43. Paket Salah Alamat

8.8K 986 46
                                    

43. Paket Salah Alamat




 
      "GUE MERINDIIIINGG!!!"

Begitu teriakanku yang menggema seisi rumah sampai Ganes meloncat kaget dari sofa ruang tengah keluargaku.

"Nessss gue merinding Nes, gilaa gue kerasukan apa sampe bisa ngomong gitu sama Celine." Hebohku lagi sampai membuat Ganes mendelik tak jadi memperhatikan layar TV yang sedang memutar film Keanu Reeves kesukaannya.

Ganes menarik pantatnya mundur, wanita itu sepertinya kelihatan menyesal karena memutuskan untuk menginap dirumah lagi setelah kembali menjenguk Vera hingga sore tadi.

"Sekali lagi lo teriak gue telfon Pak Burhim biar anak perawannya di ruqyah sekarang!" Tunjuknya melepar bantal sofa padaku.

Aku melengos. Kembali mengingat kalimat yang aku loloskan dari mulutku begitu lancar sampai membuat bulu kudukku kembali merinding.

"Huwaaaaaa..." teriakku lagi kali ini tak bisa menguasai diri sangking gelinya. Tubuhku melemas menggelesor di atas sofa. Seisi perutku terasa ada yang bergejolak hingga aku merasa mual sendiri. Kepalaku kembali meremang terasa gatal, aku kembali bangkit sambil berguling rolling ke depan membuat Ganes reflek bergerak menjauh.

Walau telat, pipi glowingnya yang baru selesai memakai mask sheet itu terkena terlapak kakiku yang mendarat mulus disana.


"ALUMAAAAA!!!" Ganes bangkit. Menepuk keras pantatku kemudian balas mendorongku kuat hingga tubuhku jatuh berguling dari sofa.

"APASIH APAAAA?! Lu kalau mau akrobat jangan di sofa. Kamar lu sana gede!" Usirnya kelihatan gemas setengah mati.

Aku mendengus. Tak memperdulikannya kembali merengek panjang.

"Ganeeeeeeessss...." teriakku memanggil-manggil namanya.

Ganes meraih ponselku di atas meja. Memainkannya sesaat sebelum akhirnya menempelkan ponsel putih milikku ke telingannya.

"Lu ngapain?" Tanya ku heran sendiri.

Ganes melirik. "Nelfon si Adnan. Laporan sekretarisnya abis di damprat mantan tunangannya."

"Anj-- GANEEES!!" Aku melompat. Langsung bangkit merebut ponsel ditangannya kemudian mematikan sambungan ponsel dengan cepat.

"Lo gila?!"

"Elo yang gila!" Tunjuk Ganes padaku.

Aku melengkungkan kedua sudut bibir ke bawah. Menjatuhkan diri ke atas sofa lagi sebelum melirik Ganes yang melengos panjang.

"Lagian kenapa sih? Udah bener lo jawab gitu. Terus kenapa elo jadi yang kaya cacing kepanasan. Harusnya dia yang sekarang banyak doa biar bisa nikung si Adnan pake jalur langit." Katanya mengajariku.

Aku memajukan bawah bibir. Menatap Ganes yang kelihatan masih gemas padakku.

"Abis ini pertama kalinya gue ngerasa kaya abis di damprat." Aku memainkan baju piyama kikuk. "Gue berasa aneh banget kaya ngerebutin cowok begini. Bukan gue banget deh...." ucapku pelan. Benar-benar tak pernah terbayang akan melakukan adegan ala tv sinetron picisan yang didatangi wanita masa lalu dari pria yang kutaksir.

"GILAAA MERINDINGGG, INI SI ADNAN KALAU TAU GUE MALU SENDIRIAN GANEEEESSS!!" Amukku lagi rolling ke depan di atas karpet.

Ganes melemparku dengan bantal sofa. "Gak bakal tau juga. Kecuali gue kelepasan kasih tau." Kata wanita itu membuatku melirik tajam.

"Jangan macem-macem ya lo!" Tunjukku mengancam.

Ganes mencibir. "Yeee... lagian mainnya kagak cantik amat. Tuh cewek yang mau balikan sama mantannya, terus elo yang disuruh minggir? Nanti dulu shaaay... Rhaendra nih, kapan lagi sahabat gue kejatuhan durian premium. Enak aja!" Kata Ganes mendadak berapi-api sendiri.

Virago ✔ (REVISI)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant