15: Masih dengan Donat

282 52 2
                                    

Setelah menghabiskan waktu kosongnya dengan Awan dan sepotong donat cokelat, Bella segera kembali ke kelas saat bel jam pertama berbunyi.

"Widih dari mana aja mba Bella?" goda Juan di bangkunya.

Bella hanya membalas dengan roll eyes karena malas menanggapi teman-temannya. Tak lama, Jihan datang menghampirinya.

"Bel, lo tadi ke mana sih? Dicariin juga," kata Jihan.

"Tumben lo nyariin gue?"

Jihan membuang napas kasar. "Bukan gue yang nyari, tapi bu Santi. Beliau minta rekapan pengeluaran kelas bulan kemarin."

"Tapi karena lo gak ada, paling nanti pulsek lo disuruh ke ruang guru," tambah Jihan.

"Makanya jangan pacaran terus, lu niat sekolah apa kaga?" timpal Haris dari belakang kelas. Suaranya yang keras membuat anak-anak di kelas menjadi diam.

Bella membalikkan badannya, memastikan apa yang sedang dilakukan Haris. Laki-laki itu tak terlihat seperti baru saja memojokkan Bella, ia justru asik dengan game onlinenya.

"Bocah monyet," ujar Bella pelan.

Saat Bella kembali menghadap Jihan, Haris kembali berkata, "Udah ganti aja bendaharanya. Nanti duit kas lo pada ditilep buat beli donat."

Bella mengerutkan dahinya hingga kedua alisnya hampir bertemu.

Donat?

Jihan yang tak mau ikut campur dengan urusan Bella dan Haris hanya diam dan kembali ke bangkunya.

Bella memutuskan untuk tak menggubris ucapan Haris. Ditidurkan kepalanya di meja dan menghadap ke arah Viona yang sedang berkirim pesan dengan entah siapa.

"Gimana, Bel? Enak gak donatnya?"

Kali ini tidak hanya Bella, bahkan Viona juga mulai terganggu dengan Haris yang tak henti-hentinya berbicara.

"Bel, Haris kenapa sih?" bisik Viona.

Menyadari bahwa ada yang tak beres, Bella segera berdiri. Ia datangi Haris yang masih saja bermain dengan game online meskipun mulutnya sudah berbicara kemana-mana.

"Lo ada masalah sama gue?" tanya Bella to the point.

Haris diam. Jari-jari tangannya pun masih sibuk bergerak sana-sini di atas layar ponsel.

Bella yang memang tak sabaran lantas menarik ponsel Haris. Dimatikan layarnya kemudian ia simpan di kantongnya.

Haris merotasikan bola matanya, lalu ia berdiri tepat di depan Bella. Belum ia lontarkan kata-katanya, Bella sudah lebih dulu menariknya keluar kelas.

Anak-anak di kelas tak berkutik. Mereka hanya memerhatikan sepasang mantan kekasih itu pergi meninggalkan ruang kelas.

"Kayaknya mereka ada masalah."

----

"Lo kenapa sih, Ris?" Bella melepaskan kasar genggaman tangannya pada lengan Haris.

"Ada masalah?"

"Gak ada," jawab Haris singkat membuat emosi Bella semakin memuncak.

"Kalo gak ada kenapa lo terus-terusan ngomongin hal gak jelas? Segala nuduh gue nilep duit kelas."

"Sorry," kata Haris lagi.

"Gak jelas lo, anjing!" hardik Bella.

Gadis bersurai sebahu itu berjalan dan menabrak lengan Haris dengan sengaja.

Haris baru saja ingin berbalik guna mengejar Bella, tapi matanya justru mendapati Awan yang akan berjalan ke arahnya.

Oh ia lupa kalau ia berada di area kelas 10.

Haris berbalik, ditatapnya punggung Bella yang belum jauh darinya.

"BEL," panggilnya keras.

Ia kira Bella akan berpura-pura tak mendengar panggilannya. Namun, yang ia dapati justru Bella berbalik ke arahnya.

"Apa lagi?"

Haris tak bergerak. Membiarkan Awan yang sepertinya semakin dekat dengan jaraknya.

Satu meter di depan sana, Bella bisa melihat Haris juga Awan yang berjalan seorang diri. Awan berjalan menunduk berusaha mengindari tatapan mata Bella.

"Gue bisa beliin lo donat sebanyak yang lo mau."


–to be continued–

Haris lama-lama annoying gak sih? aku yang nulis, aku juga yang sebel bacanya

PUTIH ABU-ABU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang