34. BASEBALL RULES (part 2)

9.2K 964 24
                                    

34. BASEBALL RULES (part 2)






          Permainan dimulai begitu Vera meniupkan peluit. Tim dibagi menjadi dua. Karena total seluruh pemain kami hanya berjumlah sepuluh orang, maka setiap tim hanya diisi oleh 5 orang pemain. Sisanya, Vera, Shelly tunangan dari Armand dan Arumi, adik perempuan Rendra menjadi wasit selama permainan.

Tim Harvey lebih dulu bermain. Pria bule itu terlihat begitu serius saat permainan telah benar-benar dimulai. Bahkan bisa kurasakan atmosfer juga berbeda setelah peluit ditiup.

Aku meneguk ludah. Bersiap diposisi Third baseman menjaga pos ketiga melihat Pak Adnan sebagai pitcher bersiap melempar bola. Gery terlihat menganggukan kepala dibelakang sebagai Catcher. Tak lama, bola dilambungkan menandakan babak pertama telah dimulai.

"Strike!!" Vera berseru.

Kulihat dari jauh, Harvey sempat mengumpat membuat Pak Adnan dan Gery kompak tertawa terlihat mengejek pria itu. Sisanya juga ikut saling mengejek mengomentari bagaimana performa Harvey malam ini, termasuk Celine. Wanita yang sejak tadi kulihat tak bisa berhenti mencuri pandang pada pria yang menjadi bossku sejak hampir dua bulan yang lalu.

Bola dipukul tinggi. Semua baseman bersiap. Rendra terutama yang berjaga di firstbase langsung berlari mengejar bola begitu melihat bola terlambung kearahnya. Para pria itu dengan kompak berteriak saling memberikan arahan.

Rendra menangkap bola. Pria itu kemudian dengan sigap langsung melemparkan pada Raline yang berjaga di secondbase. Raline berlari gesit berlomba dengan Harvey. Membuat seluruh kehebohan tim kami termasuk diriku bersemangat saling berteriak mendukung Raline.




Priiiitt.


"Harvey masuk!" Shelly, umpire atau wasit yang berjaga di secondbase meniupkan peluit.

Harvey berseru kelihatan begitu puas. Kulihat Pak Adnan yang berdiri ditengah lapangan berteriak kesal kemudian memberikan jari tengahnya pada pria bule yang sedang menari dengan penuh kemenangan itu.

"TODAY IS GONNA BE MY LUCKY DAAAY!!" Kata pria itu memamerkan tarian gilanya pada Pak Adnan sambil bersiul keras.

Aku mengulum bibir dalam, melihat pemadangan wajah masam Pak Adnan disana entah kenapa aku jadi ingin tertawa begitu saja. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, akhirnya malam ini bisa kulihat Pak Adnan untuk pertama kalinya menyumpah layaknya manusia biasa. Walau tidak ada sama sekali keluar kata umpatan kasar dari mulutnya, pria itu jelas kelihatan begitu gemas dan begitu ambisius layaknya bocah umur 10 tahun yang setengah mati ingin sekali menang.

"ALUMA!! WATCH OUT!" peringat Rendra dan Pak Adnan bersamaan. Aku hanya bisa meringis tersenyum melihat kedua pria itu yang sudah terbakar kobaran semangat pertandingan.

Permainan kembali dimulai, aku mencoba sekali lagi meregangkan otot entah kenapa ikut bersemangat ingin ikut memenangkan pertandingan ini.

Aluma dan ambisinya.

Aku lupa kapan terakhir kali berambisi untuk memenangkan atau mencoba mencapai sesuatu. Terakhir kuingat, ambisiku berakhir kurang baik. Aku bahkan hampir berhenti untuk memilki mimpi sejak lulus SMA. Ganes pernah bilang, hidupku hampir seperti zombie karena tak pernah terlihat begitu memiliki semangat gairah untuk mencapai sesuatu. Tapi malam ini, mendadak serta secara naluri. Aku ingin memenangkan pertandingan.

Bola kembali melambung tinggi, kali ini, entah apakah faktor keberuntungan, bola dengan kekuatan cepat mengarah kepadaku.

Aku berlari menangkap tepat. Kali ini langsung berlari dengan gesit mengejar Harvey yang berlari sekuat tenaga tak jauh dariku. Aku menarik sempurna tangan ke belakang, mengambil ancang-ancang kuat sambil merefleksikan diriku sama seperti saat bersiap melemparkan kepalan tinju saat bela diri. Kulambungkan kuat-kuat bola putih bersih itu ke arah Harvey.


Virago ✔ (REVISI)Where stories live. Discover now