O1. Attacking Each Other

3.6K 221 6
                                    

Jangan pernah berpikiran bahwa Pond terlihat begitu bijaksana, baik hati, dan segala hal yang bersifat positif tentangnya karena itu hanya sebuah topeng di balik kebenaran dalam dirinya.

Phuwin telah membuktikannya.

Tidak perlu dibujuk, Phuwin bisa saja berteriak sekarang untuk memberitahu manusia di bumi ini seberapa menyebalkannya seorang Naravit Lertratkosum.

Phuwin bahkan tidak akan malu-malu untuk mengutarakan opininya mengenai Pond, atau mendebat orang itu dengan satu tarikan napas.

"Teriakan saja, aku tidak akan takut karena aku juga akan meneriakan seperti apa kau sebenarnya."

Satu kalimat yang selalu mematahkan rencana untuk membeberkan segalanya tentang Pond. Kejam memang karena keduanya memiliki rahasia masing-masing yang tidak bisa dibantah. Dan sangat klasik jika kita lihat secara seksama.

Pada intinya keduanya tidaklah sekuat yang dilihat. Keduanya sama-sama takut jika salah satunya membeberkan perihal itu, maka pihak lain juga akan membeberkannya. Terdengar egois dan sangat romantis.

Dan siang ini, Phuwin kembali melangkahkan kakinya memasuki ruangan. Dengan amarah yang tidak bisa dibendung. Begitu berapi-api. Ruangan laknat! menurut Phuwin, karena sekali ia memasukinya maka hidupnya akan benar-benar sial kemudian. Mungkin sih

Ingat! Mungkin!

"Naravit!" teriakan Phuwin segera menggema dibarengi dengan bunyi dentuman keras dari pintu yang dia dorong kuat-kuat.

Neo dari tempatnya duduk tersenyum. "Hai, Phuwin. Kau terlihat manis jika seperti itu." membalas santai yang membuat Phuwin segera mendengus kesal saat itu juga. 

Sudah dia tebak jika hal ini akan terjadi. Neo memang sering melakukannya, setiap dia memasuki ruangan ini.

"Pangeranmu ada di dalam ruangannya." Joong datang dengan setumpuk berkas. Sementara Phuwin acuh dengan kedua kaki kembali melangkah, tanpa basa-basi, atau sekedar berterima kasih, atau apapun itu yang menyatakan jika Joong sangatlah membantunya sekarang.

Phuwin kembali membuka pintu asal meninggalkan bunyi dentuman untuk kedua kalinya. Membuat semua orang mengernyit risih karena suara bantingan kuat yang tidak ramah telinga.

"Ada apa?" sahut Pond sesaat setelag melihat Phuwin masuk ke dalam ruangannya. Pond tahu betul siapa yang akan membuka pintu seperti itu, hanya Phuwin. Dan itu hanya di depan Pond dan teman-temannya, tidak di depan orang banyak atau pun teman dekat Phuwin sendiri.

"Ada?! Apa?!" Phuwin berujar sarkas. Berjalan memasuki ruangan dengan tangan mengepal mendekati Pond yang terlihat tidak terusik sama sekali dengan amukannya. 

"Kau tahu apa yang sudah kau lakukan?" Phuwin lanjut bertanya.

"Tentu saja." Pond membalas seraya menyilangkan kaki.

Phuwin mendengus kuat.

Apa? Tentu saja?

Laki-laki ini sepertinya butuh hiburan.

"Seharusnya kau bernegosiasi dulu sebelum menentukan tanggalnya, bagaimana bisa kau mengiyakan ucapan Ibu begitu saja." Phuwin protes.

"Ketika kau tidak ada di sana dan aku harus menunggumu kembali selama tiga jam? Tidak akan." sahut Pond cepat kemudian berdiri dari duduknya. Sedikit membungkuk, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Phuwin yang menatapnya dengan tatapan penuh amarah.

Boom! - PondPhuwinWhere stories live. Discover now