Bab 04. Duniaku hilang.

20 1 13
                                    

Beberapa minggu berlalu.

Dia dan teman-temannya mengejekku karna aku mengucapkan ulangtahun mamanya. Sungguh! Aku bodoh sekali! Mengapa aku harus mengucapkannya? Dan balasan dari Anggara adalah sebuah reaksi menggelikan. Dan, Ya, aku juga geli! Jujur saja. Dan, bodohnya Anggara juga menceritakan itu pada teman-temannya. Satu kata? ASU.

Tapi, beberapa hari kemudian, cowok tidak jelas itu malah tidak enak padakku karna dia sudah geli denganku yang mengucapkan ulangtahun mamanya. Dan, waktu saat bertemu dia mengucapkan "MAKASIH YA!" suaranya seperti badak. Kencang sekali. Aku kaget, tapi hanya diam. Berpura pura cool.

Setelah itu, aku terbawa perasaan. Dan, aku menyukainya lagi. Tapi, setelah itu juga, aku rasa Anggara benar-benar menghilang. Seolah-olah tidak mengenalku, seperti orang asing.

Dan aku.

Aku merasa kehilangan, duniaku.

Dan hari-hariku memburuk, semakin memburuk. Aku takut. Aku seperti sendiri. Duniaku sudah menghilang. Aku seperti benar-benar tidak ada harapan.

Tapi, aku bertemu seseorang, seorang laki-laki putih tampan, kita bertemu didekat koridor, aku berjalan di hadapannya, dan dia terlihat kaget tapi tetap menatapku lama lalu dia lama kelamaan tersenyum kecil. Kagetnya itu, seperti kaget seolah-olah dia mencariku, mencari aku yang entah hilang kemana dan senang melihatku. Kita bertatap tatapan lama. Setelah itu aku lanjut berjalan. Dan aku baru sadar, laki-laki itu adalah, laki-laki yang ku temui di kantin waktu itu.

Yang tak sengaja bertatap-tatapan lama denganku. Ekspresinya yang kaget saat menatap mataku juga sama seperti hari ini terjadi. Matanya, alisnya, semua dari dirinya ku suka. Sangat manis.

Dan, pada saat itu juga, aku menetapkan dunia baruku, padanya.

OuranusWhere stories live. Discover now