54. Diskusi

0 1 0
                                    

      Kedua remaja tampan tengah berjalan menelusuri kantor kepolisian. Jesse melihat sekeliling begitu banyak anggota kepolisian berlalu lalang dan ada juga sekelompok polisi yang menyeret tahanan menuju ke tempat pemotretan dan juga barang bukti atas tindakan kejahatan yang di lakukan penjahat tersebut. Ia melihat Haku begitu serius berjalan menuju ruangan khusus untuk berdiskusi.

'Sejak kapan ada tindakan teror? Selama ini tidak ada tanda-tanda teror di sekitar sini deh? Kan selalu aja kalau ada misi mata-mata di sekolah. Ada-ada saja panggilan yang menyebabkan dua tindakan aksi, huft!'—batin Jesse menggerutu kesal dan pasti ada-ada saja tindakan para penjahat di luar sana membuat Jesse sedikit muak.

   Karena Jesse tidak ingin repot-repot saja. Ia ingin menyelesaikan masalah sekolah terlebih dahulu daripada urusan di luar sekolah. Dan bagaimana pun juga? Jesse tidak bisa memprotes takdirnya sebagai Partner sejati Haku. Sebab Jesse dan Haku akan membela kebenaran serta keadilan bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hatinya kini berusaha untuk menyakinkan diri sendiri tanpa sadar seulas senyum terukir jelas di bibirnya.

  Ekor matanya melirik Haku yang sedari tadi diam saja, ia berjalan tepat di samping Haku. Penuh tanda tanya mengenai aksi teror yang sama sekali tidak ia ketahui. Sejak kapan aksi teror itu di mulai sehingga ia dan Haku harus menuju ke kantor polisi untuk mendiskusikan masalah.

"Haku, sejak kapan aksi teror itu terjadi? Kok kita tidak tau. Kan biasanya kita langsung sat set, sat set masalah ini. Baru kasih ke laporan ke polisi kan." tanya Jesse nada sok serius sehingga membuat wajahnya itu lucu. Bisa dikatakan, muka Jesse tidak bisa seserius seperti temannya ini.

"Aku sendiri juga tidak tahu, Jesse. Maka dari itu, aku tadi di hubungi oleh Mas Halim." jawabnya tanpa menoleh ke arah Jesse.

Mata pemuda berambut merah api tersebut terkejut mendengar nama Detektif Halim. Karena selama ini Jesse sudah tidak mendengar nama Detektif itu setelah menyelesaikan tugas yang sulit memberantas organisasi hitam Black Hawk. Jesse tiba-tiba rindu dengan masa-masa tersebut di mana semua teman-temannya dan ia beraksi melawan musuh yang sengit tersebut. Serta membuat Jesse terkejut adalah Dewa, pemuda misterius tersebut adalah salah satu bagian dari Black Hawk dan ingin menculik Atma. Bisa dikatakan ada kesalahpahaman dan menganggap Dewa itu musuh yang nyata.

Untungnya sekarang, ia tidak menjadi musuh beneran dan malah kencan sama Atma. Sungguh kejadian tidak terduga seperti seorang MC yang jatuh hati dengan Villaint jika itu terjadi dalam cerita novel. Dunia memang punya kejutan begitu pula kisah orang-orang. Jesse juga sempat bertemu dengan ayahnya saat membeli makanan dengan teman kost-nya. Bisa-bisanya ia bertemu dengan ayahnya yang hanya ingat uang dan uang tanpa memperdulikan Jesse.

Memang menyakitkan tetapi itu kisah Jesse dan ayahnya juga gak peduli kalau Jesse hilang. Berharap sekarang ia tidak akan bertemu dengan ayahnya.

'I hate dad!'—batin Jesse geram.

   Mereka berdua sampai di ruangan arsip di mana semua dokumen kasus kejahatan mulai dari masalah ringan hingga masalah besar sekelas mafia. Semuanya ada di sini. Sorotan mata Haku melihat sekitar dan pandangannya menatap seorang pria yang membuka salah satu dokumen bermap biru.

"Konnichiwa, Detektif Halim!" sapa Haku ramah membuat kepala Halim terangkat menatap Haku dan Jesse sudah datang. Seulas senyum terukir jelas di bibirnya sembari menutup dokumen yang baru saja ia baca.

"Oh, Haku dan Jesse sudah datang." katanya menuju ke meja untuk duduk santai agar bisa berbincang-bincang masalah teror ini.

  Haku dan Jesse duduk di depan Halim. Sorotan mata Haku begitu tajam dan serius mengenai masalah ini. Sebab selama ini tidak ada tindakan teror di Kota Krias tetapi Detektif Halim mengenakan kalau ada aksi teror yang menyebabkan orang-orang ketakutan dan kehilangan banyak uang. Bisa dikatakan penjahat itu sangatlah cerdik.

Penggila Cinta {On Going}Onde histórias criam vida. Descubra agora