Bab 01: Anggara

36 3 13
                                    

5 bulan yang lalu..

Menurutku, hari ini, hari terbaik yang ku jalani. Hari Selasa. Hari selasa, dimana aku sering bertemu, bertemu dengannya, sang pangeran hatiku,  Anggara.

Aku membawakannya sebuah kotak yang berisi makanan makanan coklat, kesukaannya. Hari itu, aku berniat menghadiahinya. Entah, aku tidak tahu, dia menyukainya atau tidak. Pada hari itu juga, dia menolak pemberianku, karena, sudah terlalu banyak hadiah-hadiah yang ku berikan padanya. Ya aku tahu, selain itu, dia juga risih padaku. Aku tahu apa yang dia rasakan.

Tapi, aku lama-lama kesal juga padanya, karena ia menolak hadiah yang sudah ku siapkan dengan niat yang tulus. Kalau seperti itu, harusnya aku tak usah memberinya! Cih! Untuk apa juga 'kan mengasih hadiah pada orang yang tak menyukaiku! Sungguh sia-sia.

Dan bodohnya aku, kejadian itu terulang, aku seringkali mengasih hadiah-hadiah untuknya, dan balasannya hanyalah ucapan 'terimakasih' saja. Muak? Sangat.  Tapi herannya, aku masih bertahan untuk mengejarnya. Apakah diriku ini terkena, pelet?

Satu kata untuk Anggara adalah bajingan. Laki-laki bajingan yang muncul dikehidupanku dengan pesonanya yang kuat sehingga, seolah-olah menarikku untuk mengagumi dirinya. Ck! Benci sekali aku dengannya. Walaupun aku sudah mengatakan kebencian seribu kali untuknya, tetep saja, aku masih menyukainya. Gila! Aku gila! Gila karenanya. Kalau dilihat lebih jelas lagi, Anggara bukan apa-apa, dia tidak setampan itu, dia tidak terlalu putih, malah, dia terlihat seperti orang aring. Aneh 'kan? Kalau gitu, untuk apa ku menyukainya? Idih sekali!

Beberapa minggu, aku mencoba untuk menjauhi manusia tidak jelas itu. Tapi, apa kalian tahu reaksinya seperti apa? Ia justru mengejarku, seolah-olah tidak ingin diriku pergi, padahal dia mempunyai teman perempuan dekat, yang katanya ia jadikan rumah. Lalu, untuk apa dia mengejarku yang bukan siapa-siapa nya? Aneh 'kan?

Dan, bodoh, seperti biasa, aku malah berhenti untuk meninggalkannya, dan kembali pada Anggara. Tapi, setelah aku kembali, dia yang malah pergi. Brengsek? Sangat!

Aku berjuang keras seperti ini, jujur, untuk mendapatkannya. Tapi, sepertinya dia tidak mau dimiliki orang sepertiku. Kalau seperti itu, aku lebih baik pergi saja ya kan? Tapi, tapi lagi, mengapa dia selalu mengejarku ketika aku pergi? Apakah karena dia tidak mau kehilangan penggemar? Padahal aku ini bukan penggemarnya, tetapi, seseorang yang mencintainya dengan tulus. Jijik!

Soal pertama jika Anggara terluka, aku juga ikut terluka, dan bodohnya aku terlalu peduli pada dia yang sama sekali tidak pernah peduli padaku. Bahkan, berjuang balik untukku saja dia tidak pernah.

Kali ini, aku, aku benar-benar merasa sakit. Sepertinya, Anggara tidak bisa, tidak bisa ku jadikan rumah ternyamanku. Karena, aku saja yang dia jadikan rumah, tapi dia tidak ingin dijadikan rumah oleh diriku.

OuranusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang