Dream

70 5 1
                                    

Xiao meregangkan ototnya yang kaku, waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam dan dirinya masih duduk di kursi yang sedikit usang itu. Kelas dua belas memang melelahkan, begitu pikirnya. Bahkan untuk sekedar membantu adiknya belajar pun ia tidak sempat karena terkuras oleh kegiatannya ; belajar.

"Kak Xiao udah makan?" Qiqi muncul dibalik pintu cokelat reyot itu dengan tatapannya yang sayu. 

"Udah. Qiqi makan aja, kakak udah kok." Xiao menjawab dengan penuh senyum. Ia tahu bahwa adiknya bertanya untuk mengajaknya makan bersama. Tapi sungguh, kali ini dia benar-benar tidak merasakan lapar walaupun sudah duduk selama berjam-jam lamanya semenjak pulang sekolah. Dia bisa memakan makanan sisa Qiqi nantinya karena gadis kecil itu selalu menyisakan sedikit untuknya.

Ponsel miliknya bergetar pelan, sebuah pesan baru saja masuk.

Hu Tao
XIAO
Apa kabar??? 

Xiao tersenyum tipis, ia benar-benar senang walaupun hanya menerima sebuah pesan singkat yang dikirim oleh Hu Tao, sahabatnya dari kecil. Dia menjawab pesan Hu Tao dengan semangat dan meletakannya kembali di atas meja setelah membalasnya.

Memori masa kecilnya bersama gadis itu kembali berputar. Xiao ingat ketika tiba-tiba saja gadis itu datang ke desanya karena papanya mempunyai sedikit urusan disini. Hu Tao tinggal di salah satu rumah yang bisa dikatakan cukup besar untuk tiga orang anggota keluarga, yang juga letaknya tidak jauh dari rumah Xiao. Perbedaan mereka terlihat dengan sangat jelas, Xiao yang tinggal di rumah yang seadanya dan Hu Tao yang tinggal di ruamh elit (begitu kata orang-orang).

Saat itu, Hu Tao bermain sendirian di sekitar kebun milik orang tuanya dan Xiao melihatnya. Hu Tao berkata jika waktu itu tidak ada yang mau bermain dengannya karena Hu Tao bisa dibilang datang dari lingkungan dan juga kasta yang berbeda dengan yang lainnya. 

"Kamu kenapa?" Xiao bertanya ketika melihat gadis itu berjongkok dengan wajah ditekuk. Gadis berpita merah itu mendongak dan secercah senyuman manis muncul di di wajahnya. "Kamu mau main sama aku?"

Senyuman manis itu benar-benar memikat hatinya sejak dulu, bahkan hingga saat ini, dia masih saja merasakan kupu-kupu yang berterbangan di sekitar perutnya ketika mengingat kembali betapa manisnya senyuman itu. Namun sayangnya, sebulan semenjak pertemuan pertama mereka, Hu Tao harus kembali kerumahnya karena tugas papanya sudah selesai disana.

Kedua orang tua Hu Tao sangat baik, bahkan mereka terkadang mengundang Xiao serta adiknya untuk makan dirumah mereka. Mereka juga sempat menitipkan Hu Tao yang dirumah sendirian karena kedua orang tuanya mempunyai kepentingan mendadak yang mengharuskan mereka kembali ke kota dan pulang di malam hari.

Kedua orang tua Xiao meninggal ketika Qiqi masih kecil, ia hanya hidup bersama paman dan bibinya yang pas-pasan. Walau begitu, Xiao dan Qiqi sama sekali tidak pernah merepotkan mereka. Mereka selalu mendapat beasiswa karena prestasinya. Qiqi yang sekarang berada di bangku SMP juga sering sekali mengikuti beberapa olimpiade.

Sepuluh tahun sudah ia berteman dengan Hu Tao dan pertemanan mereka baik-baik saja. Sesekali, Hu Tao pergi berlibur ke desanya lalu kembali dalam beberapa hari. Namun sekitar lima tahun terakhir, Hu Tao sudah semakin jarang datang ke sini dan hanya mengabari Xiao melalui pesan singkat. 

Xiao tak masalah, ia juga sudah puas bisa melihat Hu Tao di televisi.

"Xiao, kamu ada rencana lanjut kuliah?" Bibinya muncul setelah mengetuk pelan pintu kamar Xiao. Benar juga, dia belum memutuskan apa-apa soal kuliah.

"Belum. Mungkin bisa aku putusin minggu depan." Bibinya mengangguk paham. Dia mengerti perasaan Xiao yang bingung memilih jurusan seperti itu.

"Kemungkinan besar, aku bakalan ke kota tempat Hu Tao tinggal."

Perfect Stars.Where stories live. Discover now