32. Pembunuhan

8.2K 1K 11
                                    

Pagi hari ini Akademi Earthix dihebohkan dengan penemuan mayat salah satu murid ditaman belakang. Kondisi mayat itu terlihat tanpa luka apapun tapi dilehernya terdapat bekas cekikan tangan.

Berbondong-bondong para murid mengelilingi mayat kaku itu. Termasuk Elizabeth, Zia, Bella, dan juga Clara ikut melihat mayat tersebut. Mayat seorang gadis yang masih lengkap menggunakan seragam dari akademi terbujur kaku diatas rumput taman. Mereka menatap kasian dan juga takut terutama Elizabeth. Gadis itu jadi mengingat rasa sakit saat menuju kematian. Rasa sakit akibat tulang tulang patah dan juga rasa perih saat kulit tubuhnya yang mengelupas mengeluarkan darah menyentuh aspal kasar. Elizabeth bergidik ngeri mengingatnya.

"Kasian sekali dia," ucap Clara memandang prihatin.

"Kira kira siapa pelaku pembunuhanya?" Tanya Zia menilai tubuh mayat itu dari rambut hingga kakinya yang mulai memucat.

"Belum ada yang tau siapa pelakunya. Tapi ada yang bilang jika pelakunya masih murid akademi," jawab Clara.

"Jahat banget pelakunya," komentar Bella berceletuk. Gadis lemot itu sepertinya ketakutan sekarang, dilihat dari badannya yang menempel pada tubuh Zia yang bermuka masam.

Ketiga gadis lainya menangguk setuju. Tidak ada yang berbicara lagi, mereka lebih memilih memandang tubuh tak bernyawa itu.

"Minggir jangan berkumpul! Ini bukan tontonan yang bisa kalian lihat sembarangan," seru Darrel memecah kerumunan. Tangannya mendorong orang yang menghalangi jalannya sembari menatap tajam. Sontak mereka segera menyingkir sebelum terkena amukan yang lebih dahsyat.

Darrel tidak datang sendiri melainkan bersama Xavier, Rafael, dan juga Zio. Berita penemuan mayat sudah terdengar ditelinga kepala akademi. Maka dari itu Allard meminta Darrel sebagai ketua organisasi di akademi untuk mengamankan mayat tersebut agar diselidik nantinya.

"Kenapa kalian ada disini?" Tanya Rafael menangkap keberadaan Elizabeth dan ketiga sahabatnya.

"Untuk melihat mayat tersebut tentunya. Memangnya apalagi yang dilakukan orang disini selain melihat mayat itu," jawab Elizabeth.

"Lebih baik kalian pergi darisini," timpal Xavier mengusir.

"Benar. Mayat itu akan kami urus," imbuh Zio.

Keempat gadis tersebut saling tatap mengangguk.

"Baiklah," ucap Clara mewakili.

Lalu mereka menjauh dari taman kembali ke kamarnya. Hari ini bukan hari libur tapi kelas akan ditiadakan karena semua guru sibuk mengurusi masalah ini. Mereka bisa mengistirahatkan otaknya dari segala materi kelas yang bukan hanya mengajarkan sihir tapi juga bidang lainnya seperti matematika atau disini disebut perhitungan angka, dan masih banyak lainnya.

"Aku masih penasaran siapa pelakunya. Walaupun aku tidak mengenal gadis itu tapi aku merasa kasian. Dia meninggal dengan tragis," celetuk Clara.

Keempat gadis itu sudah sampai didalam kamarnya. Duduk di ranjangnya masing masing.

"Sudah jangan ikut campur dengan masalah ini. Lagipula masalah ini sedang diusut serius," saran Elizabeth.

"Benar ucapan Elizabeth. Dia bukan urusan kita. Yang harus kita lakukan sekarang adalah lebih berhati hati dengan keadaan. Aku takut pelakunya masih berkeliaran," ujar Bella bergidik ngeri.

Tangan Clara memukul pelan bahu Bella. "Jangan menakut-nakuti," ancamnya sembari melotot.

"Aku tidak menakut-nakuti. Aku hanya berspekulasi," bantah Bella.

"Sudah jangan bertengkar! Tapi yang diucapkan Bella memang tidak salah. Mulai sekarang kita harus berhati-hati." Elizabeth melerai keduanya.

"Tuh denger Elizabeth saja setuju denganku."

Untouchable Lady [END]Where stories live. Discover now