• 4.Ketika keraguan menjadi jelas

98 63 324
                                    

*Happy for reading*
_______________________

Dipta dan ketiga temannya termasuk Nataya kini sedang duduk di kantin untuk makan siang, sejak tadi Nataya hanya banyak diam saja. Karena diam saja, Dipta jadi bertanya-tanya sedang ada masalah apa Nataya sampai dirinya diam saja, bahkan untuk berceloteh dengan Jila seperti biasanya pun Nataya enggan, ketika Ilham membuat lelucon juga Nataya hanya tertawa hambar.

"Nataya tuh orangnya penuh teka-teki, dia sering cerita hal ke gue, tapi ada banyak hal yang gak dia ceritain ke gue segampang itu."

Dipta jadi ingat saat dirinya bersama Jila dan juga Ilham membicarakan soal Nataya beberapa waktu lalu, Ternyata benar kalau Nataya itu penuh teka-teki. Dipta sudah mengenal Nataya sejak mereka masih maba bahkan sekarang sudah di semester empat seperti sekarang, tapi ada begitu banyak hal yang juga Dipta belum ketahui tentang Nataya.

"Tay, Lo udah nabung kan?" tiba-tiba Jila menyeletuk begitu pada Nataya.

Nataya menatap Jila, mengangguk lalu memberikan senyuman seperti biasanya, sesaat Dipta dibuat meleleh melihatnya.

"Nanti pokoknya kita harus dapetin buku itu Tay, harus ini tuh wajib!" kata Jila dengan semangat.

"Buku apaan lagi yang Lo bedua beli hah?" ucap Ilham, dirinya tanpa sengaja telah mengusik macan yang tengah tertidur.

"Bisa gak, Lo tuh gak usah kepo dan gak usah sewot!" ucap Jila.

"Gue gak sewot Jil, astaghfirullah deh, gue kan nanya doang, iya gak Tay?" kata Ilham mencari pembelaan pada Nataya.

"Kita berdua mau beli buku dari penulis favorit kita, yang kata Lo tulisannya rapi dan ceritanya menarik itu loh." tutur Nataya pada Ilham, membuat cowo itu mengangguk, karena dirinya sudah ingat.

"Oh yang itu, kapan emang terbitnya?" tanya Ilham mulai tertarik.

"Masih lama sih, bulan depan terbitnya."

"Ajak gue ya Tay kalo mo beli," kata Ilham mendapat anggukan dari Nataya.

"Gue juga!" Dipta ikut menyahut membuat ketiganya menatap Dipta dengan wajah yang tak dapat di deskripsikan.

"Hah, sejak kapan Lo suka baca buku kayak gini?" ucap Ilham, sontak Dipta memukul lengan Ilham yang ada di lengannya.

"Sembarangan banget, gue juga suka baca buku selain buku buat belajar!"

"Oh ya?" Ilham tergelak mendengarnya, Dipta sangat lucu karena dirinya salting.

"Eh gue balik duluan ya kalo gitu," ucap Nataya, dan kini teman-temannya beralih menatap Nataya.

"Mau kemana Tay, kok pulang duluan?" tanya Jila.

"Gue mau belanja mingguan, Lo mau ikut Jil?" ditanya seperti itu oleh Nataya, Jila pun menggeleng.

"Enggak deh Tay, gue takut kalap kalo ikut Lo belanja makanan." ucapnya membuat Nataya terkekeh.

"Duit Lo kan banyak Jil, padahal gue berharap Lo ikut biar bisa jajanin gue." ujar Nataya, dirinya hanya bergurau saja, tapi tebak apa yang Jila ucapkan pada Nataya.

"Lusa aja Tay, bokap gue tf lusa soalnya, entar gue bayarin apa yang Lo mau."

"Mending Lo traktir gue sama Dipta sekalian," sontak Jila membuang memutar mata malas mendengar Ilham berkata seperti itu.

"Yaudah iya lusa entar," ucap Jila sontak membuat Ilham kegirangan hingga menepuk-nepuk lengan Dipta.

"Sakit nyet!"

"Ye bilang aja Lo juga seneng mo di traktir, sok kalem banget mentang-mentang didepan ayang." ujar Ilham sontak membuat Dipta menatap tajam Ilham.

Nataya menyolek bahu Jila kemudian dirinya langsung pergi usai memberikan kode pada Jila. Nataya sudah tidak sanggup terlalu berlama-lama berdekatan dengan Dipta, bagaimana cowok itu dengan terang-terangan mengejarnya seakan dirinya benaran mempunyai rasa.

BertautWhere stories live. Discover now