08. Sakit lagi?

734 66 15
                                    

"Suatu hubungan tidak akan bertahan lama jika yang bertahan untuk mempertahankan hubungan itu hanya satu orang, karena hubungan dijalankan oleh dua pihak yang saling mencintai bukan hanya satu pihak saja!"

-Aura Jenicee
__________________

[Heppy Reading🌻]
*
*
*

Sekara terbangun dari tidurnya, ia merasa haus sekarang. Netra matanya tak sengaja menatap Alvano yang masih bergulat dengan buku pelajarannya.

Alvano menoleh kebelakang ketika menyadari seseorang menatapnya, "kenapa bangun?" tanya Alvano lembut.

"Mau Sekara bangun, tidur, atau mati juga bukan urusan Alvano!" ketus Sekara.

"Kar, ucapan lo jaga!" tegur Alvano.

"Siapa Vano larang-larang Sekara? Kita--"

"Gue suami lo, jadi berhak gue larang atau atur-atur lo!" sela Alvano cepat.

Sekara memekik senang di dalam hati, ia sunguh benar-benar senang. Tapi sedetik kemudian rasa gembira itu hilang, ia masih kesal dengan perlakuan Alvano.

"Suami? Suami mana yang tega nyakitin hati istrinya terus menerus? Lain kali nggak usah janji kalo nyatanya Vano mengingkari janji itu! Dan juga Sekara bukan murahan yang Vano bilang, Moca yang murahan karena suka sama Vano, padahal jelas-jelas Vano suami Sekara!"

"Jangan pancing emosi gue Kar! Moca sakit, dia udah gue anggap seperti adik gue sendiri, stop bilang dia murahan hanya karena dia minta waktu gue sebentar!"

Sekara menatap Alvano kesal. "Sebentar? Alvano bilang sebentar? Sebentar itu cuma beberapa menit bukan berjam-jam! Kapan sih Vano sadar kalau Moca suka sama Vano! Moca itu murahan yang ngejar-ngejar suami orang!"

"Gue bilang stop bilang Moca murahan!" sentak Alvano.

"Itu kenyatannya! Mocca murahan!" balas Sekara tak kalah kencang.

"Gue bilang stop bangsat! Bukan Moca yang murahan tapi lo yang murahan! Lo itu nggak ada harga dirinya, hamil di luar nikah. Lo bego karena mau aja di tidurin sembarang orang! Stop bilang orang lain murahan, karena nyatanya lo yang murahan, hamil anak haram! Atau mungkin aja kelak kelakuan anak lo sama ibunya sama, sama-sama nggak punya harga diri!" bentak Alvano.

Dada Sekara sesak, nafasnya naik turun, tubuhnya seperti tersengat listrik. Kenapa Alvano tega berbicara seperti itu hanya karena Moca? Sepenting itukan Moca? Itu semua ada di pikiran Alvano.

Cairan bening tiba-tiba jatuh begitu saja dari pelupuk matanya, dengan cepat Sekara menghapusnya. "Jahat! Vano boleh hina Kara tapi nggak dengan anak Kara! Kara juga sadar kalau Kara bego, tolol, goblok, nggak punya otak, bahkan murahan, Kara sadar diri! Tapi Alvano nggak berhak bilang seperti itu sama anak Kara! Kara juga janji akan mendidik anak Kara biar suatu saat nasibnya nggak sama kayak ibunya." ujar Sekara, suaranya terdengar parau.

Sekara bangun dari posisi duduknya, lalu beralih mengambil bantalnya.

Alvano masih terdiam, ia merasa bersalah sekarang. Jujur Alvano tidak ada maksud seperti itu, Alvano hanya terpancing emosi.

"Vano tidur aja, Kara mau tidur di ruang tamu aja!" suara Sekara terdengar semakin parau.

Bergegas Alvano mengunci pintu kamarnya sebelum Sekara berhasil keluar dari kamar. "Gue minta maaf, gue nggak ada maksud berbicara seperti itu Kar! Tadi gue--"

"Nggak usah minta maaf, Vano nggak salah! Justru Kara yang minta maaf udah menyeret Vano dalam masalah Sekara, Kara juga minta maaf karena Vano harus terpaksa menikahi cewek murahan seperti--"

Gott des TodesWhere stories live. Discover now