34|ke mars

20 9 0
                                    

Karena keadaan Rama yang belum stabil sepenuhnya maka alah batu seperti ventilator tetap terpasang untuk membantunya bernafas dan kabel kecil yang menempel pada dadanya juga masih terpasang. Ian melepas pelukannya karena merasa Rama risih dengan perlakuan seperti itu. Mungkin karena menurutnya agak berlebihan untuk orang yang tidak ia kenal.

Sementara pandangannya ia jatuhkan pada Firly seolah ingin mengungkapkan sesuatu. Firly mengerti dan langsung mendekatkan telinganya pada Rama

"K-kamu peluk juga" katanya parau

Firly diam sesaat sebelum memberi jawaban. Matanya berkaca-kaca. Ia bingung harus memberikan pelukan untuk Rama atau membiarkan keinginan itu begitu saja. Rasa egonya kini seolah mendominasi lagi. Pikirannya berkecamuk bertanya tanya apakah dirinya yang dikenali Rama adalah orang yang sama saat terakhir kali mereka berpisah atau Rama malah mengingat Firly dengan memori masa SMA mereka. Karena sudah jelas itu berbeda orang. Firly SMA berbeda dengan Firly sekarang. Yang jauh lebih rapuh karena luka dalam dadanya

"Terimakasih sudah mau membuka mata" akhirnya Firly hanya mengusap rambut Rama tanpa berniat memeluknya seperti yang Rama pinta

Rama menggerakkan jari jemarinya pelan fokus Firly langsung beralih melihat arah gerak yang di lakukan Rama dengan membawa tanggannya untuk menggenggam tangan milik Rama. Kedua tangan mereka berhasil berpaut membuat Rama meloloskan senyum dari bibir pucatnya. Firly menatap Rama sedih, melihatnya yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu

"A..ku cinta kamu" kata itu yang keluar dari mulut Rama terdengar tulus meski dirinya masih kesulitan untuk berbicara

Firly hanya membalas dengan senyuman lalu duduk di kursi dan sedikit mendekatkan jarak diantara keduanya. Tangan mereka masih bertaut dan kali ini Rama yang menggenggam Firly

"Rama, ini kakak lo namanya Ian" Firly menoleh pada Ian seolah menuntun Rama agar juga menoleh ke asah yang sama dengan Firly

"Kalo ini Nesya, sahabat gue, temen sekolah kita dulu" lanjutnya setelah memberi jeda beberapa saat agar Rama busa menyimpan kembali wajah dua orang di memori barunya

"Kalau ini?" Rama beralih memandang Firly dengan sorot mata sayu namun senyumannya mulai melebar

"Pacar aku" Rama langsung melanjutkan perkataannya sebelum Firly menjawab atau sekedar mengeluarkan suara

Firly diam membeku ekspresi wajahnya memudar bingung harus merespon seperti apa. Entah Rama sedang mengada ada atau memang di memori ingatan barunya Firly adalah pacarnya. Mereka sedang menjalin hubungan atau sudah menjalin hubungan Firly tidak tahu.

Nesya menyadari perubahan aura dari Firly karena pernyataan Rama. Seolah dirinya juga kaget dengan apa yang baru saja ia dengar. Mungkin tak akan seberapa jika tak ada konflik sebelumnya diantara keduanya. Namun jika di lihat dari ketulusan senyum Rama saat mengucapkan Firly adalah pacarnya membuktikan jika dalam ingatan Rama mereka adalah benar-benar pasangan kekasih yang tidak memiliki konflik sebelumnya.

"Gue sama Firly akan bantu Rama untuk inget sama lo lagi kak. Lo jangan khawatir Rama pasti akan membaik" kata Nesya pada Ian di sisi lain brankar yang masih menatap adiknya penuh haru dan senang

Ian mengangguk beberapa kali "kalian jangan khawatir, gue gak akan terlalu memaksa Rama agar ingat semuanya. Gue mau yang terbaik buat Rama untuk sekarang. Biarkan dulu dia dengan ingatan barunya yang hanya diisi dengan Firly. Lo gak keberatan kan Fir?" Kini Ian yang bergantian menatap penuh harap pada Firly

"Gue usahain kak" singkat Firly

"Makasih banyak kalian semua udah bantu gue udah bantu Rama. Gue akan balik kerja gue akan lebih giat lagi untuk terapi Rama gue mau yang terbaik buat dia" lantang Ian penuh keyakinan lalu ia mengusap pucuk kepala Rama sebelum pergi keluar dari ruangan.

