AETERNUS - 5

45 10 0
                                    

| AETERNUS |

><

| AETERNUS 5

"Wahh masakan Abang baunya wangi sekaliii," goda Jemy seraya menuruni tangga dengan antusias membuat Jinan hanya berdecak, "Abang tidak memasak, bau apa yang kau sebut? Kalau lagi mau apa-apa bilang sama Abang, mulutmu manis sekali." Jemy sukses terbahak. Ya Tuhan malu sekali. Sebab biasanya Abangnya akan selalu memasak jika itu untuk Adek-Adeknya.

Jinan tengah sibuk dengan minuman juga buah-buah untuk cuci mulut setelah makan, sedangkan makanannya ia serahkan pada Yozhi untuk membeli di tempat biasa saat ia tak memasak sebab dia tidak ada waktu yang cukup memasak setelah lama memantau keadaan si bungsu.

"Kok tumben? Padahal Jemy mau dimasakan sayur sop lezat buatan Abang," keluhnya.

"Nanti besok Abang buatkan untuk Jemy, tadi Abang tidak sempat karena Adek Koo merengek terus jadi Bang Ozhi yang beli sekalian pulang." Jinan ingat sekali betapa sulitnya menitip makanan dengan banyak keterangan kepada Adek pertamanya itu. Si paling mageran.

"Ah Abang, banyak sekali. Aku lupa harus pesan sop ikan tuna extra wortel berapa bungkus. Terserah aku saja, karena aku yang membelinya." Ya begitulah deskripsi kemageran sosok Yozhi.

"Oh, Koo di mana?" tanya cepat Jemy.

"Di depan, nonton pororo. Susah sekali bujuk Koo kalau pororo akan tayang masih satu jam lagi, untung waktu itu Yozhi pulang bawa DVD pororo. Aishh bisa cepat tua Abangmu ini.." Jemy tertawa keras sampai mata sipitnya tidak lagi nampak bola matanya. Dengan cepat ia memeluk Jinan dari belakang, "Terima kasih Abangg, Jemy juga suka pororo. Jemy temani Koo dulu," ucapnya riang hendak berlalu pergi sebelum ingat satu hal, "Oh iya Abang," ucapnya terjeda.

"Kenapa?"

"Kenapa sekarang Koo sering mimisan banyak sekali Abang? Apa Koo terlalu kelelahan bermain basket? Apa perlu Jemy bujuk untuk Koo berhenti sementara dari basketnya?"

Jinan membeku, tangan yang tengah memotong semangka kini berhenti sekejap dengan memejamkan matanya guna memutar otak untuk memberi jawaban terbaik. Posisinya yang membelakangi meja makan di mana Jemy tengah berada di sana, sedikit menguntungkan Jinan yang tidak bisa meminimalisir raut wajahnya.

"Ah tadi Jemy mau apa? Abang sampai lupa tidak tanya keinginan Jemy," tanyanya mencoba mengalihkan pertanyaan Jemy dengan wajah sumringah.

"Jemy mau jawaban tentang Adek Koo."

"Sial kenapa aku bertindak segegabah ini," batinnya memaki. Jemy menaikkan alisnya bingung, "Abang? ke-

"ABANGGGG, ADEK BAYI KE MANAA," teriakkan di lantai atas mengejutkan keduanya meski kini Jinan merasa sebersyukur itu.

Fokus keduanya teralihkan pada remaja yang kini menuruni tangga dengan cepat. Sepertinya itu memang hobinya, ck!

"The pelankan larianmu," tegur Jinan.

"A-Abang hahh Abang.. Koo di mana? di kamar tidak ada Abang," racaunya cepat, dibarengi embusan napas yang tersenggal-senggal. Memang manusia satu ini terlampau aktif.

"Kebiasaan!" Jinan menepuk pantat Theo dengan lumayan kencang membuat Theo merengut sebal, "Jahat," ucapnya memelas.

"Lagian kau kebiasaan bikin panik, turun tangga juga tidak hati-hati, kalau jatuh bagaimana hah?" hardik Jinan nahas hanya mendapat senyum kotak ala Theo, "Kan Abangku sayang dokter, bisa kali obati Adek tampanmu ini."

AETERNUS || KEABADIANWhere stories live. Discover now