-05. macet

1K 120 14
                                    

Dua hari kemudiannya-mereka langsung saja bersiap siap mulai berangkat ke ibu kota saat malam hari.

Sekarang, sih, mereka sedang berada di tengah jalan. Maksudnya, berada di mobil untuk menuju ke bandara. Untungnya bawaan mereka tidak terlalu banyak, jika di bandingkan, bawaan [Name] memang lebih banyak, sih. Gempa sendiri, sudah biasa berpergian.

Lagipula, [Name] juga menantikan melihat restaurant milik suaminya.

Tapi, ya-takdir mereka sedang dalam kesulitan sekarang. Karena perjalanan mereka dilanda macet.

"Haha, untung macetnya malem ya [Name]."

Jika di tanya-Gempa, sih, senang senang saja macet begini. Karena ada istrinya itu bersamanya, kalo masih sendirian, tetap saja hanya bisa bersabar.

"Uhm? emang kalo siang kenapa?"

"Siang kan panas, jadi harus pakai AC. Terus kita boros bensin karena pakai AC, terus bensinnya abis di tengah jalan. Terus mogok, deh."

"Ohh, Gempa pengalaman, ya."

Walau agak tertusuk Gempa ini, gini gini, dia sering kena sial.

"Ya, ini juga bentuk berdikari, kok."

Entah mengapa, senyumnya mulai berbeda dengan senyum sebelumnya. Auranya terasa kuat sekali.

Gempa mulai tersenyum rintis ke arah depan, tubuhnya membeku, ingin menyetir tapi juga kejebak macet.

Haha, keingat pertama kali berpergian gini, persiapan cuma koper sama barang aja. Ternyata transportasi emang harus di pikirin, belum lagi pas itu aku juga kena macet, mobil mogok di tol, ke bandara juga pernah telat, salah tumpangan juga pernah, sampe sampe disana cuma dapet capek aja, belum lagi kerja, terus mutusin beli tanah buat resto, terus ngelamar kerja tapi nihil.

Hadeh. Gempa mulai tenggelam dalam pikiran lelahnya sendiri, belum lagi ia juga yang mengurus para saudaranya, memang ya, hidup itu keras Gem.

Tiba tiba, ia merasakan sentuhan di atas kepalanya.

Ternyata tangan [Name] mulai mengelus elus rambut miliknya, memang sih, Gempa tak sempat merapihkan rambutnya. Ia juga tak memakai topi.

Tapi, rasanya kerja kerasnya terbayar selama ini setelah merasakan itu.

Tak protes, Gempa menikmati elusan nyaman dari istrinya. Ia memenjamkan matanya untuk berehat sebentar, tak menatap apa pun, fokus untuk bersantai,

"... Haah ..."

-Lalu, menghela nafasnya.

Elusannya pun berhenti, Gempa mulai membuka matanya, lalu melihat sosok istrinya di samping dirinya.

"Rambut kamu berantakan soalnya ... gapapa, kan?"

Gempa tersenyum halus pada [Name], perasaannya kini menjadi lega.

"Makasih, ya, [Name]."

Waduh, tak tahan. Hati Gempa sangat berdegub kencang karena [Name]. Tapi masih bingung mengapa [Name] selalu gugup kadang-kadang saat bersamanya.

"Oh, udah bisa!" ujar sang lelaki.

Tangannya langsung bergegas, memegang setir dan yang lain. Akhirnya, setelah sekian lama mereka terjebak di tol.

Dengan begitu, mereka melanjutkan perjalanannya ke tempat tujuan. Sebenarnya, sih, tak terlalu jauh. Hanya saja barusan memang macet.

"Tapi, ya. Untung aku dapet [Name]."

"Hah?"

"Nggak, kok, istriku yang cantik."

Aduh aduh, Beneran baru kali ini gadisnya mendengar panggilan tersebut. Tak tertahan, wajahnya sudah kemerah-merahan. Ia juga membeku seperti es di tempat, tak tahu harus bagaimana, intinya, beneran sangat amat senang.

orang dalem. ✓Where stories live. Discover now