22 - ragaku ditenggelamkan bibir manisnya.

1.8K 223 47
                                    

Sudah malam nian, gadis itu sendirian, menghilang tanpa pemberitahuan, dengan banyak barang bawaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah malam nian, gadis itu sendirian, menghilang tanpa pemberitahuan, dengan banyak barang bawaan. Jika gadis itu pergi ke suatu tempat, pasti ia akan pergi ke tempat yang: 1) tidak terlalu jauh alias masih di sekitar Jakarta, mengingat besok ia harus berkuliah; 2) memungkinkan untuk menginap, karena ini sudah malam dan ia tidak mungkin menjinjing seluruh kopernya ke sana kemari dan gadis itu cukup cerdas untuk tidak mengemper di pinggir jalan; 3) familier, karena Lukas tebak---Dhanti sedang kalut, sehingga kepergiannya pasti direncanakan secara impulsif—sulit membayangkan gadis itu merencanakan kepergiannya dengan rapi; 4) tidak membutuhkan banyak uang atau bahkan gratis, karena Lukas tidak yakin gadis itu punya cukup rupiah; 5) bukan indekos, karena setahu Lukas, Dhanti belum sempat mencari indekos, sementara malam-malam bukanlah waktu ideal untuk bertraksaksi.

Dengan mempertimbangkan segala kondisi tersebut, Lukas simpulkan ada dua tempat yang mencentang lima kriteria tersebut. Dua tempat itulah yang paling mungkin didatangi Dhanti malam ini.

Tempat pertama adalah Tanaya, yang sudah tutup dan rolling door-nya tengah digebrak-gebrak oleh Lukas. Tangan pria itu mengepal, meninju permukaan besi yang dingin, sambil memasang wajah cemas.

"Tanaya sudah tutup, Dok." Kamil mengulas senyum sabar. Padahal, ia sangat ingin menyiram Lukas dengan seember air rendaman kain pel. "Ada apa, ya?"

"Ada Dhanti?" Mata Lukas mengelilingi suasana Tanaya yang nyaris gelap gulita. Barangkali Dhanti bersembunyi di sana.

Kamil menggeleng. "Dhanti? Gak ada."

"Dhanti hilang!" pekik Lukas.

Mata Kamil membulat. Dengan volume suara maksimal, ia memanggil sang adik.

"Dhanti hilang," ulang Lukas ketika Udin muncul di hadapan ia—dengan wajah, rambut, dan baju yang sama kusutnya.

"Oh." tanggap Udin dengan mimik datar, padahal dadanya berdebar. Ekspresi khawatir sebisa mungkin tidak ia umbar. 

Mata pemuda itu menghadiahi tatapan jengkel kepada pria sok ganteng di hadapannya. Bukankah Dhanti tinggal bersama dia? Bagaimana bisa kepergian Dhanti luput dari pengetahuannya? Apa yang terjadi hingga Dhanti kabur tiba-tiba?

"Dhanti gak bilang dia ke mana?" cecar Lukas curiga.

"Enggak," tanggap Udin singkat.

Sekuat tenaga menahan diri untuk tidak mencibir. Dari semua pria yang pernah dipacari Dhanti---bagi Udin---Lukas adalah yang paling menyebalkan. Jelek, bau keringat, dan nada bicaranya itu, lho, Demi Tuhan---seperti sedang menuduh, seolah-olah Udin lah yang menculik Dhanti.

Lukas mendecak putus asa. Setelah berterima kasih dan meminta maaf sekenanya, pria itu bergegas ke destinasi kedua.

***

Dhanti tidak mungkin kembali ke rumahnya. Dhanti tidak punya keluarga lain di Jakarta. Dhanti dulu kerap bermalam di rumah kawannya—Sari—tapi, tentu, itu tinggal cerita lama. Dhanti sering menginap di Tanaya, nyatanya, gadis itu tidak ada di sana. 

Senji ✔️ | DAINTY vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang