Prolog

87 13 0
                                    

| AETERNUS |

><

| PROLOG

Archiko memiliki catatan keinginannya dari ia baru bisa menorehkan tinta hitam pada buku kelinci miliknya. Meski dengan tulisan yang naik dan turun, huruf abjad yang sebesar batu kerikil, meski pertama kali belajar menulisnya bukan dengan ibu atau ayahnya, meski Archiko harus mendapat bentakan kesal dari ibu panti saat belajar menulisnya ia lupa menuliskan huruf E, Archiko masih mengingatnya sampai sekarang.

Bukan hanya buku lusuh seiring bertambahnya umur, namun air mata, luka, bahkan down psikisnya saat awal-awal ia mulai tumbuh di lingkungan yang ia sadari perlahan menyakiti batinnya, terus mengikutinya sampai sekarang.

Keinginan Archiko :
1. Chiko ingin peluk Ayah dan Ibu, tapi kalau tidak ada, Chiko bisa kok peluk Abang dulu.
2. Tidak mau kalau Ibu panti jahat-jahat ke Chiko, Chiko sakit, mau pergi saja.
3. Mau sama Abang terus, peluk Abang hangat, Chiko suka.

Dan sekarang, Archiko selalu ingin mengatakan kalau Tuhan itu baiiiikkkk sekali, sebab Archiko berhasil mencentang keinginannya satu persatu. Saat Archiko ingin memeluk sosok Abang untuk sementara waktu, Tuhan kasih sosok Abang yang menemaninya di sepanjang dia mempertahankan hidup.

Si sulung, Abang Jinan. Yang meskipun kalau mode galak seperti Kak Ros, tapi Abang super perhatian. Abang yang selalu menuruti keinginannya, Abang baik hati yang selalu mendahulukan kepentingannya, Abang yang akan selalu rela melindunginya.

Dulu, dulu sekali saat pertama kali keduanya bertemu di Panti Asuhan. Archiko yang saat itu berumur 3 tahun menjadi anak baru yang paling susah untuk berinteraksi dengan orang-orang Panti Asuhan. Namun, saat bertemu dengan Abang Jinan yang saat itu menyandang senior di Panti Asuhan, Archiko selalu ingin menggandeng tangannya, bersembunyi dibalik bahu lebarnya, atau dipeluk dengan erat olehnya.

Archiko yang belum pernah membalas sapaan anak-anak Panti Asuhan, suara pertamanya hanya untuk memanggil Abang Jinan sebab tidak bisa menurunkan celana panjangnya saat ingin buang air kecil.

"A-Abang.." setelah itu hanya suara isak tangis lirihnya sebab tidak berani melanjutkan ucapannya.

Jinan yang tengah mengepel lantai belakang, sedikit terkejut mendapati tangisan balita yang super imut. Mata lebarnya dengan binar yang sangat kentara, pipi cubby putih bersih, gigi kelinci serta rambut ala boba yang menambah kesan imut.

"Halo, kenapa? kok menangis?" Jinan masih menampilkan senyuman meski anak balita tersebut tak kunjung menjawabnya.

"Ini Archiko? anak baru yang suka Iron Man ya? Abang punya banyak koleksi Iron Man loh di kamar Abang." Archiko yang memang hanya anak kecil polos mata mainan begitu sangat tergiur, sebab tidak salah jika Archiko sangat amat menyukai dengan pahlawan super tersebut. Bahkan pertama kali menginjakkan kaki di sini, balita itu menenteng ke sana ke mari dengan robot Iron Man miliknya.

"Benelan?" Demi apapun binar mata bulat balita tersebut membuat Jinan jatuh cinta berkali-kali lipat.

"Iya, jadi Archiko bisa katakan kenapa tadi Archiko menangis?"

"Koo pengin pipis tapi, susah buat tulunin celananya Abang." Saat itu Jinan bisa tertawa dengan lepas mendengar celetukan Archiko di tengah-tengah rasa lelah yang menguras seluruh tenaganya.

Satu tahun di bawah Jinan, ada si paling pendiam. Bukan irit ngomong tapi, malas gerak. Abang Yozhi namanya, sosok es balok yang tidak bisa marah pada Archiko. Kecuali kalau Archiko susah untuk minum obat.

Yozhi ini anak yang Jinan temukan tengah dihakimi oleh anak-anak lain saat tengah menjual suara dari satu tempat ke tempat lain. Saat itu Jinan langsung membawa Yozhi ke Panti Asuhan meski ia harus dimarahi bahkan dipukul dahulu oleh Ibu panti.

AETERNUS || KEABADIANWhere stories live. Discover now