03. Trapped

298 41 9
                                    

⚠️ This Part full of STRESS⚠️

⚠️ This Part full of STRESS⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

...

Rasanya mau gila, tapi sejujurnya Manisa Nila memang gila.

Satu bulan berlalu.

Pengumuman pertunangan antar keluarga Pramudya dan Latifa tersiar resmi di seluruh media online maupun offline. Bahkan stasiun tv nasional yang khusus membahas politik mengeluarkan statement kuat: perihal posisi ketua dewan sudah menjadi hak paten milik ayah Bian. Persentase kepercayaan publik meningkat sampai 50% lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kejadian sebelum penyebarluasan berita pertunangan antar kedua keluarga penguasa ini.

Bian dan Ratu turut andil memberikan prestige kalau mereka adalah pasangan yang serasi berdasarkan latar belakang keluarga terhormat. Aktivitas sekolah Bian dan Ratu dihentikan, berhubung mereka duduk dibangku kelas tiga yang hanya menanti ujian kelulusan. Dua sejoli itu aktif mengikuti aktivitas yang meningkatkan citra politik ayah Bian. Pelelangan dana, memberi bantuan, membuat kegiatan remaja inovatif dan apapun itu untuk menutupi semua postingan Nila yang berisi ketersakitannya ditinggalkan begitu saja oleh Bian.

Partai oposisi berasumsi gigi mereka rumpang dan berdiri lunglai bagai kehilangan tulang belakangnya sekarang, namun foto dan video tentang Nila dan Bian yang disebarluaskan gadis gila itu tanpa berpikir sehat dan panjang. Membuat partai oposisi memiliki gigi baru dan tulang belakang untuk berdiri tegak disamping partai ayah Bian. Kedua partai ini, beradu buzzer dibalik hitam putih yang saling bertumpang tindih menjadi abu; ada beberapa oknum yang mendukung Nila, dirasa-rasa sekedar mendukung karena bersimpati. Tapi ada pula yang menyerangnya murahan, penyebar aib dan tidak tau malu. Beberapa oknum ini mengatakan kalau Nila pantas menerima sanksi sosial. Orang tua Nila dianggap tidak mampu mendidik anaknya. Bagaimana mungkin seorang perempuan dengan gamblang memposting video yang jelas sekali, memperlihatkan adegan after sex tanpa malu. Meng-upload semua foto dan video yang tidak pantas mengenai beberapa bagian tubuhnya yang private meskipun Nila tidak benar-benar tampak bugil dalam media dua dimensi itu. Mereka semua memperdebatkan Nila lebih banyak dibandingkan mempermasalahkan sikap Bian. Apalagi Bian sibuk beraktivitas positif dengan predikat ia anak muda berprestasi yang aktif diberbagai bidang sampai membantu sesama.

Latar belakang keluarga Pramudya dan Latifa sangat kuat menyokong Bian. Masalah sex? Hampir seluruh anak remaja melakukannya tanpa disadari oleh orang dewasa. Sex termasuk dalam kenakalan remaja yang kerap terjadi dan terasa umum. Citra yang Bian bangun lebih bersih dan wangi dibandingkan Nila. Kepala Bian tertunduk patuh saat berita ini menguap ke udara. Pria perkasa itu mengakuinya dan meminta maaf ke publik, bukan kepada Nila. Persetan dengan semua postingan Nila bersama caption ketersakitan dirinya yang masih amat-sangat mencintai Bian. Menginginkan pria itu untuk kembali padanya. Menginginkan semua kenangan lama dapat terulang kembali. Menginginkan stain di celana blue jeans-nya kembali muncul karena kecerobohan Bian.

Nila frustasi berat.

Sementara, Bian tidak merasa terusik sedikitpun. Pria itu berani memberikan klarifikasi dengan kepala dingin. Ia mengaku, "Saya bersalah. Saya berjanji, tidak akan mengulanginya. Jujur, saya merasa dijebak oleh pihak lain." Sungguh, diluar prediksi. Terutama bagi Nila, termasuk seluruh manusia dimuka bumi ini bertanya-tanya perihal jebakan yang dimaksud Bian. Pria itu hanya melontarkan satu kata tanpa bukti yang kuat... tapi ia berhasil menggiring opini publik. Menciptakan asosiasi selir-selir tuan muda Abian. Entah dimulai darimana, yang pasti asosiasi ini tercipta dari publik tanpa campur tangan buzzer. Pancaran ketampanan Bian telah memikat khalayak publik berkat pengakuan yang menghasilkan kesan transparan. Keinginan untuk bertobat semakin mengagungkan nama Bian. Dipanggil untuk menjadi tokoh remaja yang bertobat diranah publik adalah hobi baru seorang Abian Pramudya Perkasa. Ratu Karina Latifa Adiningrat Wijaya Kusuma, bertengger manis di samping Bian sebagai seorang kekasih yang mencintai dan mendukung seluruh aktivitas positif Bian. Podcast-nya terdengar bijak, hangat dan manis. Komentar publik juga, bagus. Pengikut Bian meningkat.

