51 - Sebab tidak semua,

1.5K 270 67
                                    

Suara polos Ody memecah ketegangan yang menyelimuti beranda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara polos Ody memecah ketegangan yang menyelimuti beranda. Kaki kecilnya berderap di lantai, binar menyala penuh di matanya, kilau keemasan menyentuh pipi tatkala menyaksikan Lukas masih di sana.

"Om!" Ody merentangkan tangan lalu tungkainya melompat manja. "Pangku, dong, Om!"

Senyum cerah tersungging di bibir Lukas. Sang pria meraup tubuh kecil Ody, menempatkan di pangkuannya. Mata Lukas bersinar ketika peri mungil itu membenamkan diri ke dalam peluknya. Untuk sejenak, mereka larut ke dalam hangat dan lekat, tidak menyadari kerumitan yang berserakan di udara.

Wina spontan berlari menuju ayahnya, tidak terima peluk favoritnya dimiliki orang lain selain ia. Bocah itu baru saja ingin mengulurkan tangan mungilnya, tetapi jemarinya membeku di udara ketika hentakan suara Dhanti menghajar gendang telinga mereka bertiga.

"Ody. Turun."

Bukan suara yang amat keras seperti ledakan, tetapi intonasi suara Dhanti begitu berat seolah dibebani kebencian.

Bibir bawah Ody maju. "Gak mau."

"TURUN!" Suara Dhanti menyembur lebih tajam dari yang ia maksudkan.

Mata Ody membelalak bingung, rasa sakit berkelebat di wajahnya. Ia tidak mengerti mengapa ibunya bereaksi begitu keras. Yang terjadi berikutnya adalah ia tetap bergeming dengan air muka cemas.

"TURUN! SANA MASUK RUMAH LAGI!" 

Gelegar amarah Dhanti menusuk udara. Jika kau dengar suaranya lebih dekat, kau bisa samar mengenali suara hati yang hancur berkeping-keping. Ia benci pemandangan ini setengah mati. Melihat putrinya mencari penghiburan dari pria yang telah menyebabkan begitu banyak rasa sakit adalah siksaan tersendiri.

Ody menunduk. Ia mengucek mata dengan lengannya. Lalu bocah bersayap kuning itu masuk ke rumah tanpa berkata apa-apa.

"Kamu kasar sekali sama anakmu," komentar Lukas muram.

Emosinya membara di ujung lidah Dhanti, lantas menguap dari sudut bibir melalui tawa sarkastik. Netranya berkilat merah, mencerminkan luka segar hasil pengkhianatan yang perihnya tak kunjung pudar.

Dhanti mengangkat bahu. "Masih belum seberapa dibanding kamu yang terang-terangan membuang dia."

"Tolong berhenti bahas masa lalu, Dhanti. Saya betul-betul berniat berubah." Raut wajahnya berkerut dengan garis-garis sesal. "Mulai sekarang, saya ingin menjadi ayah yang baik untuk Ody."

"Jadilah ayah yang baik untuk anakmu saja," sahut Dhanti acuh tak acuh.

"Ody itu anak saya." Tangan Lukas bergerak, berusaha meraih jemari Dhanti. "Setidaknya, tolong kasih saya kesempatan untuk bicara dengan anak saya."

Mata Dhanti nyalang dengan api amarah. Berani-beraninya mulut hina itu menyebut darah daging yang dulu ia benci dengan sebutan anak saya. Dalam ombang-ambing gelombang emosi, wanita itu mengangkat tangannya dan menampar wajah Lukas keras-keras. Tangis Wina pecah, menyaksikan ayahnya mengaduh kesakitan.

Senji ✔️ | DAINTY vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang