20 | Who Is She?

326 37 11
                                    

Playlist: Not Around (Nova)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Playlist: Not Around (Nova)

Keluarkan gombalan kematian kalian>

***

MONDAY

Kemarin malam masih belum cukup Ranmaru menerorku dengan degupan jantung di dalam dada. Untuk kedua kalinya, aku akan bermalam di sini.

Untungnya, aku disediakan sebuah ruangan baru yang sebenarnya aku pun merasa tak perlu. Melihat usaha Ranmaru membuatku agak takjub dan entah mengapa menurutinya untuk beristirahat hanya semalam di ruangan yang telah dia buat—atau lebih tepatnya, mungkin si Hirai yang membuatnya? Karena Ranmaru sempat melibatkan namanya.

Setidaknya aku akan terlelap pisah dari Ranmaru. Hanya saja aku perlu sedikit menghadapinya lagi sebelum pergi tidur—yang ingin sebenarnya kulakukan cepat tetapi rasa kantuk masih belum menyergap.

Aku meregangkan tangan ke atas setelah berganti pakaian dengan pakaian santai. Bukan baju tidur, tapi baju santai. Saat aku datang kemari aku memakai dua pakaian agar bisa berganti tanpa harus menggunakan pakaian di sini yang sebenarnya agak tidak nyaman dilihat olehku.

Makan malam telah selesai, dan ini sudah tiga puluh menit berlalu. Ranmaru tadi berpamitan membersihkan diri alias mandi, tapi rasanya dia sudah cukup lama. Sekarang, aku jadi ragu untuk membasuh muka sebelum tidur. Lagi pula, dia sudah seperti perempuan saja yang ngaret di kamar mandi!

Mungkin dia sudah selesai, tapi aku tak menyadarinya. Dengan perasaan datar aku membuka pintu kamar mandi, dan seketika diriku terdiam.

Apa ... ini?

"Oh,"

Di depanku ini ... aku tidak tahu harus menjelaskan apa. Mengerikan? Memalukan? Indah?

Ranmaru mengeringkan rambutnya sembari bertelanjang dada. Tatapan mata kami bertemu. Terbeku, seperti es batu yang baru saja dikeluarkan dari dalam kulkas. Tapi yang paling penting dibanding itu ...

Aku harus segera pergi dari sini!

"Hik!"

Tak peduli sekeras apa suara yang dihasilkan saat aku mentup pintu dengan acap, yang penting aku tak melihatnya. Aku tak melihatnya, 'kan?! Ya ampun, aku ingin menangis!

Kini aku sudah menjauh dari pintu itu. Aku menyesal, seharusnya aku tak asal menebak. Yang aku lihat itu sungguh menggelikan! Aku tak mau menjelaskannya dan kubiarkan imajinasi liar kalian memberi tahu.
Tapi yang paling menyakitkan adalah rasa malu yang ditanggung karenanya. Sial, aku segera menuju dapur agar bisa mengalihkan pikiran dan mungkin saja bisa jadi upaya kabur dari suasana tadi.

ADIKARA ; HIGH & LOW✔Where stories live. Discover now