Akun Nila berulang kali, terkena suspend.

Dan lagi, sejauh mata menelisik nan otak keras berputar, entah itu menggunakan kekuatan buzzer atau tidak. Pihak perempuan akan selalu menjadi momok utama untuk dilindas. Ratu pun ikut memegang kendali dalam merisak Nila sekalipun entitasnya tiada di sekolah. Gadis gila itu tidak peduli akan sanksi sosial, dipukuli kakak kelas tiga atau diabaikan oleh guru.

Isi otaknya hanya ada Bian. Dimiliki Bian. Disayangi Bian. Dan dunianya adalah Abian Pramudya Perkasa.

Stress.

Manisa Nila menangis setelah satu bulan tidak masuk sekolah. Bukan karena dirundung kakak kelas tiga dan teman sekelas. Sebaliknya... penyebabnya adalah Bian tidak ada di sekolah. Satu bulan ini, Nila ingin mengejar Bian sampai ujung dunia. Sayang, ayahnya selaku pencari nafkah satu-satunya di PHK. Tidak hanya itu, ayah Nila juga mengalami kecelakaan beruntun hingga menyebabkan cedera kepala berat dan patah tulang belakang. Ayahnya koma membutuhkan biaya besar, sementara ibu Nila hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Uang tabungan habis, rumah digadai, motor dan mobil dijual masih tidak menutup biaya rumah sakit. Padahal ayah Nila terdaftar di asuransi kesehatan tapi tidak bisa digunakan gara-gara dipecat.

Janggal namun keluarga Nila tidak bisa mengelak dari musibah ini. Ibu Nila juga, dihubungi oleh seseorang yang mengaku akan membantu keuangan mereka dengan syarat; Nila menghapus semua postingannya di internet, Nila berhenti membuat akun, Nila membuat video permintaan maaf terumata kepada keluarga Pramudya bahwa Nila memang menjerumuskan Bian dan memiliki niat buruk kepada keluarga tersebut dan Nila harus menghilang dari mata Bian.

Tentu saja, gadis gila itu menolak mentah-mentah. Nila berkata, "Bunuh gue sekalian! Biarpun gue mati. Gue tetap bergentayangan di samping Bian!" Selanjutnya, Nila meminta telpon disambungkan ke Bian. Ia histeris memanggil Bian. Menangis. Meronta dan memaki. Namun sebenarnya telpon sudah terputus sedari ia mengatakan bunuh.

Penyangkalan terbesar Nila adalah klarifikasi Bian. Cinta Nila pada Bian memang tiada lawan. Ibu Nila hanya bisa menangis tanpa henti ketika anak perempuannya itu, sangat keras kepala. Nila punya satu adik perempuan. Adik perempuan Nila turut terkena imbas atas perbuatan kakaknya itu. Ia masih kelas tiga SMP dan memilih ikut berhenti sekolah karena tidak tahan dipanggil adik pelacur, anak pelacur dan akan menjadi pelacur juga. Semua rentetan masalah ini, seolah membuktikan kalau postingan Nila bergulir layaknya bola salju.

Lagi, gadis gila itu tidak peduli.

Adik Nila menangis di luar ruang perawatan intensif. Ia mencengkram kuat lengan kakaknya sambil berkata, "There's other man, kak!" Rintihan adiknya sulit berhenti. Dalam benak, mau dunia hancur luluh lantah. Siapa yang peduli? Sebab pondasi terkuat dari anak dibawah umur adalah orang tuanya. Tunggu sebentar... apa Nila memahami benak sekaligus kondisi adiknya?

Ya, pasti tidak. Gadis itukan gila. Ia hanya berputar dalam orbit obsesinya terhadap Bian. Mau adiknya mati pun, dia tidak peduli. Toh, segala-galanya sudah hancur. Apa perlu merasa sedih untuk hal-hal seperti ini?

Bibir Nila bahkan dengan entengnya berucap, "Mending ayah mati aja. Semua uang udah habis tapi tetep gak bangun juga kan!" Sontak ibu Nila menampar pipi anaknya itu. Menangis keras. Sulit mengatakan satu atau dua patah kata. Lebih mudah untuk melemparkan pukulan daripada berbicara.

Nila diam, ia menerima pukulan ibunya. Adik Nila berusaha menengahi.

Isi kepala Nila terus berputar, memutar kalimat... remember why we started to love each other?

...

❣🥺VOTE AND COMENT🥺

Kill BillWhere stories live. Discover now