10. Dua Cokelat

4 3 2
                                    

  Hari ini aku dan Mas Daniel berangkat sekolah paling awal banget. Bahkan murid-murid termasuk teman-teman ku yang lainnya belum ada yang berangkat. Kami berdua berangkat lebih awal sebab semua keluargaku ada acara. Tidak tahu, mereka semua memiliki acara apa yang terpenting aku dan Mas Daniel sudah sampai ke sekolah.

  Suasana di pagi hari masih dibilang sejuk bahkan angin sepoi-sepoinya bisa ku nikmati dengan perasaan senang. Akhirnya kami berdua sudah sampai di dalam kelas 2-E. Sesuai dugaan, hanya kami berdua saja ada di dalam kelas ini. Aku meletakkan tas ke bangkuku lalu melihat Mas Daniel terkejut ketika ia menemukan dua cokelat batang berada di kolong mejanya.

"Cokelatnya siapa nih?" tanya Mas Daniel kebingungan seraya memandangi dua cokelat batang di genggamannya.

Aku menghampirinya, berkata,"cokelatnya siapa tuh? Apa tidak ada surat. Siapa yang mengirimnya?"

  Mas Daniel langsung mencari di kolong meja. Apakah ada surat dari orang itu? Kalau penilaian ku, pasti Mas Daniel memiliki pengagum rahasia sampai-sampai ia membelikan cokelat untuk Mas Daniel. Benda yang dicari itu akhirnya didapat oleh Mas Daniel seketika aku merapat. Penasaran, apa isi surat itu.

Apakah surat cinta?—batinku.

  Ketika Mas Daniel membuka surat itu. Dahi kami berdua berkerut setelah membaca satu kata dari kertas yang dilipat dengan rapih. Hanya satu kata bayangkan dan itu tulisannya "You". Aku kira, surat tersebut berisikan kata-kata manis dan aku akan meluncurkan banyak kalimat ledek kan untuk Mas Daniel. Ternyata semua itu hanyalah kumpulan niat dan rencanaku aja, memasang kuda-kuda ledek kan untuk Mas Daniel.

"You? Maksudnya apa ya?" tanyaku dibalas gelengan kepala tidak mengerti dari Mas Daniel.

Lalu ada suara berisik yang datang dan itu suaranya Jesse di susul oleh Haru serta Judy dan Rudy. Aku memasang wajah kesal, berkacak pinggang. Pemuda berambut merah itu memasang wajah tersenyum sumringah tanpa ada rasa sedikit pun. Masuk kelas tidak mengucapkan salam atau permisi. Ia malah berteriak menyapa pagi hari yang cerah dengan berteriak kencang.

  Jesse menghampiri kami berdua. Melihat Mas Daniel di tangannya ada dua batang cokelat serta kertas di genggamannya. Ia ingin meluncurkan pertanyaan untuk Mas Daniel. Namun, aku langsung menosek kepalanya karena masuk ke dalam kelas tidak sopan. Tidak peduli dengan ringisan nya itu.

"Hadeh, Atma. Sakit tau!" ucapnya berkeluh.

Mendengus sebal. "Salah sendiri! Siapa suruh berteriak kencang seperti itu. Salam kek pas masuk kelas. Jangan malah berteriak kek gitu!" omelku ke Jesse.

"Aku tuh lagi menyapa hari yang cerah. Masa gak boleh sih Atma." balas Jesse muka mayun.

"Tapi gak gitu caranya. Bikin aku kaget aja. Lama-lama ku pecahin tuh kepalamu!" kataku membuat Jesse melotot mendengarnya.

"Itu terlalu menyeramkan!" pekiknya.

Haru menghampiri kami bertiga dan melemparkan pertanyaan ke Mas Daniel mengenai cokelat di genggamannya. Mas Daniel mengedikkan dua bahu, tidak tau sambil menunjukkan surat bertuliskan satu kata "You". Rudy yang mendengar hal itu angkat bicara.

"Sepertinya nanti atau besok. Ia akan memberikan sesuatu lagi dengan surat berbeda." sahutnya.

Mas Daniel menoleh ke arah Rudy, memandang pemuda berkacamata tersebut dengan mengerutkan kening.

"Apa benar begitu? Kenapa kau bisa mengklaim seperti itu?" tanya Mas Daniel bertubi-tubi.

Rudy mengatakan kalau akhir akhir ini ia sering kali melihat banyak film mengenai detektif-detektif. Jika ada seseorang yang memberikan barang dan surat dengan satu kata saja. Artinya orang itu akan mengirimkan barang dan surat dengan satu kata sambungan yang berbeda. Aku berfikir, bahwa orang yang mengirimkan dua cokelat itu—orang yang patut dicurigai. Namun, disisi lain aku tidak boleh suuzon dengan orang itu. Siapa tau, ia benar-benar menyukai kakakku.

Penggila Cinta {On Going}Where stories live. Discover now