Part 1

260 32 0
                                    

Seorang laki-laki duduk di salah satu bangku kafe menunggu seseorang sambil mengetuk-ngetukan jari telunjuknya ke meja. Matanya terus menatap ke arah luar dan pintu masuk secara bergantian. Seharusnya seseorang yang ia tunggu sejak tadi sudah sampai di tempat ini setengah jam yang lalu.

Tak lama kemudian perempuan berambut panjang berwarna coklat gelap menghampirinya dengan tergesa-gesa.
"Jimmy! Sorry banget ya gue telat. Lo udah lama nungguin?' ucap perempuan tersebut sambil menyeka bulir keringat di dahinya.

Laki-laki bernama Jimmy tersebut hanya tersenyum miring.
"It's okay, gue juga belum lama-lama banget di sini. Pesan minum dulu gih, Ra."

"Lo mau cake atau roti-rotian gitu gak?"

Jimmy menggeleng, "Lo aja kalau mau, gue minta tolong pesanin ice americano aja. Less ice ya. Minuman gue udah habis."

Perempuan itu mengangguk cepat lalu berjalan ke arah kasir untuk memesan minuman dan cake untuknya dan Jimmy.

"Selamat malam, mau pesan apa, Kak?" ucap kasir itu ramah.

"Americano less ice satu, caramel latte satu, sama cheesecake satu,"

"Baik, ada tambah lain?" Perempuan itu menggeleng.

"Baik atas nama siapa, Kak?"

"Dara," ucapnya singkat. Setelah membayar perempuan bernama Dara itu kembali ke tempat duduknya.

"Kenapa sih? Galau lagi lo? Lo tuh cowok tapi hidup lo banyak drama ya, heran gue," ucapnya santai duduk di hadapan Jimmy.

Jimmy menatapnya lesu. Dara dan kata-kata tajamnya tidak dapat terpisahkan.
"Ra, kok lo gitu sih? Jahat banget, bukannya tenangin gue, malah dikata-katain guenya,"

Dara berdecak, ia memajukan tubuhnya ke meja. "Ya sudah, sekarang lo buruan cerita. Gue beneran lagi capek nih habis lembur."

Jimmy menarik napasnya, "Ra, gue ngerasa pacar gue mulai beda deh sekarang. Dia udah gak se-care dulu sama gue."

"Siapa? Keanu?" tanya Dara tanpa minat, ia benar-benar lelah sebenarnya. Dara tidak melupakan fakta bahwa sahabat sejak SMPnya adalah gay, alias memiliki penyimpangan orientasi seksual.

"Ya siapa lagi, Ra?" jawab Jimmy menatap Dara dengan jengah.

"Bedanya gimana?"

"Ya gitu, dia mulai banyak menghindar, mengabaikan telefon gue, kalau pun diangkat sama dia, dia akan cuma ngomong singkat-singkat. Beda banget sama yang dulu,"

Dara menepuk-nepuk kepala Jimmy pelan, "Mungkin dia lagi sibuk kali. Dia kan arsitek, apalagi perusahaan dia bukan perusahaan kecil yang cuma ecek-ecek. Coba aja dulu ngertiin dia, kalau emang lo-nya udah gak tahan lagi, ngomong sama dia. Confess tentang semua yang lo rasain ke dia, tentang semua sikap dia yang bikin lo uring-uringan kaya gini. Lo maunya gimana, dia maunya gimana. Biar jelas, sama-sama paham." ucapnya panjang lebar.

Jimmy meraup wajahnya, "Lo benar sih, mungkin banget kalau dia emang lagi sibuk. Nanti mungkin gue akan coba ajak dia bicara berdua kalau emang gue udah gak bisa tahan."

Dara mengangguk sambil menikmati segelas caramel lattenya, "Lagian cowok lo juga orangnya kaku begitu, apa juga yang bisa lo harapin?"

Jimmy mendengus,"Ya gue gak akan debat sih, karena emang bener dia kaku. Gimana lagi, terus gue harusnya gue sama yang kaya lo gitu?"

Mendengar ucapan Jimmy, Dara dengan cepat melayangkan tatapan tajam pada Jimmy. "Maksud lo apa yang kaya gue? Gue seburuk itu kah menurut lo?" ucap Dara tajam yang langsung membuat Jimmy gelagapan. Sial, dia salah bicara. Dia tidak menyangka ucapannya akan membuat gadis itu langsung naik pitam.

Das ist LiebeWhere stories live. Discover now