Chapter 14. Azam setuju?

19 11 1
                                    

🌷Happy Reading🌷

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit menggunakan ojek, kini Azam telah tiba di depan sebuah kafe yang Azel beri tahu. Ia melangkah masuk ke dalam, lalu berjalan mencari keberadaan Azel yang tak tampak di sekitaran sana.

"Azam!"

Terdengar suara panggilan wanita yang sepertinya berasal dari kursi paling pojok sana. Ya, wanita itu tidak lain adalah Azel. Azam yang melihatnya segera berjalan mendekat.

"Kamu kenapa memanggil saya?" tanya Azam yang kini sudah berdiri di depan Azel.

"Duduk dulu," suruh Azel. Azam melirik kursinya, lalu saat itu juga ia segera duduk di kursi yang berada di sampingnya.

Duduk saling berhadapan, kini keduanya sama-sama terdiam. Azel menghela nafas sebentar, lalu kemudian menghirup sedikit secangkir kopi yang telah dipesannya duluan sebelum mulai bicara.

"Zam, saya punya alasan mengapa saya menerima penawaran Mama untuk menikahi kamu. Kamu tau apa?" ujar Azel.

"Jangan membuat alasan!" sahut Azam yang seakan tak termakan tipuan.

"Sumpah, saya tidak bercanda. Ini bukan cuma sekedar alasan. Sebenarnya saya mendapatkan ancaman dari seseorang yang sudah tau akan hubungan kita. dan, orang itu mengancam saya akan membongkar semuanya jika saya tidak memberikannya uang."

"Wah hebat, biarkan saja dia membongkar semuanya." Azam bersikap seakan tak peduli.

"Azam ...!" Azel menatap kesal Azam yang tak berpihak padanya.

"Kenapa?" tanyanya yang saat itu sama sekali tak mendapat sahutan oleh Azel yang kesal. "Baiklah, siapa orang itu?" tanya Azam lagi.

Azel memandang ke arah samping tanpa menoleh ke arah Azam. "Saya masih mencarinya."

"Dia sampai mengikutimu seperti itu, mungkin dia adalah seseorang yang memiliki dendam denganmu?" ujar Azam.

Azel yang tadi memandang ke arah samping pun, seketika melirik, mengalih pandangannya kembali ke arah Azam.

"Zam, sepertinya kamu benar! Kamu jenius! Ya, saya tau siapa yang melakukan hal ini!" Azel tampak exited sembari menepuk meja mereka. Sepertinya ia mengetahui seseorang yang mengancamnya itu.

"Siapa?" tanya Azam bingung.

"Saya akan beritahu. Tapi, ayo menikah!"

Mendengar hal itu Azam lantas mengubah raut wajahnya kembali menjadi datar. "Gak," sahutnya sembari membuang muka pelan

"Zam .... Kalau kamu mau, saya akan menambahkan uangmu, menjadi tiga puluh juta, gimana?" Azel menaikkan uang jaminan pasangan kontraknya.

Azam menatap mata Azel sembari menggeleng. "Sebegitu rendahnya pernikahan di mata kamu. Sampai-sampai hal yang begini saja bisa kamu permainkan dengan uang? Zel, saya sama sekali tidak memiliki perasaan sama kamu. Saya nggak mau merelakan hal pertama dalam hidup saya itu dilakukan dengan paksaan seperti ini."

"Kalau begitu, kamu jadi pacar saya. Oke, minggu depan kita menikah," ucap Azel dengan entengnya.

"Azel!" Azam tampak tak bisa berkata-kata dengan wanita satu ini.

"Kenapa? Setidaknya mulailah mencintai saya."

"Kamu bercanda?"

"Lah, bukannya kesimpulannya kamu nggak mau menikah dengan orang yang kamu nggak cintai? Ya sudah, cintai saya, maka semuanya akan beres!"

"Nggak lucu!" Azam segera berdiri-ia hendak pergi meninggalkan Azel dengan omong kosongnya saat itu juga.

"Zam, saya mohon .... Sekali lagi saya memohon bantuan mu." Azel menatap lelaki yang saat ini membelakanginya-yang lantas hal itu membuat Azam menghentikan langkahnya.

CAFE IN LOVE [SELESAI/TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang