Shadow

144 24 2
                                    

Selamat membaca:)
.
.
.

Dibalik kaca restoran itu, Jevan memperhatikan wanitanya bercengkrama dengan salah satu pegawai toko bunga. Mereka terlihat menaiki bus untuk pulang. Mengambil kunci mobil dan membayar makanannya Jevan terus mengikuti arah bus tersebut.

Dia bisa melihat Sienna masuk ke dalam rumah yang masih sepi. Jevan menghela nafasnya. Aktivitas ini sudah ia lakukan sejak beberapa minggu yang lalu.

"Sienna.." lirih Jevan

Memastikan Sienna tak akan keluar rumah lagi, Jevan melajukan mobilnya menuju rumah utama.

"Akhirnya anak nakal ini pulang!" sindir sang ibu

"Mau sampe kapan kamu seperti ini Jevan.. Ayah dan Ibu ingin segera menggendong cucu.. Kakak kamu sampai sekarang belum bisa memberikan kami keturunan" lanjutnya

"Bun, Jevan mau istirahat dulu" jawab Jevan lesu

"Huh! Ya udah sana! Kebiasaan deh"

Kakak perempuan Jevan divonis mandul dan tak bisa memiliki keturunan lagi, tapi ini hanya rahasia mereka berdua. Sudah 3 kali kakaknya menikah dan tidak ada yang bertahan lama. Maka dari itu, Jevan mengajak Sienna berhubungan tanpa sebuah ikatan.

Jevan tidak mau mengalami hal seperti kakaknya. Lebih baik ia membuat Sienna berada disekitarnya saja. Lagipula pusat dunianya juga sudah jatuh pada Sienna. Buat apa menikah kalau ujung-ujungnya bisa berpisah? Begitu pikirnya.

Yah meskipun tidak semua pasangan mengalaminya. Tetap saja Jevan masih tidak kepikiran kalau menikah adalah hal wajib. Yang paling terpenting adalah sama-sama saling mencintai dan mengungkapkannya.

Dalam hatinya ia merasa bersalah telah menggugurkan buah hatinya dulu. Namun apa daya, dirinya belum siap saat itu. Ditambah ia termakan oleh omongan mantan kekasihnya dulu, Yuna.

Ia harus segera mencari cara agar bisa memiliki Sienna. Apapun itu akan Jevan lakukan.

***

Pertemuan meeting hari ini berakhir, perusahaanya bekerja sama dengan pengusaha muda bernama, Benedictus Juanda Wicaksana.

"Selamat ya mas Juan" ucap kolega-koleganya

"Sama-sama" Juan menjawab dengan ramah

Jevan pun mendekati Juan.

"Boleh kita berbicara empat mata" pernyataan Jevan tanpa basa basi

"Silahkan"

"Tidak disini, kita ke tempat lain"

Juan mengikuti Jevan, tibalah keduanya di sebuah ruangan private di salah satu restoran mewah.

"To the point saja, saya lihat kamu di toko bunga tempat Sienna dan adiknya kemarin. Ada hubungan apa diantara kalian?"

"Maaf saya tidak bisa menjawab untuk hal itu"

Jevan tersenyum remeh

"Ananda Jihan Kiandra, right? Gadis lumpuh" pancing Jevan

Juan berusaha meredam emosi dibalik wajah tenangnya. Ia tak ingin membuat keributan dengan Jevan. Perusahaan mereka baru saja bekerja sama.

"I can give you 15% in another company" tawar Jevan

"Apa tujuan anda?"

"Good! Saya tahu kamu pintar... and then sebagai gantinya berikan saya informasi mengenai keseharian Sienna"

"Bukankah perusahaan anda yang mengeluarkannya beberapa waktu lalu?"

"Its business man, peraturan kantor tetap berjalan"

Three of UsWhere stories live. Discover now