Bab 2

2 0 0
                                    

Cuaca pagi ini terasa sejuk. Awan putih di langit biru terlihat bergerak perlahan tertiup angin. Angin ini membawa kesejukan bagi siapapun yang berpapasan dengannya. Pemandangan ini ku lihat dari atas motor meticku. Sepagi ini, aku sudah bersama pengendara-pengedara lainnya di jalan raya. Tentunya untuk berangkat ke kantor.

Sayangnya, pagi yang cerah tak membuat dag dig dug jantungku menghilang. Ajakan pak Tama kemarin untuk mengantarku menghadap Pak manager membuatku menahan dag dig dug ini hingga hari ini. Ya, sepertinya aku akan menerima teguran atas kesalahanku dalam pekerjaan. Dan aku berusaha sekuat mungkin untuk siap menghadapi hari ini. Bismillah.

"Hai Kang Dedi Assalamualaikum.." sapa ku pada Kang Dedi yang sudah stand by di meja kerjanya di lantai 1 kantor.

"Hai..khumairoh, kamu masuk pagi hari ini?" sapa Kang Dedi dengan sapaan khasnya kepadaku. Entahlah terinspirasi dari mana ia sampai memanggilku dengan sebutan khumairoh. Padahal aku tak pernah sekalipun mengoleskan warna merah merah dari blash on di pipiku. Tapi ya sudahlah.. aku pun tak bisa melarangnya.

Khumairoh sendiri merupakan sapaan dari Rosulullah Muhammad untuk istrinya Aisyah. Dikisahkan wajah Aisyah yang putih kerap kali memunculkan warna kemerah-merahan saat terkena terik panas matahari.

"Iyaaaa aku masuk pagi," jawabku. "By the way Kang Dedi, emmm.. Pak manager udah dateng belum yah? Aku deg degan nih, kemarin Pak Tama bilang Pak manager manggil aku," lanjut ku lagi pada Kang Dedi sambil melirik-lirik ke lantai 2, tempat ruangan Pak manager berada.

"Dari tadi ada di sini sih aku belum liat," jawab Kang Dedi yang bikin aku sedikit lega. Syukurlah.. setidaknya, aku bisa naik ke ruang kerjaku di lantai 3, tanpa harus mengendap-ngendap takut kepergok Pak manager.

"Baiklah Kang Dedi terima kasih infonya.. aku ke atas dulu yah, mau kerja," kataku sambil perlahan menjauhi meja kerjanya.

"Oke khumairoh, bye.." balasnya sambil melambaikan tangan padaku.

Aku pun melangkahkan kaki menaiki anak tangga hingga sampai ke lantai 2. Masih sepi. Pekerja di lantai 2 memang punya jam masuk berbeda dengan kami yang bekerja di lantai 3. Setahuku, mereka biasa masuk jam 09.00, sedangkan ini masih jam 07.00. Ku lanjutkan menaiki anak tangga selanjutnya menuju lantai 3.

"Assalamualaikum.." sapaku pada beberapa orang yang ada, saat sudah sampai di lantai 3.

"Wa'alaikumsalam Seri.." jawab mereka berbarengan.

"Bawa sarapan apa niiiih?" sahut yang lain.

"Inii aku bawa bandros nih, masih anget," jawabku sambil menyimpan bandros yang tadi sempat ku beli di jalan di atas meja dekat sofa.

"Wah.. waah.. enak niiih!" Tak lama ku lihat mereka sudah mengerubuni bandros yang ku sajikan di meja. Sepertinya mereka butuh sarapan hehe. Memang menjadi kebiasaan kami di kantor, saat mendapat giliran kerja pagi hari, selalu ada yang datang membawa cemilan untuk sarapan. Yaah.. sedikit mengganjal perut sebelum nanti makan besar.

Sebelum menghampiri meja kerjaku, ku lihat dua kursi di sana masih kosong. Kondisi komputer pun masih sama seperti saat kemarin aku tinggalkan. Hitam. Alias belum terlihat ada tanda-tanda kehidupan.

Aku pun menyimpan tas dan jaket yang tadi ku kenakan untuk melindungiku dari angin pagi di loker yang tersedia. Kini, aku sudah bersiap di depan komputer yang sudah kunyalakan.

2 Jam kemudian, ku dengar suara sepatu dari arah tangga yang sedang naik ke lantai 3. Terdengar seperti terus mengarah mendekati meja kerja ku. Tak ku hiraukan suara sepatu itu dan tetap fokus menyelesaikan pekerjaanku. Sampai suara itu membuatku berhenti menatap layar komputer dan beralih ke arah sumber suara.

Apakah Dia Jodohku? (Part 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang