya." Tegar bangun dari duduknya. Dia merasa sungkan atas sikap tuan rumah yang sepertinya tidak terlalu berkenan menerima kedatangannya. Lagi pula niatnya juga hanya ingin tau kondisi Aruna, tidak lebih.

"Kok buru-buru Bang," tanya Aruna basa basi.

"Keburu siang. Mau ke bengkel hari ini, nanti kalau disini terus kesingan kebengkelnya." Jawab Tegar.

"Oiya kalau begitu."

"Lekas sembuh ya."

"Iya-iya Bang. Terimakasih lo, repot-repot sampai kesini. Palingan besok juga sudah sembuh ini, orang cuma terkilir."

Setelahnya, Tegar benar-benar pergi dari rumah Arjuna. Sedangkan Aruna dia bahkan masih duduk belum berencana masuk kedalam rumah.

Tiba-tiba Arjuna keluar dari dalam rumah, masih dengan pakaian olahraganya tadi. Dia langsung mengambil duduk di samping Aruna.

"Abang kok belum ganti baju?" Aruna bertanya saat melihat Arjuna masih memakai baju olahraganya tadi.

"Ngapain tadi dia kesini?" tanya Arjuna langsung.

"Siapa? Bang Tegar?" tanya Aruna memastikan.

Namun, Arjuna tidak menjawab. Dia hanya diam. Berharap Aruna faham dengan diamnya.

"Cuma mengabarkan kaki Runa. Kok bisa luka kenapa, terus sudah sembuh belum." Jawab Aruna lagi.

Arjuna menatap tajam pada Aruna. Jangan lupakan tatap tajamnya itu seolah mengatakan, jangan bohong kamu.

"Tidak lama juga kok tadi disininya. Orang cuma mampir sebentar. Terus pulang. Jangan marah ya Bang," Aruna mencoba membujuk Arjuna. Dia bahkan menarik ujung baju yang di kenakan Arjuna, berusaha menarik perhatian laki-laki itu.

"Abang... Masa begitu saja marah. Orang Bang tegar cuma jengukin Runa sebentar kok. Abang cemburu ya..." ucap Aruna lagi.

"Jangan tarik-tarik. Siapa juga yang cemburu, tidak level..." Setelah itu Arjuna masuk kedalam rumah meninggalkan Aruna sendirian.

"Perasaan Kak Jani baik-baik aja orangnya. Ini kembarannya kenapa sih, dasar aneh. Dulu bunda ngidam apa sih, kok yang lahir model begitu." Cibir Aruna pada sikap Arjuna yang menurutnya sangat labil dan sulit di tebak.

****BERSAMBUNG****

WONOGIRI, 9 FEB 2023
SALAM
E_PRASETTO

CINTA ARJUNA (DELETE) Where stories live. Discover now