9️⃣ Ucapan Manis Setan

4K 567 47
                                    

"Hari Sabtu, 28 April, di rumah sakit Kasih Bunda. Tahun ini Bryan genap berusia lima tahun."

"Apa itu cukup untuk kamu mau dengarkan permintaanku?"

"Aku serius, Alisya! Pamit pada orang-orang kantor dan pamit pada pemilik kontrakan! Katakan pada mereka kamu akan pergi jauh. Tinggal di apartemen itu. Semuanya aku yang tanggung."

Kata-kata dari mulut setan beberapa hari yang lalu itu benar-benar menganggu hidup Alisya. Bagaimana bisa, kalimat yang seharusnya tidak ia dengar malah terus terngiang di telinga. Dan sialnya, setiap ingat percakapan hari itu, hati Alisya harus ikut berdenyut nyeri. Alisya tak mengira jika memang pria itu tau banyak tentang Bryan. Mungkin juga tau banyak tentang hal-hal yang terjadi selama ini.

Merasakan setiap sikap dan ucapan Renan, hati Alisya selalu sakit. Renan yang datang kembali itu bukanlah Renan yang selama ini ia tunggu diam-diam. Bukan Renan yang dulu selalu memberinya senyuman tulus dan kasih sayang yang besar.

Atau mungkin memang hanya Alisya yang terlalu bodoh dan naif. Mungkin dia yang dulu terlalu terlena dengan sikap dan tutur kata manis dari Renan. Padahal jika dia mau berpikir ulang, Renan hanya menginginkan sesuatu yang paling berharga dari dirinya. Karena pada kenyataannya, setelah Renan mendapatkannya, pria itu pergi begitu saja tanpa penjelasan, menyisakan Alisya yang harus menanggung semua sendirian. Mengubur dalam cita-citanya karena hamil di luar nikah, dijauhi keluarganya karena dianggap aib keluarga, hingga harus berjuang sendiri membesarkan Bryan.

Dulu, dia punya seorang sahabat yang tidak pernah meninggalkannya. Namanya Firman. Pria itu yang membantu menyelamatkan Alisya dari rasa malu. Pria itu yang rela menikah dengannya meskipun setelahnya tak pernah bersama.

Firman bekerja sebagai seorang teknisi kapal. Seminggu setelah menikahi Alisya, dia harus sudah kembali bekerja. Namun hari naas tak dapat dihindari. Tiga bulan berlayar, pria itu meninggal karena kecelakaan kerja.

Nama Firman tak akan pernah Alisya hapus dari hidupnya. Pria itu benar-benar sahabat sejatinya. Meskipun tak pernah mempersembahkan cinta, tapi dia yang telah menyelamatkan harga diri Alisya.

"Al, makan yuk!" Panggilan dari Tari lagi-lagi menyadarkan Alisya. "Ngapain melamun di sini?"

Tari mendekat dengan membawa satu piring makan siang untuk mereka berdua. Sudah menjadi kebiasaan mereka ketika makan hanya satu piring, katanya untuk meringankan pekerjaan. Padahal tidak terlalu banyak berkurang juga.

"Sudah selesai tugas kamu?" tanya Alisya sambil pelan-pelan ikut makan.

Tari mengangguk karena mulutnya sedang sibuk mengunyah. Sejak pagi mereka tidak berdekatan karena Tari ditugaskan untuk menyiapkan ruang rapat utama yang akan dipakai pertemuan penting siang ini.

"Tumben banget yang disuruh aku sama Nana, biasanya kan duet sama kamu." kata Tari setelah mulutnya kosong.

Alisya hanya bergumam. Tadi dia pun sempat heran ketika bu Resti memanggil Tari dan Nana untuk menyiapkan ruang rapat. Selama ini tugas itu menjadi tanggungjawab Alisya dan Tari.

Bukan hal besar sebenarnya karena sama saja, itu semua menjadi tugas mereka di divisi kerumahtanggaan. Hanya saja Alisya jadi teringat lagi dengan percakapannya bersama Renan waktu itu.

Alisya tetap pada pendiriannya yang tak ingin menerima pemberian apapun dari Renan. Sementara Renan terus memaksa. Akhirnya Alisya yang akan mengalah, dia kembali menyatakan akan pergi dari kantor. Mendengar itu, keegoisan Renan menurun. Dia menyatakan tidak bisa jauh dari Bryan sehingga pada akhirnya Renan yang mengalah untuk tidak akan memaksa Alisya lagi asal Bryan tak pernah jauh dari jangkauannya.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang