AETERNUS - 8

53 10 1
                                    

| AETERNUS |

><

| AETERNUS 8

Panti Asuhan yang mereka tempati memang bukan tempat besar dengan penyumbang dan pendonasi dengan jumlah banyak. Namun Panti Asuhan itu cukup baik namanya di kalangan masyarakat sekitar. Sehingga Ibu panti khawatir citra baik Panti Asuhan ini hancur karena ada anak yang kabur dari sini.

Namun bagaimanapun, Jinan dan keputusannya adalah apa yang menurut mereka baik.

Mendengar pintu ditutup keras, membuat Yozhi, Naro dan Hemi keluar dari sana dengan cepat sedikit mengejutkan Jinan yang hampir meninggalkan ketiganya.

"Yozhi bisa jaga Koo sebentar? Abang akan cari jalan keluar lewat belakang dan kita akan pergi dari sini." Hendak menyerahkan tubuh rintih Archiko sebelum celetukan Naro terdengar, "Abang, jendela. Kita bisa keluar lewat jendela itu." Menunjuk jendela usang yang memang sudah lama sekali tidak dibuka. Jendela atas namun melihat ukurannya yang sedikit lebar mungkin bisa untuk mereka lewati, pikir Jinan.

"Bagus, Abang akan turun dahulu untuk mencari sesuatu yang bisa membantu kalian untuk turun. Zhi, tarik kursi itu untuk kita naik," perintahnya cepat.

"Ayok Koo, kita akan keluar dari sini. Maafkan Abang hm?" Archiko mengangguk sayu namun beberapa detik setelahnya, Archiko memeluk erat Jinan untuk bisa berbisik di depan telinga Abangnya, "Ka-Kakak, Abang Kakak harus ikut," pintanya pelan.

Jinan menurunkan Archiko di pangkuannya untuk mendengar dengan jelas ucapan anak itu, "Kenapa? Kakak siapa Koo?"

"Kakak-Kakak, di kamar, kamar Koo," pintanya lagi, bahkan kini semakin meluruhkan air matanya. Archiko tidak mau meninggalkan Kakak-Kakak untuk tetap di tempat ini, bahkan pertama kali Kakak-Kakak menginjakkan kaki di sini, sudah dengan tangisan sedih dan Archiko tidak mau hal itu terjadi lagi.

Jinan menghela napasnya, tidak mungkin ia terpaksa keluar kamar Archiko hanya untuk menemui Kakak yang dimaksud Archiko dengan keadaan seperti ini. Sepertinya Jinan perlu membujuk bungsu kecilnya itu terlebih dahulu.

"Abang, buruan!" suruh Yozhi yang berhasil menggotong kursi kayu berat itu bersama Naro.

"Sebentar, Hemi kunci pintunya dulu dan dorong mejanya untuk taruh di depan pintu," pintanya untuk bisa menghindari Ibu panti yang akan menghampirinya kembali.

Hemi bergerak cepat hendak mengunci pintu sebelum penampakan dua bocah kecil di depan pintu dengan tas mini spiderman yang menggantung di bahu masing-masing sedikit mengejutkannya.

Si kecil dengan mata sipit menyapa terlebih dahulu, "Paman, lihat Adek kita nda?"

Hemi menggeleng kaku karena tidak tau Adek yang mereka sebut, "Tidak."

"Paman, Adek kita, Adek Koo, paman lihat?" si senyum kotak ikut menyahut, dengan nada riangnya dan juga suara khasnya membuat Hemi sedikit terkejut mendengar nama yang disebutkan itu. Bukan hanya Hemi, Jinan dan juga Archiko yang masih terisak ikut mengatensiasikan pandangannya.

"Kakak Koo, itu Kakak Koo," serunya.

Hemi menarik kedua tangan bocah itu, sebelum mengunci pintu dengan cepat dan mendorong meja dengan gesit.

"Kakak."

"Adek Koo?" Yang dipanggil kini lebih terkejut, dengan cepat berlari mendekati Archiko dan memeluknya erat sampai membuat Jinan sedikit tak bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Adek ke mana saja? Kak Theo cari-cari nda ada," dengusnya.

"Theo, Jemy, kenapa kalian bisa berjalan ke sini? Kalian ke sini dengan siapa?" tanya Jinan. Bukan ia tak mengenal keduanya, itu anak baru yang dikenalkan oleh Ibu panti untuk ia mengajarinya belajar dan mendaftarkan sekolah karena umurnya yang sudah siap untuk memasuki sekolah dasar, namun mereka yang hanya bertemu beberapakali saja membuatnya tidak mengetahui jika keduanya berada di kamar yang sama dengan Adek bungsunya bahkan dekat dengan si bungsu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AETERNUS || KEABADIANWhere stories live. Discover now