Chapter 9

7 2 0
                                    

Nadine dan Dinda kembali ke rumah tepat pukul 10 malam. Nadine membawa Dinda untuk pulang ke rumahnya. Karena ia tidak mungkin membawa sahabatnya pulang ke rumah dalam keadaan emosi yang belum stabil. Nadine menawarkan agar Dinda menginap di rumahnya untuk beberapa hari sampai keadaan hatinya membaik dan bisa membicarakan permasalahan dengan keluarganya.

Nadine tiba di rumahnya. Namun, matanya tertuju pada seseorang yang duduk di teras rumahnya. Padahal ada penjaga yang berdiri tegap di setiap sudut bahkan di depan pagar sekalipun. Dinda dan Nadine saling bertatapan satu sama lain. Lalu, keduanya turun dan menghampiri siapa lelaki yang menunggunya sampai malam seperti ini.

"Varrel?" ucap Nadine dan Dinda bersamaan.

Ya! Lelaki itu adalah Varrel, laki-laki yang menjadi kekasih hati bagi Nadine dan teman untuk Dinda. Keduanya sama-sama sudah kenal satu sama lain. Hanya saja Dinda tidak mengetahui jika Nadine tengah menjalin hubungan sejak lima tahun lalu.

"Kok lo di sini, Kak? Ada apa?" Dinda bertanya penasaran.

"Ada perlu sama Nadine." Jawabnya seraya bangkit dari duduk. Wajahnya tampak dingin dan sorot matanya tajam. Tersimpan amarah di sana.

"Din, kamu masuk dulu aja, ya, nanti aku nyusul," ucap Nadine. Ia tahu jika Varrel marah karena ia pulang semalam ini.

Dinda mengangguk. "Oke!"

Setelah Dinda masuk ke rumah. Varrel manarik tangan Nadine dan menatapnya intens. "Kemana aja jam segini baru pulang?"

Nadine gelagapan. Ia tidak harus menjawab apa, terlebih ia pergi berjam-jam hanya untuk meredakan emosi Dinda. Ia baru tahu pulang pukul 10 malam setelah Varrel menunjukkan jam di ponselnya.

"A-aku minta maaf. Tadi aku nemenin Dinda di taman. Dia nangis karena bertengkar sama orang tuanya."

Varrel memgembuskan napasnya gusar. "Lain kali kabarin, aku khwatir kamu gak angkat telepon dari tadi. Mama sama Papa kamu kemana? Kok rumah sepi?"

"Iya maaf, Mama sama Papa pergi ke Tokyo tadi pagi untuk beberapa bulan," jelas Nadine singkat. Ia bersyukur Varrel tidak marah padanya.

"Ya sudah, aku boleh masuk gak?" tanya Varrel sedikit menyinggung. Ia lelah menunggu Nadine hampir tiga jam.

"Ya ampun, sampe lupa! Ya udah yuk, masuk!" seru Nadine seraya menarik tangan Varrel dan membawanya ke dalam rumah.

Keduanya asyik berbincang santai dan saling bercerita satu sama lain. Tentang kehidupan mereka dari dulu hingga sekarang. Banyak hal yang Nadine temukan dalam diri Varrel, begitu pula sebaliknya. Keduanya sama-sama saling bersyukur karena bisa bertemu dengan orang yang menurut mereka tepat.

Tidak ada yang bisa memisahkan mereka saat ini. Meskipun baru beberapa hari bertemu dan menumpahkan rindu. Keduanya seolah sudah biasa bersikap seperti ini.

"Ada masalah apa sama Dinda?" tanya Varrel mengalihkan pembicaraan.

"Privasi, Sayang. Itu urusan temenku," jawab Nadine.

Varrel mengangguk lalu mencium kening Nadine penuh dengan kasih sayang. Mereka pun lanjut mengobrol sampai pukul 12 malam. Setelahnya, Varrel memutuskan untuk pulang karena sudah di telepon kedua orang tuanya.

"Aku pulang ya, kamu jaga kesehatan. Aku minta maaf telah membuat hubungan kita menjadi berat seperti ini." Kata Varrel seraya memegang kedua tangan Nadine.

Ada luka sedikit yang Nadine rasakan. Ia tidak menyangka bahwa hubungannya harus berjuang melawan dua Tuhan yang berbeda. Tak pernah terlintas di pikirannya bahwa kekasihnya akan pindah agama karena kedua orang tuanya.

Sebisa mungkin Nadine menahan tangis. Akan tetapi tidak bisa. Air matanya luruh begitu saja saat Nadine mengedipkan mata.

"Aku minta maaf, Nad." Varrel memeluk Nadine.

"Aku tidak apa-apa. Asal kamu tetap sama aku." kata Nadine kemudian. Ia membalas pelukkan Varrel dan mendekapnya erat. Rasa cinta dan sayangnya begitu besar hingga ia tidak tahu harus berbuat apa jika suatu saat nanti mereka di pisahkan oleh keyakinan masing-masing.

****

Ada yang pernah mengalami cinta beda keyakinan? Yuk ikuti perjuangan Nadine dan Varrel.

Btw ada kisah apa ya di balik keluarga Dinda?

Lalu, apa yang sebenarnya membuat Gladis membenci Nadine?

Ikuti terus ceritanya sampai ending, ya!

The Last Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang