05. Vano nyakitin

1.3K 118 47
                                    

"Perasaan bukan gue bapaknya, tapi kenapa jadi gue yang repot?!"

-Alvano
__________________

[Heppy Reading🌻]
*
*
*

Sekara terdiam diatas jembatan, bersama indahnya malam, dan bulan yang bersinar begitu terang dihiasi bintang dikelilingi.

"Sekara harus apa sekarang? Mati? Tapi Sekara takut untuk mati! Kalau Sekara pulang, pasti Sekarang sakit hati lagi." lirihnya pelan.

Sekara menutup matanya pelan, sebelum akhirnya ia memanjat tebing pembatas jembatan. Sekara menyeimbangkan tubuhnya.

Wanita itu memejamkan matanya kembali, tangannya terentang. "Sekara takut mati, tapi Sekara capek untuk hidup! Tuhan, Sekara mau bunuh diri aja, tapi tolong jangan masukkan Sekara kedalam neraka!" teriaknya.

Belum sempat ia menjatuhkan tubuhnya, seseorang menariknya lebih dulu. Kini wanita itu panik ketika ia tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

Jika saja seseorang itu tidak menahan tubuhnya, mungkin Sekara sudah mati atau masuk rumah sakit.

Seseorang itu menurunkan tubuhnya. "Lo gila?"

Sekara membuka matanya, wanita itu menatap terkejut, apakah dirinya tidak salah lihat, Alvano ada disini?!

"Vano..."

Alvano menatap kesal Sekara. "Lo gila? Kalau mau bunuh diri jangan nyusahin orang." ujar Alvano pedas.

"Sekara nggak nyusahin orang! Sekara juga nggak nyusahin Vano!"

Alvano menggeram kesal. "Gak nyusahin gue? Justru dengan cara lo bunuh diri seperti itu, semua orang akan menuduh gue penyebab kematian lo! Semua orang akan berpikir kalau gue yang buat lo depresi hingga bunuh diri!"

"Tapi--"

"Banyak bacot ya, lo?! Sekarang kita pulang!" Alvano menarik tangan Sekara kasar.

"Pegangan yang kuat, gue mau ngebut!" Titah Alvano, pria itu mengendarai motornya diatas kecepatan rata-rata.

Cukup lama menempuh perjalanan, mereka sudah sampai dirumah. Sekara menatap kesal Moca ketika melihat gadis itu memakai bajunya.

"Ini kan baju Kara, kenapa kamu pakai?" Marah Sekara.

"Moca pinjam baju kak Sekara, baju Moca--"

"Tapi Sekara nggak suka baju Kara dipakai orang lain!" Sela Sekara cepat.

"Tapi Moca nggak punya baju yang bagus untuk acara besok malam. Baju Moca udah pada jelek-jelek."

"Kamu pikir aku peduli?! Sekarang lepas baju Sekara!" Teriak Sekara kesal.

"Tapi kak--"

"Lepas! Kamu tuli? Sekara bilang lepas!" Teriak Sekara. Tangannya menarik baju yang dipakai Moca.

Alvano menepis kasar tangan Sekara, "nggak usah kasar? Keren lo begitu?"

"Tapi dia udah lancang pakai baju aku, Sekara nggak suka!"

"Gue yang suruh dia pakai baju lo! Masalah?"

"Tapi Sekara nggak suka kalau baju Sekara dipakai orang lain! Baju itu nggak cocok dipakai Moca!" Balas Sekara.

Matanya berkaca, kenapa Alvano membela Moca? Seharusnya Alvano mengerti kalau Sekara sangat tidak suka barangnya dipakai orang lain, apalagi baju itu adalah mahar pernikahan yang Alvano berikan.

Gott des TodesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang