Part 10

138 19 1
                                    


Saat ini Dara sedang kelimpungan mengurusi pekerjaannya yang sedang menumpuk. Banyaknya pasangan calon pengantin yang memakai jasanya membuat ia bersyukur sekaligus pusing tujuh keliling bersama timnya. 

"Mbak Dara tadi ada telepon dari Mas Shaka, katanya suruh telepon balik kalau udah gak sibuk karena tadi ditelepon gak bisa." ucap salah satu anak buah Dara yang tiba-tiba menghampirinya di ruangannya.

Dara menghela napas lelah, ada apa lagi ini. Tumbenan kakak keduanya itu menelepon dia sampai ke kantor, tidak mungkin kalau tidak menyangkut hal penting.

"Okay, nanti aku telepon dia balik. Makasih ya, Rin."

Setelahnya ia duduk menyandar pada kursi kerjanya seraya memejamkan matanya. Sepertinya dalam keadaan seperti ini pijat refleksi atau spa terdengar sangat menarik.

Argh, Dara butuh quality time dengan dirinya sendiri!

**

Setelah memiliki waktu luang Dara segera menghubungi Shaka sesuai dengan permintaan kakaknya itu.

"Iya mas, kenapa tadi telepon aku? Maaf tadi beneran sibuk banget."

"Kamu udah cek belum tadi eyang sempat nelepon kamu katanya pakai rumah ndalem."

Dara menghela napas, "Ada apa lagi eyang cariin aku?"

"Kamu di suruh ke Jogja tuh sama eyang besok."

"Gak bisa, mas. Hari ini sampai sebulan ke depan aku harus stay di Jakarta karena banya janji temu sama klien. Beneran gak bisa aku tinggal, bukan cuma buat alasan aja. Memang ada apa sih kok tiba-tiba random banget nyuruh ke sana?"

Shaka terkekeh di seberang sana, "Kamu mau dikenalin ke salah satu cucu kenalan eyang katanya. Makanya kamu disuruh ke Jogja."

"Dih, apaan sih tiba-tiba. I'm not that desperate sampai harus dijodoh-jodohin sama orang asing ya. Please lah mas, bantu bilangin eyang dong kalau aku gak mau. Sekedar kenal mungkin it's okay, tapi buat mulai hubungan yang dekat aku gak mau. Lagian gak bisa sekarang juga."

"Haduh-haduh, ya sudah nanti mas bantu sebisa mas buat ngomong ke eyang. Tapi gak janji beneran manjur, tahu sendiri eyang kaya gimana. Hari ini ngeiyain, besoknya bisa-bisa dah ngeboyong calon sekeluarga buat kamu ke rumah."

"Amit-amit, jangan sampai eyang sampai senekat itu. Jangan gitu dong, itu namanya Mas Shaka doain yang gak benar." ucap Dara membaut Shaka terbahak. Kasihan sekali adik perempuan satu-satunya ini. Menjadi cucu perempuan tertua membuatnya mendapat perhatian lebih banyak ketimbang cucu-cucu eyangnya yang lain. Tentu saja Dara senang akan hal itu, tapi tidak dengan dalam hal soal jodoh. Ia dikejar-kejar seperti buronan agar cepat-cepat menikah padahal menikah bukan merupaakn salah satu prioritas Dara. 

"Ya sudah, kamu lanjutin dulu itu kerjaan kamu. Nanti tentang kelanjutannya mas kabarin lagi."

"Hmm, makasih ya mas. Semoga eyang gak aneh-aneh lagi."

Shaka terkekeh, "Amin deh, ya sudah mas tutup ya teleponnya. Selamat bekerja, adik wedokku sayang." 

"He'em, terima kasih mas. Selamat bekerja juga buat Mas Shaka." jawab Dara lalu menutup sambungan teleponnya. Orang-orang tua memang suka ada-ada saja.


**

Siang beebrapa hari setelahnya Dara akhirnya pulang ke rumah. Semalam ia dan timnya kembali lembur hingga larut malam, lalu karena kasihan ia mengantar salah satu anak buahnya pulang. Setelahnya karena ia terlalu lelah akhirnya ia memutuskan untuk tidur di apartemen Jimmy karena rumah anak buahnya lebih dekat dengan apartemen Jimmy ketimbang rumahnya. Lagian sang pemilik apartemen, Jimmy, sudah berangkat ke kota Jogja. Dan untung saja ia punya akses masuk.

Das ist LiebeWhere stories live. Discover now