Soto Ayam Gratisan

26 20 12
                                    

Kuah soto serta isiannya sudah berceceran di tanah tanpa sisa, pedang telah ditarik oleh pemiliknya, dan Pasya masih berdiri membelakangi wanita itu. Ia masih menyesali sarapan pertamanya yang terbuang sia-sia. Bahkan, kucing kecil tadi sudah melompat keluar dari kardus dan menyantap irisan ayam yang bahkan masih terlihat sedap meski berhamburan di tanah.

"Kenapa isinya jadi soto ayam?" tanya wanita itu setengah berteriak.

Pasya dengan wajah gosongnya berbalik badan dan membuat wanita itu terkejut. "Lalu maumu isinya apa? Pakaian dalam para wanita? Aku ini bukan pencuri! Kamu mau membunuhku dengan pedang itu?" Ternyata, orang yang menodongkan pedang tersebut sedang berdandan layaknya pendekar dari tanah timur, dan pedangnya bukan hanya satu, tapi dua dengan model yang sama persis, dipegang masing-masing di kedua tangan.

"Maaf-maaf, kupikir kamu pencurinya karena berdiri di bawah apartemenku, apalagi membawa kresek hitam. Sangat mencurigakan. Juga, wajahmu ...."

"Apa?"

"Gosong."

Malu? Jelas. Muka gosong bukanlah momen yang tepat untuk bertemu siapa pun, termasuk seorang wanita yang bahkan tampilannya sudah menyerupai wanita kekaisaran China abad ke sepuluh. Masa bodoh saja, toh, Pasya tidak mengenalnya, dan tidak akan berinteraksi banyak dengan wanita ini. Ia memutuskan untuk segera pulang saja untuk membersihkan diri. Suasana hatinya mulai memburuk. Ini pagi yang sangat-sangat rusak.

"Eh, tunggu!" panggil wanita itu saat Pasya sudah membuang muka untuk meneruskan jalan. Ketika laki-laki itu berhenti, ia menyambung, "Kamu harus membantuku menangkap pencuri pakaian dalam itu! Ini tidak bisa dibiarkan."

"Kenapa harus aku? Nggak mau, serahkan saja pada polisi. Itu sudah menjadi tugas mereka, bukan tugasku."

Wanita itu berdecih, memasang muka meremehkan. "Dasar, lari dari tanggung jawab."

"Kenapa jadi tanggung jawabku?"

"Lihat saja di setiap aksi pencurian, pasti selalu ada kebakaran. Itu artinya sebagian menjadi tanggung jawabmu untuk mencegah terjadinya kebakaran. Kamu seorang pemadam kebakaran, kan?"

Pasya melotot, bertanya-tanya dari mana wanita itu tahu tentang profesinya. Ia mengelak, "Gimana kamu bisa tahu pola dari pencurian itu? Gimana kalau semua itu cuma kebetulan? Ah, jangan buang-buang waktu. Mungkin itu hanya orang iseng saja, amankan semua pakaianmu di dalam rumah." Tidak mau mengulur waktu lagi, Pasya segera bergegas tanpa memedulikan wanita itu yang bersikeras menyangkal. Meski ia terus dikejar, tak membuat Pasya berhenti atau memelankan langkahnya.

"Tunggu dulu, dengarkan! Ini terus berulang di kawasan tempat kita tinggal. Pencuri itu selalu memiliki celah, ditambah lagi dia membuat kerusuhan dengan kebakaran itu. Peduli lah sedikit dengan kondisi di sekitar rumahmu, Bung!" Wanita itu terkejut dan seketika berhenti ketika pria yang ia ikuti mendadak berhenti melangkah.

"Kalau aku tidak peduli, aku tidak akan masuk ke rumah yang terbakar itu tanpa pengamanan diri!"

Kini tenggorokannya tercekat, tidak ada yang bisa dikeluarkan dari sana. Wanita itu merutuki diri sendiri karena berbicara sembarangan. "Maaf, maaf, tapi ...."

"Bang Pasya! Pencuri! Ada pencuri!" Dari kejauhan Ardi berteriak sambil berlari menghampirinya. Air mukanya menunjukkan kepanikan dan bulir-bulir keringat menunjukkan bahwa ia telah berlari menempuh jarak yang cukup panjang. "Bang, pakaian dalamku dicuri! Aku melihat pencurinya menyelinap ke apartemen kita. Bantu kejar, Bang!"

"CUKUP!!! Aku ini damkar, bukan pengejar maling pakaian dalam. Laporkan saja ke polisi, jangan rusuh sendiri. Kalian berdua ini sama aja!" Pasya kembali melanjutkan langkah.

Ardi yang masih mencerna perkataan Pasya, menyadari wanita di depannya ini juga bernasib sama. Keduanya saling memandang, matanya menyorotkan sesuatu, seakan mereka memiliki koneksi untuk obrolan batin. Keduanya serentak berkata, "Ayo kita tangkap maling itu!"

"Harus sampai kena!"

"Ayo ke apartemenku, kita bicarakan di sana. Bang Pasya juga harus dimanfaatkan untuk mem-backup kita."

🔥🔥🔥

Bersambung ....

semoga cerita ini bisa beres sebelum deadline huhuhu...

btw, kenapa ya kalo ngetik di Word terus copas ke sini, tanda petiknya jadi ilang semua? ada yang begitu juga ngga? ngeselin wkwkw

*pic: Pasya (kanan) sama Ardi (kiri)

WARNING: Api dan PencurianWhere stories live. Discover now