🌷Happy Reading🌷
Pagi hari ...
Sama seperti hari-hari biasanya, walau sudah memiliki pegawai tetap, di saat waktu luang Azel sesekali terus menyempatkan diri untuk ikut bekerja dan mengatur para pegawainya. Azel sendiri dikenal sebagai bos yang ramah nan tegas. Ia akan menegur jika pegawainya salah, akan membantu jika pegawainya kebingungan, langsung memecat jika pegawainya melakukan kesalahan yang fatal.
Azelia Quenzia atau yang kerap di sapa Azel, ia bisa dibilang sebagai salah satu pengusaha kafe termuda yang berhasil mengembangkan usahanya yang bernama Cafe Quenzella di banyak cabang, ia memulai ini semua sejak ia masih menginjak umur 21 tahun hingga kini umur sudah menginjak 26 tahun usahanya masih berjalan dengan lancar walau sempat anjlok turun dan naik sesekali.
"Tadi saya ada membawa sisa stok kopi yang dulu habis. Ada di mobil saya, coba kamu ambil, ya," suruh Azel kepada salah satu pegawai lelakinya.
"Baik, Bu," sahut pegawai itu, lalu segera pergi.
"Bu," panggil seseorang pegawai wanita menghampiri, terlihat ia membawa seorang lelaki di sampingnya saat mendekati Azel.
"Iya, ada apa?" sahut Azel melihat ke arah mereka.
"Ini, Bu. Katanya, dia ingin melamar kerja di sini," tutur pegawai wanita itu menujuk seorang lelaki yang berada di sampingnya.
"Iya, saya ingin melamar bekerja di sini, Bu. Saya lihat di web, katanya lagi mencari barista, ya?" ucap ramah seorang lelaki bertubuh tegap tinggi, berkulit sawo matang itu yang kini tampak sedang menggendong sebuah tas hitam di punggungnya.
Azel memperhatikan tubuh lelaki itu yang tampak sempurna, dari sikapnya yang terlihat ramah, tampang yang tampan dan tubuhnya yang sedikit proposional. Melihatnya membuat Azel tiba-tiba saja terpikir, bagaimana kalau ia menjadikan lelaki ini sebagai kekasih pura-puranya agar bisa segera terbebas dari para pasangan kencan itu?
"Bu, Ibu!" panggil pegawai wanita yang berdiri di depan Azel sesaat melihat Azel yang hanya terdiam menatap lelaki yang tadi berniat ingin melamar perkerjaan itu.
Azel tersadar dari tatapannya. "Eh, oh, iya. Ayo ikut keruangan saya," ajaknya pada lelaki itu.
Kafe Azel sangat besar, hingga ia bisa membuat ruangannya sendiri.
Mereka berdua masuk. Lalaki itu berdiri di samping kursi namun tak langsung duduk.
Azel menutup pintu, lalu ia berjalan menuju kursinya. "Silahkan duduk!" ucapnya mempersilahkan, sembari duduk di kursi—berhadapan dengan calon pegawainya.
"Baik, terimakasih, Bu." Lelaki itu segera duduk di kursi setelah disuruh oleh Azel.
"Baik, mana surat lamaran kamu, bisa saya lihat?" tanya Azel kepada lelaki yang tampak sedikit gugup itu.
Lelaki itu memberikan sebuah amplop coklat besar yang berisikan persyaratan-persyaratan melamar.
Azel menerimanya, lalu membukanya sembari sesekali melihat wajah lelaki itu. "Kamu gugup? Santai aja, jangan gugup begitu," ucap Azel tersenyum.Lelaki itu mengangguk kaku. "Baik, terimakasih, Bu."
"Silahkan perkenalan," suruh Azel.
"Baik, terimakasih, Bu. Perkenalkan, saya Azam Baqhtiar, umur saya duapuluh empat tahun," ucapnya memperkenalkan diri.
"Azam Baqhtiar. Hum, bagus namanya. Baik, saya akan memperkenalkan diri juga, nama saya Azel saya pemilik usaha ini. Setelah saya baca-baca, kamu sudah punya pengalaman jadi barista sebelumnya, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAFE IN LOVE [SELESAI/TERBIT]
RomanceDuo A----Azel & Azam yang tak sengaja dipertemukan oleh Cafe Quenzella. Awal pertemuan keduanya sedikit tampak absurd, hingga pada akhirnya, keduanya tiba-tiba saja terikat kerja sama karena satu hal, dan saat itu Azam diminta Azel untuk menjadi pas...