Ditengah malam yang sunyi dan sepi, Irene berlari dengan sekuat tenaganya seraya menggendong anak perempuan satu-satunya. Malam ini adalah malam dimana Irene berniat untuk kabur dan membawa Anya pergi dari rumahnya. Meskipun kondisi Irene tidak terlalu baik, ia tetap berusaha untuk berlari dengan kencang. Anya hanya bisa menangis lirih, ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Anya sayang... Anya boleh nangis, tapi jangan kenceng-kenceng, ya?" bisik Irene dengan nafas yang tersengal-sengal. Anya hanya bisa mengangguk kecil dan memeluk erat tubuh Ibunya tersebut. Gadis kecil itu menutup kedua matanya, ia dapat merasakan ketakutan dan betapa menegangkannya malam itu.
"IRENE! BALIK LO KESINI! ATAU GUE BAKAL BUNUH ANAK SIALAN ITU!"
Irene mengatur nafasnya dan berlari lebih kencang dibandingkan sebelumnya. Namun naasnya, kakinya tak sengaja tersandung akar-akar besar dari pohon yang menjulang tinggi di sekitarnya. Disaat itulah ia merasa energinya sudah habis, ia tak sanggup lagi untuk berdiri dan berlari. Anya yang panik segera bangkit dan berusaha membantu Ibunya tersebut untuk berdiri.
"Anya, dengerin Bunda. Anya harus lari sekuat-kuatnya dan jangan liat ke belakang. Setelah Anya keluar dari hutan ini, Anya bakal nemu jalanan kota. Anya minta anter ke kantor polisi dan kasih surat ini," ujar Irene sembari memberikan sebuah amplop putih. Anya menggelengkan kepalanya sembari menangis, ia memeluk tubuh Irene dengan erat. Ia enggan melepaskan pelukannya.
Dengan energi yang tersisa, Irene berusaha melepaskan pelukan putri kecilnya itu sembari menangis. Irene mengusap kedua pipi Anya dengan lembut, ia lalu mengecup singkat dahinya. Anya berkata pelan, "Anya gak mau ninggalin Bunda! Bunda harus ikut Anya! Anya bakal berusaha buat bantu Bunda berdiri!". Irene menggelengkan kepalanya pelan, ia tahu bahwa ini adalah kali terakhirnya dapat melihat wajah putri kecilnya tersebut.
"Bunda gak bisa pergi sama Anya, Anya harus pergi sendiri. Anya kan anak baik, nurut ya sama Bunda? Anya gak boleh jadi anak nakal selama Bunda gak ada disisi Anya" tutur Irene sembari tersenyum. Ia lalu melepas kalungnya dan memasangkan kalung itu pada Anya. Ia melanjutkan, "Suatu hari nanti, kita bakal ketemu lagi. Bunda bakal jemput Anya kalo udah waktunya. Jangan lupain Bunda, ya?".
Anya mengangguk dan kemudian berlari sekuat tenaga meninggalkan Irene sendiri ditengah hutan. Irene hanya bisa menatap anaknya pergi dan menghilang diantara pepohonan itu, apapun yang akan terjadi setelah ini, ia akan menerimanya dengan lapang dada, selagi anaknya bisa selamat.
"Anya ku, sayang. Hiduplah dengan baik setelah ini, maaf karena Bunda gak lagi bisa nemenin Anya. Bunda sayang sama Anya..." batinnya.
---
CAST
1. Irene Gracia Renatha (OC)
(made by AI)
2. Loid Forger
3. Anya Forger/Anya Olivia Renatha
4. Yor Forger
YOU ARE READING
Bunda. ¦¦ Anya Forger.
FanfictionBagi Loid, kehidupan ini dipenuhi oleh banyaknya tanda tanya. Dibalik kehilangan yang ia rasakan, Tuhan selalu mempunyai rencana baik setelahnya. Kedatangan Anya menimbulkan tanda tanya, namun disitulah semua teka-teki itu terjawab. ────────────────...