30. Elizabeth dan Rafael

10.1K 1K 17
                                    

Hembusan angin sore menerpa rambut perak Elizabeth yang berkibar. Warna jingga menghiasi langit bagian barat. Burung burung terbang melintas di atas sana.

Elizabeth menatap bunga bunga yang tumbuh subur di taman belakang akademi. Beberapa hari ini Elizabeth memang lebih sering mengunjungi tempat itu.

Biasanya Elizabeth sendirian disini tapi kali ini gadis itu ditemani oleh Rafael. Lebih tepatnya Rafael yang memaksa menemani. Laki laki itu selalu merecoki kegiatannya.

"Sehari saja kamu tidak mengangguku apa bisa?" Elizabeth menggeram kesal.

Rafael menggelengkan kepala. "Tidak bisa."

Elizabeth rasanya ingin menjambak rambut Rafael. Dirinya muak selalu digoda oleh teman temannya akibat Rafael yang selalu saja didekatnya. Rumor tentang Putra Mahkota Engrasia menyukai Elizabeth pun sudah menyebar dipenjuru akademi. Dan Elizabeth membenci hal itu.

"Kenapa kamu selalu mengikuti ku Rafael?"

"Karena aku ingin."

"Jawaban macam apa itu!?" Elizabeth berdecak kesal.

"Kamu mau jawaban seperti apa?" Tanya Rafael menatap lekat wajah Elizabeth.

"Jawaban yang masuk akal."

Rafael memegang dagunya seraya berpikir. "Baiklah. Kalau begitu aku mengikutimu karena aku menyukaimu."

"Bukan jawaban itu juga yang aku maksud!"

"Tapi itu jawaban yang masuk akal menurutku," kilah Rafael.

Elizabeth mendengus dingin. "Masuk akal darimana!?"

"Selain jawaban yang masuk akal itu juga jawaban yang jujur," papar Rafael.

Ini sudah kesekian kalinya Rafael mengatakan jika laki laki itu menyukai Elizabeth. Tapi respon gadis berambut perak itu selalu datar. 

"Hentikan berbicara omong kosong!" Sentak Elizabeth.

"Ini bukan omong kosong, Elizabeth. Aku tulus mengatakan itu." Rafael menatap manik mata biru Elizabeth dengan tulus. Senyum manis terbit di bibirnya.

"Sejak kapan?"

Kening Rafael berkenyit tanda tak paham. "Sejak kapan apanya?"

"Sejak kapan kamu menyukaiku?" Tanya Elizabeth.

Kepala Rafael menengadah ke atas. Menatap langit yang mulai menggelap. "Sudah lama sekali. Sejak dulu aku sudah menyukaimu."

"Sejak dulu? Tapi kita baru bertemu beberapa bulan ini. Apa yang kamu maksud sejak dulu Rafael? Apa kamu menguntitku sejak bayi!?"

Rafael tak lagi menatap langit, atensinya berpindah pada Elizabeth. "Tidak. Aku memang mengenal sudah lama. Sangat lama bahkan," tuturnya.

"Aku tidak paham maksud ucapanmu itu Rafael. Kenapa kamu tidak berterus terang saja?" Tanya Elizabeth dengan mata menyipit.

"Karena aku tidak diperbolehkan mengatakan hal yang sebenarnya."

Mata Elizabeth menatap menyelidik ke arah Rafael. "Kamu seperti menyimpan banyak rahasia," tuduhnya.

Rafael mengangguk. "Benar. Ada banyak rahasia yang tidak boleh dikatakan dengan sembarang. Jika itu terjadi maka aku akan kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupku."

Rafael berdiri dari kursi, menatap langit biru dan matahari yang menghilang. Digantikan dengan langit hitam dan bulan sabit yang indah. "Sudah malam. Ayo kembali!" Ajaknya.

Tangannya diulurkan didepan Elizabeth untuk membantu gadis itu berdiri. Elizabeth menepis tangan itu lalu berdiri tanpa bantuan.

"Aku tidak lumpuh dan masih bisa berdiri sendiri," ujar Elizabeth.

Untouchable Lady [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt