-04. ovt

1.1K 141 18
                                    

"Enak? beneran? beneran bener?!"

"Iya, [Name]. Enak, kok."

Setelah di puji seperti itu, mata [Name] berbinar serta raut wajahnya menggambarkan kebahagiaan kecil.

"Oh, ya! tadi aku juga buat yang lain, loh. Mau aku ambilin?"

"Eh ... ohh, iya iya boleh."

"Oke! tunggu sebentar, ya?"

Sang istri pun bangun dari mejanya, langsung menuju ke arah dapur untuk mengambil sesuatu. Gempa hanya terkekeh, karena makanan di mejanya itu sudah banyak.

Bisa bisa, besoknya Gempa sudah seperti Ice masa kecilnya. Tau sendiri, ingetnya dia dengan Ice di masa kecil.

"Omong omong ... [Name] lama juga."

Brak!

Mendengar suara itu, Gempa mengedipkan matanya, badanny juga ikut terkaget. Ia langsung bangun dari mejanya dan mengarah ke dapur untuk memerhatikan [Name].

"[Name], ada apa?!"

"Aah ..."

Di mata lelaki bermanik cokelat itu, yang di lihatnya pertama kali ialah wajah gadis yang tengah sedih dengan mengerutkan alisnya. Lalu, terdapat makanan berserakan yang jatuh ke lantai.

Gawat.. gawat, gawat, gawat! kalo begini ...!

"Maaf, Gempa ..! maaf, aku bersihin dulu ya. Maaf banget!"

[Name] langsung memutarkan badannya mencari sapu di dekat dapur,

Set.

Tiba tiba, ada genggaman hangat di tangannya. Ia langsung menoleh ke arah laki laki tadi.

Lelaki itu—Gempa, yang sedang menggenggam tangannya tersebut dengan lembut, sambil tersenyum.

"Nggak usah minta maaf kok, [Name]."

Hati gadis ini tak bergenti bergetar, wajahnya sudah merah duluan.

Gempa merasakan, ketika memegang tangannya. Seperti penuh getaran dan rasa panik serta khawatir bercampur.

"Tuh, kamu gugup aja, kan? jadi, yang salah gugupnya, bukan kamu."

"... Justru karena aku gugup, aku yang salah.."

"Kamu ga salah, gugupnya jahat! makannya, jangan gugup, ya? nggak ada yang gigit kok, kita lawan sama sama gugupnya."

Mengatakan itu—lelaki ini berusaha menghiburnya, namun, ia walau setelah mengatakan itu, gadisnya tersenyum tipis, lebih tepatnya seperti di paksa.

"Kalau [Name] ga keberatan, aku mau tanya sesuatu, boleh?"

"Ehm?"

"Dari kemarin [Name] tegang terus, itu, aku pikir [Name] belum terbiasa aja. Tapi, apa ada yang lain?"

"Itu ..."

Sebelum berbicara, gadis itu menundukkan kepalanya kebawah. Tak berani melihat wajah sang lelaki di depan.

"Abisnya, aku suka Gempa sih.. kalo ceroboh gini, kamu bakal gak suka, kan ...?"

Suasananya sudah di liputi rasa tegang satu sama lain, waktu itu, lelaki itu tak berkata apa apa demikian, hanya mendengarkan keluhan istrinya sendiri karena penasaran.

"... Maaf ya, belum jadi istri yang baik sesuai harapan."

Lelaki itu tak mengeluarkan sepatah kata apa pun, tapi ia meraih alat pembersih yang ada di dekatnya seperti kain pel atau sapu, mencoba membersihkan sisa sisa yang ada.

orang dalem. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang