Kembali.

28 3 0
                                    

Hu Tao menatap dengan puas boneka kelinci berukuran besar yang sedang duduk di sebelahnya itu. Matanya benar-benar berninar ketika membayangkan Qiqi yang akan hebok ketika Hu Tao membawakan boneka yang ia inginkan itu.

Waktu cutinya telah tiba, ia akan beristirahat selama seminggu ke depan di Desa tempat Xiao tinggal. Rasanya sungfuh tidak sabar, bukan hanya Rindu kepada Xiao, tapi pekerjaan dunia entertainment benar-benar melelahkan. Ia butuh udara sejuk untuk menyegarkan kembali otaknya yang sangat penat.

"Kak Yelan jadi nginep?"

Yelan juga mendapatkan jatah paid leave selama seminggu atas kerja kerasnya selama ini. Walaupun ia sangat yakin akan mendapatkan tugas atau melakukan rapat secara online, setidaknya dia tidak perlu bolak-balik ke apartment karena dia biaa mengatur semuanya dari jauh.

"Deket rumah kamu ada penginapan, kakak ada disana. Kamu tau Wangshu Inn, 'kan? Kalau butuh kakak, tinggal kesana aja. Cuman sekitar 2 menit kalau jalam kaki."

Hu Tao mengangguk paham. Ia kembali menyadarkan punggungnya pada kursi mobil Van berwarna hitam itu dan menatap rintikan hujan yang turun mengenai kaca mobilnya. Dari rumahnya menuju desa, dibutuhkan waktu sekitar tiga jam. Mereka berangkat pukul tiga sore dan sekarang waktu mnunjukkan pukul setengah enam. Artinya, tidak lama lagi mereka akan sampai di Villa pribadi keluarga Hu Tao.

Gadis itu merasa sedikit lelah karena tadi pagi ia harus datang ke agensi untuk membicarakan kontrak lalu dilaniut dengan latihan akting. Tapi untungnya, Yelan telah memasukan barang-barang yang akan dibawa ke mobil jadi ia bisa beristirahat sebentar sesampainya dirumah.

"Mama Papa sibuk?"

"Kurang lebih. Ning ada jadwal praktek, Zhongli lagi ada rapat penting soal akusisi kantor."

Ningguang itu mamanya, beliau merupakan seorang dokter kecantikan sedangkan papanya adalah pemilik brand Teh yang cukup terkenal. Alasan Hu Tao dulu pergi ke desa karena kebun teh kantornya berada di desa yang sama dengan Xiao. Namun sayangnya, kebun itu sekarang sudah bukan milik papanya lagi.

Desa tempat Xiao tinggal masih sangat asri. Perkebunan dan sawah di desa itu sangatlah luas. Jika kesini, Hu Tao selalu menyempatkan diri untuk bermain di kebun strawberry milik Bibi dan Paman Xiao bersama dengan Qiqi.

"Kamu mau ke rumah dulu atau kerumah Qiqi?"

Yelan tidak begitu mengetahu jika Hu Tao dan Xiao sedekat itu karena biasanya, Hu Tao hanya membicarakan betapa lucunya Qiqi ketika sedang marah. Bukan berarti Yelan tidak mengenal Xiao, mungkin bisa dikatakan, mereka hanya sebatas tahu dan kenal melalui nama saja. Lagipula, Yelan tidak pernah bertanya jauh soal Xiao.

"Kerumah aja. Katanya Qiqi mau nginep." Jawab Hu Tao.

Gadis itu menguap, lelah karena perjalanan yang ditempuhnya sangat panjang walaupun tujuan mereka sudah di depan mata. Mobil itu melewati sebuah gapura yang bertuliskan nama desa Xiao, itu artinya, tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Hu Tao.

Ponsel gadis itu berdering pelan, sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Xiao
Udah sampai mana?

Gadis itu memalingkan wajahnya malu. Hanya pertanyaan singkat, tapi entah mengapa Hu Tao merasa sangat-sangat bahagia. Dia sendiri tidak paham, apa dis merasa senang karena sudah lama tidak mengobrol dengan Xiao? Tidak juga...

Tapi ia yakin jika dia seperti ini tepat setelah mimpi aneh itu. Setiap Xiao menelpon atau mengiriminya pesan, perutnya serasa seperti digelitik oleh ribuan kupu-kupu yang berterbangan.

Hu Tao
Bentar lagi sampe kok!

Satu menit, dua menit, tidak ada balasan dari lelaki itu dan Hu Tao tak begitu ambil pusing. Ia lebih mementingkan degupan jantungnya yang malah berpacu lebih cepat daripada biasanya. Aduh, pipinya malah terasa memanas. Apa kata Xiao jika melihatnya yang seperti kepiting rebus ini...

Perfect Stars.Where stories live. Discover now