Pasti ini sangat berat bagi Ian harus menerima kenyataan jika Rama yang selalu ia perjuangkan bahkan sampai membuatnya harus mengerjakan semua pekerjaan namun setelah sadar justru Rama tidak mengingatnya. Mungkin jika ada sebuah fakta, Ian lah yang paling sakit di sini. Ia harus kehilangan kedua orang tuanya harus menjual seluruh harta benda sampai benar benar kosong tak tersisa dan di lupakan oleh adiknya yang merupakan satu-satunya keluarga miliknya yang tersisa. Ian memikul semuanya sendirian. Benar benar sendirian. Ia hanya berusaha terlihat tegar dihadapan Rama, dihadapan Firly, atau dihadapan semua orang lainnya.

Kembali pada Firly dan Rama yang masih bertaut tangannya. Dan Nesya yang akhirnya memilih duduk di sisi sebelah kanan menggantikan posisi Ian. Sekarang posisinya seolah sedang melihat drama secara live di depan matanya. Drama kisah cinta yang sebelumnya harus terpaksa segera udai meski belum selesai. Dan kini drama itu berlanjut, entah masih pada pertengahan cerita atau justru sudah menuju ending. Dan pertanyaannya masih sama, ending apakah yang akan menyelesaikan drama ini pada akhirnya?

"Terimakasih" suara Rama

"Untuk?"

"Orang pertama saat aku buka mata" jawaban Rama tulus

Apa seandainya bukan gue yang lo liat pertama kali saat lo buka mata, lo gak akan inget juga sama gue?

Apa kalo bukan gue yang lo liat pertama kali saat lo buka mata gue gak akan menjadi satu satunya orang yang lo inget?

Gimana lo inget gue?

Di bagian kisah yang kayak apa yang lo inget tentang gue?

Banyak pertanyaan yang muncul ingin Firly utarakan namun ia tahan karena kondisi Rama yang baru saja membuka matanya setelah tiga tahun tertutup.

"Siapa selain gue yang lo inget?" Akhirnya pertanyaan itu yang berhasil Firly lontarkan, pelan agar Rama tidak memaksakan kerja otaknya

Rama diam sebentar seolah mengingat ingat namun ia menggelengkan kepalanya yang berarti hanya Firly yang ada dalam ingatannya "cuma aku dan kamu"

Firly tersenyum getir menanggapi senyuman tulus Rama. Harapannya untuk mebdapatkan penjelasan dari Rama pupus karena pasti juga menghilang beserta semua kenangan Rama yang lain

"Gue akan bantu lo inget semuanya pelan pelan"

"Kamu yang mau rawat aku?"

Firly mengangguk

"Aku pasti cepet sehat kalau dokternya kamu"

"Kalian mau sekalian gue oesenin tiket ke mars gak? Gue capek mau kesana mending kalian aja ya" suara Nesya lagi lagi mencairkan suasana meski jujur ia sangat geram dengan pasangan ini yang harusnya begini saja sejak dulu tanpa perlu ada konflik

"Mars?" Rama menoleh sesaat pada Nesya lalu kembali lagi pada Firly

"Iya biar bisa hidup bahagia kalian disana menikah pake mas kawin meteor tuker cincin pake saturnus" kata Nesya membuat Firly akhirnya tertawa geli meski ia tidak mengindahkan ucapan sahabatnya untuk menjadi nyata

"Aku mau ke mars" ungkap Rama dengan mata berbinar seolah membayangkan mars adalah temapat indah oenuh bunga dan pemandangan cantik di setiap sudutnya

"Untung amnesia lu Ram! Kalo gak gue tendang lu biar langsung sampe mars"

Rama hanya membalas dengan pandangan bingung. Mungkin otaknya juga melupakan beberapa kosa kata dan nama nama benda lainnya jadi ketika Nesya menywbutkan mars dan berkata mereka bisa menikah di sana Rama benar-benar membayangkan tempat nan indah

"Amnesia jadi makin bego dia" nesya menggelengkan kepalanya semenyara Firly hanya tertawa kecil

NOSTALGIA✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt