00. You are death to me

710 80 12
                                    

⚠️ warning this story 18+ kinda psycho but cute⚠️



⚠️ warning this story 18+ kinda psycho but cute⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Abian Pramudya Perkasa (Bian)

...

Bbiyyy💞
Ke gudang. Sekarang.
15.10 PM

...


"Kita putus," kalimat pertama yang keluar dari bibir Bian setelah diam 10 menit tanpa mengatakan apapun, selain menghela asap rokok di depan muka Nila.

Spontan. Kepala Nila menggeleng kuat. Ia tidak terima dengan keputusan sepihak itu. "Nggak. Gue gak mau putus," tolak Nila. Tegas, menatap mata hitam Bian yang tajam. Nila tidak gentar meskipun tubuhnya bergetar takut. Bagaimanapun, Bian adalah seorang pria bertubuh atletis yang kuat. Berusia lebih tua setahun dari Nila dan memiliki emosi yang tidak stabil, terlepas dari usianya yang memang labil.

Nila menelan air liurnya. "Kalau gue salah... gue minta maaf. Please, babe. Jangan putusin gue." Ia mulai bernegosiasi kepada Bian. Kedua tangannya menggenggam erat telapak tangan pria itu, sedang mata hitamnya memutuskan kontak dengan mata coklat gelap Nila yang berbinar sedih. Hal itu membuat Nila semakin gencar bertanya-tanya, "Kenapa? Kenapa tiba-tiba lo mutusin gue? Kenapa babe?" Suara Nila berbisik namun terus meminta jawaban dari Bian.

Hubungan mereka selama ini, sangatlah rumit. Sekalipun, kisah romansa ini terbit dalam balutan dunia putih abu-abu. Latar belakang, karakteristik dan ketidakstabilan emosi mereka membuahkan kekacauan tiada batas. Mungkin, termasuk trauma sekaligus kekosongan hampa yang rumpang di hati turut menjadi penyebab, mengapa mereka bisa menjalin hubungan sejauh ini.

Sejauh apa? Yah, Nila memikirkan sejauh apa hubungan mereka sampai tidak pantas rasanya untuk putus begitu saja. Bibir seranum buah persik itu kembali bersuara lirih, terdengar lembut tapi mengusik ketenangan hati Bian. "Apa karena sex? Karena gue nolak lo kemarin???" Tanya Nila polos semakin mendekatkan dirinya pada Bian. Buah dada Nila yang sintal sudah menempel pada dada bidang Bian hingga menyudutkan pria itu ke dinding gudang terbengkalai di belakang sekolah.

Matahari perlahan kehilangan teriknya. Langit masih membiru muda bersama gumpalan awan putih. Waktu menunjukkan pukul 15.23 PM, sebentar lagi jam pelajaran terakhir selesai. Nila tidak sabar dengan jawaban Bian. Ia juga, tidak sabar sama jam pulang sekolah. Pikirnya, Bian marah karena Nila tidak memberikannya jatah. Pikiran Nila terasa semakin benar ketika tatapan mata hitam pria itu menajam sepenuhnya. Pembuluh darah di leher Bian berdenyut. Garis rahangnya menegas sambil melemparkan seputung rokok ke tanah. Bian bertindak agresif, satu tangan yang bebas mencekik leher Nila dan memutar balik keadaan.

Tubuh sintal Nila yang setinggi 158 cm terkunci oleh tubuh atletis Bian yang lebih tinggi 30 cm. Cengkeraman telapak tangan Bian di leher Nila terasa sangat nyata, sangat menyesakkan. Nila tidak bisa bernapas dengan benar. Kedua tangan Nila berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Bian. "B-babe... l-lepasin..."

Kill BillOn viuen les histories. Descobreix ara