Got it

13.3K 1.4K 161
                                    

“Masuklah”

Jaemin berujar seraya memundurkan langkahnya, memberi ruang kepada Jeno agar pria itu bisa masuk. Setelah menutup pintu, Jaemin mengekori Jeno yang melangkah menuju ruang tamu.

Dia dudukkan tubuhnya pada sofa dan meminta Jeno untuk duduk.

Keduanya masih sama-sama canggung, Jeno masih tampak gugup dan bersalah atas kejadian tadi malam, tak mau banyak bicara, takut jika melukai perasaan pria itu terlalu dalam. Mungkin, Jaemin masih terkejut dan belum bisa menerima.

“Mau minum kopi atau teh?” Tawar Jaemin seraya beranjak.

“Tidak. Aku ke sini hanya ingin melihat kondisimu” Sahut Jeno dengan cepat membuat Jaemin ber-oh ria lalu kembali mendudukkan tubuhnya.

“Aku belikan salep untuk mengobati bagian belakangmu, karena katamu itu yang pertama. Jadi ku pikir masih sakit, Aku tak tahu kau sudah membeli obat atau belum, aku juga belikan kue coklat, mungkin bisa membantu menaikkan suasana hatimu” Ujar Jeno menyodorkan kantung plastik yang ia bawa ke atas meja.

“Uhm, kau tak harus melakukan ini Jeno” Tutur Jaemin dengan senyum kikuk.

“Biar ku siapkan kuenya” Ujarnya lagi seraya beranjak.

“Jeno, tidak. Aku saja, aku akan menyiapkannya nanti”

“Kau kesusahan berjalan, sebaiknya jangan banyak bergerak. Biar aku saja, tak apa”

Jaemin hanya mengangguk dan kembali mendudukkan tubuhnya, dia biarkan Jeno menuju dapur untuk menyiapkan kue yang ia bawa. Ada seulas senyum miring yang terukir di bibirnya kala mengingat sikap Jeno yang menjadi begitu perhatian padanya.

“Dia cukup romantis juga” Gumam Jaemin.

Tak menunggu lama, Jeno datang membawa sepiring kue coklat yang ia beli untuk Jaemin dan segelas air mineral. Dia mendudukkan tubuhnya di samping Jaemin, membuat kedua alis Jaemin naik.

“Aku bisa makan sendiri, Jeno” Sahut Jaemin melihat Jeno seperti bersiap hendak menyuapinya membuat Jeno tersentak.

“Ah iya. Maaf” Sahutnya panik.

Jeno tersenyum kikuk seraya memberikan piring itu kepada Jaemin. Dia alihkan pandangannya pada siaran televisi untuk mengusir rasa canggung. Membiarkan Jaemin menikmati kuenya.

Lagi, sebuah ide terlintas di benak Jaemin.

“Hmm, kuenya enak” Gumam Jaemin sumringah, kepalanya mengangguk-angguk merasakan kelezatan dari kue yang ia makan.

“Cobalah” Ucap Jaemin seraya menyodorkan sepotong kue untuk Jeno.

Jeno terpaku di posisinya, menatapi Jaemin yang menyodorkan sesendok kue dengan senyum intensnya. Tak pernah ia berikan atensi apa-apa pada pria itu, tak ada ketertarikan karena seluruh pusat dunianya adalah Seungmin.

Namun baru ia sadari, bahwa Jaemin memikat. Ada yang menggelitik hatinya kala melihat senyum yang teduh itu.

Jeno tersenyum seraya membuka mulutnya, menerima suapan Jaemin membuat Jaemin mengulum senyum puas.

Setelahnya, Jaemin kembali menikmati kuenya dan Jeno asik menonton televisi.

Sekarang, justru Jeno tampak seperti tengah merawat Jaemin. Dia bahkan meletakkan kembali piring dan gelas sisa makan milik Jaemin, lalu kembali duduk di samping pria itu yang tengah asyik menonton acara televisi. Dia tutupi paha mulusnya dengan bantal sofa dengan gelak tawa mengisi rumahnya.

Tanpa sadar, bibirnya tertarik mengulum senyuman melihat tawa Jaemin.

“Bagaimana?” Tanya Jeno, dan satu kalimat itu membuat Jaemin menoleh, dia tatap wajah damai Jeno yang seolah penuh harap.

THE TRAPS [NOMIN]✓Where stories live. Discover now