Chapter 1 : Mata Yang Indah.

164 15 1
                                    

Aku meletakkan setangkai bunga lily di makam Ibu. Kuusap lembut nisan yang bertuliskan "Elianor Lily Forger" sembari tersenyum tipis, tak terasa Ibu sudah pergi meninggalkanku selama sepuluh tahun ini. Meskipun kini usia ku telah menginjak dua puluh lima tahun, aku tetaplah seorang anak kecil yang masih manja dan merindukan kehadiran sosok Ibu.

"Ibu, selamat ulang tahun..." ucapku lirih. Sejak kecil, aku terbiasa hidup berdua dengan Ibu. Tiga hari sebelum aku dilahirkan ke dunia ini, Ayah pergi meninggalkan kami berdua karena penyakit jantung yang dideritanya. Ibu dan aku diasingkan oleh keluarga besar pihak Ayah, mereka semua membenci kami. Ibu hanya punya aku disampingnya, begitu juga aku yang hanya memiliki Ibu.

Meskipun hidup kami tidak terlalu berkecukupan seperti orang-orang di sekitarku, kami tetap bahagia. Penghasilan kami berasal dari usaha Ibu yang menjual berbagai macam kue. Aku pun turut menjual beberapa macam kue kecil ke sekolah dan menawarkannya kepada teman-temanku.

Ibu meninggal saat umurku masih lima belas tahun dikarenakan asmanya kambuh. Sejak saat itulah aku hidup mandiri dan tetap berusaha untuk kuat, aku yakin suatu saat nanti hal-hal baik akan datang kepadaku.

Aku pun bangkit dan pergi meninggalkan Ibu dikarenakan ada beberapa hal yang harus aku kerjakan di hari libur ini. Aku bergumam, "Harusnya pesanan saya udah ada dijam segini... Yaudah, saya cek dulu ke restonya". Setelah keluar dari area pemakaman, aku berjalan sedikit menuju arah perkotaan. Hari ini, aku memiliki rencana untuk pergi ke panti asuhan dan membagikan makanan kepada mereka dalam rangka merayakan ulang tahun Ibu ku sekaligus memperingati hari anak.

Tak jauh dari posisiku sekarang, terlihat sebuah restoran kecil berdiri di antara butik-butik. Aku berjalan menuju arah restoran itu dan membuka pintunya. "Selamat datang di Frankling's Restaurant. Ada yang bisa saya bantu?" Aku pun menunjukkan bukti transaksi ku kepada kasir tersebut.

"Pesanannya sudah selesai, Tuan. Beberapa staff kami akan membantu membawa pesanannya ke mobil Tuan, ya" jelasnya. Aku pun mengangguk dan berterima kasih. Beruntungnya aku memarkirkan mobilku tak jauh dari sini, para staff toko itu tidak akan terlalu lelah mengangkat banyaknya pesanan yang ku beli.

Lima orang staff dikerahkan untuk membawa masing-masing satu dus yang berisikan sekitar sepuluh box makanan. Untuk acara kali ini, aku sengaja memesan seratus box makanan sesuai dengan jumlah anak-anak yang tinggal di panti asuhan yang ku tuju. Setelah selesai menaruh sepuluh kardus di bagasi mobilku, aku pun segera pergi menuju salah satu panti asuhan yang pernah menjadi tempatku melakukan praktik psikologi pada saat aku masih menjadi mahasiswa psikolog.

Ah, aku benar-benar merasa tak sabar untuk bertemu dengan mereka. Bagaimana kabar mereka, ya? Beberapa dari mereka pasti telah tumbuh besar dan mungkin akan ada anak-anak baru yang menghuni panti asuhan itu.

Wools Orphanage, 10:00 AM.

Terlihat beberapa pengasuh tengah menunggu kedatanganku, termasuk Ibu panti. Setelah memarkirkan mobilku, aku pun berlari kecil dan memeluk Ibu panti. "Astaga Loid, gimana kabarmu, nak?" tanya Ibu panti. Aku melepas pelukanku dan tertawa kecil, aku menjawab, "Saya baik-baik aja, Bu. Cuma agak sibuk aja kemarin-kemarin".

"Loid, ya? Masih kenal kita, gak?"

Aku menoleh ke arah tiga orang lelaki dan dua orang perempuan yang tengah berdiri di sampingku. "Kenal, dong. Sean, Edward, Jack, Patricia, sama Anne ya?" tanyaku. Mereka mengangguk kecil dan merangkulku, mereka berlima adalah teman baikku selama aku melakukan penelitian dan praktik di panti asuhan ini. Mereka banyak membantu ku selama tiga bulan itu.

Sebelum masuk ke dalam panti, aku dan kelima teman ku memutuskan untuk mengangkut kardus-kardus yang berisikan makanan itu ke dalam panti. "Tuan Forger! Itu Tuan Forger!" Anak-anak itu berlari dan memelukku. Nampak sekali wajah mereka terlihat senang saat menyambutku. Aku mengusap tubuh mereka dan tersenyum. Aku berkata, "Wah, sekarang kalian udah gede, ya. Terakhir kali saya inget, kalian masih pada kecil".

Bunda. ¦¦ Anya Forger.Where stories live. Discover now